Allura menatap takjub pada bayi yang kini ada di gendongannya. Sejak beberapa saat lalu setelah bayi itu selesai dibersihkan dan dipakaikan baju, perawat langsung memberikan bayi merah itu pada Allura. Tidak lupa dokter yang menangani terapi Allura juga mendampinginya, ia langsung disuruh dokter itu untuk melakukan IMD.
Sedangkan Rivera memilih untuk memejamkan matanya dan beristirahat tanpa menghiraukan bayi yang baru saja ia lahirkan. Rivera sama sekali tidak melirik bayi itu, bahkan seakan-akan ia tidak melihat keberadaannya.
Meskipun sedikit takut dan gugup, Allura tetap mengikuti saran dokter yang terus mendampinginya untuk melakukan IMD. Ada rasa campur aduk yang dirasakan oleh hati Allura, ia merasa senang karena bayi itu tampak sehat meskipun lahir di bulan ke-7.
"Dokter, apa akan baik-baik saja jika bayi ini tidak menerima ASI dari mamanya terlebih dahulu?" tanya Allura pada dokter yang mendampinginya.
Dokter itu tersenyum ramah dan menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Allura. Sebenarnya ia sendiri pun merasa heran karena ibu kandung dari bayi itu tidak mau menyusui anaknya dan malah memercayakan anaknya pada orang lain. Namun, ia tidak punya keberanian untuk ikut campur lebih dan bisa melaksanakan tugasnya dengan benar.
"Tidak apa-apa, Mbak. Yang penting Anda jangan sampai stres karena akan mempengaruhi produksi ASI."
Allura pun mengangguk pelan setelah mendengar jawaban dokter itu. Ia pun kembali menatap bayi laki-laki yang kini sedang menyesap pu*ing dadanya.
Meskipun sedikit takut dan ragu, tapi Allura tetap melakukannya dengan sepenuh hati. Ia berusaha untuk fokus menyusui bayi kecil itu dengan terus mengingat uang yang diterimanya dari Rivera. Allura tidak munafik, ia melakukan pekerjaan seperti itu karena memang sedang membutuhkan uang.
"Dokter, sepertinya bayi ini tidak mendapatkan ASI yang dicarinya," ujar Allura. Ia masih ingat karena baru beberapa hari yang lalu dirinya mengkonsumsi pil penyubur ASI.
"Tidak apa-apa, Nona. Nanti akan ada dengan seiring berjalannya waktu, lagipula untuk yang pertama tidak akan langsung keluar ASI," jawab sang dokter itu.
"Lho, kalau memang tidak ada ASI, bagaimana bayi ini akan kenyang, Dokter?"
"Cairan yang pertama keluar dari pay*dara itu berwarna kekuningan dan disebut kolostrum. Cairan itu sangat bermanfaat untuk kekebalan daya tahan tubuh bayi. Jadi, untuk saat ini yang akan keluar adalah kolostrum itu. Kita akan terus memantau selama tiga hari kedepan. Kalau memang Nona berhasil menjadi ibu susu untuk bayi ini, kemungkinan akan terus dilanjutkan, tapi jika gagal bayi ini tetap harus menyusu pada ibunya sendiri." Dokter itu memberikan sedikit penjelasan yang mudah dimengerti pada Allura sambil menatapnya dengan hangat.
Dokter itu cukup takjub ada kesungguhan Allura yang berniat untuk menjadi ibu susu di saat dirinya masih berstatus gadis. Tanpa dokter itu ketahui jika Allura melakukan semuanya karena terpaksa. Ya, dia memang terpaksa, tapi tetap melakukannya dengan sepenuh hati.
"Oh, apa bayi ini cukup hanya dengan mengkonsumsi kolostrum saja, Dok? Apa dia tidak akan kelaparan? Haruskah aku memberikannya susu formula juga?" tanya Allura lagi, ia khawatir jika bayi itu masih kekurangan asupan makanannya karena ASI yang diberikannya belum cukup banyak.
Dokter itu langsung menggeleng cepat.
"Sebaiknya Nona jangan melakukan hal itu. Bayi Nyonya Rivera memiliki alergi yang cukup kuat terhadap susu formula. Jadi, saya melarang untuk memberikannya. Dan ... untuk saat ini, dia tidak perlu diberikan apapun selain ASI. Ingat, Nona, HANYA ASI." Bahkan dokter itu mewanti-wanti Allura untuk tidak memberikan makanan lain pada bayi laki-laki yang tengah di gendongnya.
"Ba–baik, Dokter. Saya ... saya mengerti. Saya tidak akan melakukan apapun yang dilarang oleh Anda," jawab Allura dengan cepat.
Setelah hampir satu jam berlalu, Allura kembali menyimpan bayi itu di dalam inkubator. Dokter tadi sengaja menyuruh Allura untuk melakukan skin to skin agar bayi itu tetap hangat.
"Nona, Anda jangan sampai lupa untuk menyusuinya lagi dalam dua jam kedepan. Selain untuk merangsang agar ASI cepat keluar, hal itu juga karena kemungkinan bayi itu akan merasa haus lagi setelah dua jam," ujar dokter itu saat melihat Allura yang hendak keluar dari ruangan khusus bayi.
Allura yang hampir mencapai pintu segera berbalik dan mengangguk mengerti.
"Baik, Dokter. Dua jam ke depan saya akan kembali lagi ke mari," jawab Allura yang langsung diangguki oleh dokter itu.
Allura berjalan menuju ruangan Rivera berada, lebih baik saat ini ia kesana terlebih dulu karena tidak mungkin jika harus keruangan Ibu Ani langsung, sedangkan Ibu Ani tahunya jika Allura sedang bekerja di toko baju seperti biasa.
Sebelum masuk ke ruangan itu, Allura terlebih dulu mengetuk pintunya. Setelah ia mendengar sahutan dari dalam, ia baru masuk ke sana.
"Bagaimana dengan bayi itu? Apa kamu sudah mulai menyusuinya?" tanya Rivera begitu Allura berdiri di hadapannya.
"Su–sudah, Nyonya. Bayi Anda sudah saya susui dan saat ini dia sedang tidur. Dua jam setelah ini saya akan kembali lagi ke sana untuk menyusuinya," jawab Allura.
"Bagus." Rivera mengangguk sesaat. "Sebaiknya kamu urus anak itu dengan benar, jangan sampai bayaran yang sudah kamu terima terbuang sia-sia," sambungnya.
Lagi-lagi Allura hanya bisa mengangguk pasrah. Tadinya ia berniat untuk menanyakan keberadaan keluarganya, tapi setelah melihat reaksi Rivera yang ketus padanya, niat itupun ia urungkan.
Sudahlah, sepertinya Nyonya Vera tidak berniat untuk membicarakan kondisi keluarganya, batin Allura.
Gadis itupun duduk menemani Rivera di ruangannya. Allura tidak mengetahui jika Rivera memang sengaja tak memberi tahukan pihak keluarga tentang kelahirannya. Wanita itu enggan untuk bertemu dengan suami, ataupun kedua mertuanya. Jadi, ia memilih untuk menyembunyikan kabar tentang persalinannya.
Saat mertuanya berkunjung pun Rivera memilih untuk tidur di apartemen lamanya dan menghabiskan waktu untuk bekerja, ia sama sekali tidak berniat untuk menjalin hubungan baik dengan keluarga suaminya.
Bahkan Rivera sudah menyiapkan surat perceraian untuk suaminya, tanpa ada orang yang mengetahui niatnya, termasuk kedua orang tua Rivera sendiri. Mereka selalu mengira jika rumah tangga Rivera dan suaminya berjalan dengan semestinya dan baik-baik saja. Padahal, di balik itu semua hanyalah sandiwara yang ia lakukan bersama sang suami.
Bahkan penyebab Rivera hamil pun tanpa kesengajaan, ia melakukan hal itu dengan suaminya dalam keadaan mabuk hingga berujung hamil. Arzan sendiri selalu berharap Rivera akan berubah sikapnya setelah hamil, tapi itu semua hanyalah harapan semu. Karena nyatanya sampai detik ini pun wanita itu tidak pernah menerima pernikahan dan kehamilan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
funny hamster
rivera sakit jiwa
2022-03-10
2
Dhiya Setiawaty
7 bln lahir koq anknya shat....jgn2 bkan ank suaminya
2022-02-27
1
Katherina Ajawaila
dasar wanita Edan.
2022-02-23
1