Bab 12

Sudah hampir seminggu berlalu Ibu Ani dan Allura berada di rumah sakit. Namun, sampai saat ini Ibu Ani belum juga menunjukkan tanda-tanda akan segera siuman sehingga membuat Allura sangat khawatir.

"Mama, kenapa belum bangun juga? Apakah Mama tidak rindu pada Lura?" gumam Allura pelan, suara gadis itu sudah sedikit serak karena harus menahan tangisnya. Bahkan sesekali Allura memukul dadanya untuk menghalau rasa sesak yang tiba-tiba menghimpit pernapasannya.

Viana yang sedang berdiri di samping Allura melihatnya dengan iba, ia sendiri pun tidak tahu harus melakukan apa selain memberikan dukungan untuk Allura agar lebih bersabar.

"Ra, kalau kamu mau nangis, nangis aja. Jangan ditahan seperti itu," saran Viana saat melihat Allura yang sedang berusaha untuk menahan tangisnya.

"Tidak, Na. Aku ... aku tidak ingin membuat Mama semakin sedih karena harus melihatku menangis. Aku ... aku pasti bisa menahan ini semuanya," tolak Allura.

Viana beranjak mendekati Allura dan memeluknya dari belakang, tepat saat itu juga Allura langsung menumpahkan air matanya. Matanya tak kuat lagi membendung air yang sedari tadi berusaha untuk menjebol pertahanannya, nyatanya Allura tak sekuat yang itu. Ia tetap manusia yang lemah dan lebih sering berusaha untuk kuat.

Viana terus mengusap punggung Allura yang yang masih terisak di dekapannya, kedua gadis itu menangis bersama-sama di depan wanita paruh baya yang masih tidak sadarkan diri. Mereka berusaha untuk saling menguatkan lewat dekapan itu.

"Kamu kuat, Ra. Kamu bisa melewati ini semua," ucap Viana. Tak ada kata-kata lain yang bisa ia ucapkan lagi. Bagaimana tidak, sahabatnya kini sedang putus asa dan terpuruk di hadapannya. Namun, ia tidak bisa melakukan apapun.

Allura tidak menanggapi ucapan Viana, ia sendiri terus menerus menumpahkan semua kegundahan hatinya lewat air mata. Benar yang orang katakan, menangis memang tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi dengan menangis setidaknya hati bisa menjadi lebih tenang setelahnya. Hal itu cukup terbukti, Allura mulai kembali tenang setelah hampir setengah jam berlalu.

Viana dengan sigap langsung mengambilkan air minum untuk Allura yang berada di atas nakas, samping brankar Ibu Ani.

"Minum dulu, Ra," ucap Viana seraya menyerahkan sebotol air minum dalam kemasan.

"Terima kasih, Na." Allura mengambil botol air minum itu dan meneguknya sampai tersisa setengahnya.

"Bagaimana, apa kamu sudah lebih tenang?" tanya Viana.

Allura tersenyum sembari mengangguk beberapa kali.

"Sekarang aku sudah merasa lebih baik, Na" jawabnya.

"Kan, kalau kamu sedang sedih, lebih baik dikeluarkan saja dan jangan ditahan seperti tadi. Aku tidak keberatan untuk menemanimu. Kamu jangan malu karena aku melihat air matamu," ujar Viana seraya mengusap bahu sahabatnya dengan sayang, ia merasa Allura lebih dari sekedar sahabatnya. Jadi, Viana lebih baik melihat Allura menangis daripada gadis itu menahan tangisannya hingga tersiksa seperti tadi.

Allura tersenyum kembali, tetapi kepalanya menggeleng. Ia tidak terbiasa menunjukkan kelemahannya di depan orang lain. Baginya, menahan kesedihan adalah cara dia menunjukkan kesabaran.

"Tidak, Na. Aku merasa malu karena lagi-lagi sudah menangis di hadapanmu. Sekarang kamu kembali mengetahui bagaimana susahnya aku," jawab Allura sembari menunduk dan membersihkan jejak air mata yang masih menempel di wajahnya.

Viana menggeleng pelan, ia memang sahabat Allura sejak lama dan selama itu ia bisa menghitung dengan jari berapa kali Allura menangis di depannya. Saat ayahnya sakit keras sebelum beliau meninggal, lalu saat ayahnya meninggal dan yang terakhir Allura menangis beberapa saat yang lalu.

"Ya Tuhan, Ra. Kamu jangan berbicara seperti itu. Kita bersahabat sudah lama, jadi sudah sewajarnya jika aku mengetahui bagaimana susah dan sedihnya kamu," ucap Viana.

Kedua gadis itu pun berpelukan, Allura sangat bersyukur karena bisa mempunyai sahabat sebaik Viana.

"Terima kasih, Na. Terima kasih karena kamu selalu ada di sampingku dan menemaniku." Allura memeluk Viana dari samping, Viana sendiri balas memeluk Allura.

Untuk beberapa saat, keduanya saling terdiam dengan posisi saling memeluk. Hingga beberapa saat kemudian, Viana tanpa sengaja melihat jari-jari Ibu Ani yang bergerak lemah, ia segera melepaskan Allura dan meminta gadis itu untuk melihat mamanya.

"Ra, lihat! Jari Ibu gerak-gerak, kamu jaga Ibu dulu sebentar, aku akan memanggilkan dokter." Viana segera berjalan cepat menuju keluar untuk memanggilkan dokter jaga yang berada di sekitar sana.

Allura mulai melihat kelopak mata mamanya yang bergerak-gerak.

"Ma ...." Allura mencoba untuk memanggil Ibu Ani. Hingga beberapa detik kemudian, mata itu pun mulai terbuka meskipun berat.

"Mama ... Mama sudah sadar?!" tanya Allura dengan girang.

Alhamdulillah, ya Allah. Terima kasih, terima kasih karena sudah mengembalikan Mama padaku, batin Allura seraya menggenggam tangan Ibu Ani.

"A–air." Ibu Ani mulai menggumamkan kata pertamanya yang meminta air.

Allura dengan sigap memberikan air minum yang sudah dipasangi sedotan di dalamnya agar mempermudah Ibu Ani.

"Ini, Ma."

Dengan perlahan, Ibu Ani langsung meminum air itu. Setelah dirasa cukup ia pun melepaskan kembali sedotan dari mulutnya. Tak berapa lama setelah itu, Viana datang bersama dokter dan juga dua perawat yang akan memeriksa keadaan Ibu Ani.

Allura mundur beberapa langkah untuk memberikan ruang bagi dokter yang akan memeriksa mamanya, senyuman manis yang terpatri di wajah Allura. Gadis itu merasa sangat bersyukur karena Ibu Ani sudah kembali sadar.

"Dokter, bagaimana keadaan Mama saya?" tanya Allura dengan semangat.

"Alhamdulillah, beliau sudah lebih baik. Kami akan terus memantau kesehatannya setiap dua jam sekali. Sekarang tolong biarkan dia untuk istirahat dulu dan jangan sampai memberikannya tekanan yang berat," saran dokter itu sebelum dia pergi.

Allura mengangguk paham saat mendengar ucapan dokter yang baru saja memeriksa mamanya.

"Baik, Dokter. Kami mengerti," jawab Allura dan Viana bersama-sama. Keduanya pun kembali tersenyum saat menyadari tingkah kekonyolan mereka.

Setelah pamit pada tiga wanita yang ada di hadapannya, dokter itupun berlalu dari sana.

"Lura," lirih Ibu Ani pelan.

Allura yang merasa dipanggil oleh mamanya segera menghampiri beliau. Sementara itu, Viana langsung berjalan ke arah seberang Allura agar bisa berdiri di samping brankar Ibu Ani.

"Iya, Bu. Lura dan Ana ada di sini," jawab Allura.

Viana segera menyentuh tangan Ibu Ani.

"Ibu jangan banyak gerak dulu," ucap Viana yang langsung diangguki oleh Allura.

"Iya, Bu. Viana benar, Ibu jangan banyak gerak dulu," timpal Allura.

Wanita paruh baya itu pun tersenyum seraya mengangguk samar menanggapi ucapan sang anak.

"Ibu rindu Lura," ucap Ibu Ani.

"Lura juga rindu Ibu," jawab Allura seraya mendekatkan tubuhnya agar bisa memeluk Ibu Ani, Viana ikut memeluk mereka berdua. Untuk sesaat ketiga wanita itu terdiam dengan posisi saling memeluk satu sama lain, mereka larut dalam rasa syukur dan bahagianya.

Terpopuler

Comments

Neli Astini

Neli Astini

ini kenapa lurah kadang manggil ibu kadang mama

2022-03-31

0

Lee Joo Hong Nuswantara

Lee Joo Hong Nuswantara

agak bertele tele ya. takutnya keburu bosan bacanya. cerita dan bahasanya bagus 👍

2022-03-11

0

Bzaa

Bzaa

sedihnyaa.... 😰

2022-03-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!