Sepulang Viana, Allura kembali ke ruang rawat mamanya, masih ada waktu satu jam untuknya sebelum pukul satu siang nanti. Ia harus kembali masuk kerja agar bisa menyambung hidupnya.
Pekerjaan yang akan diterimanya nanti masih belum pasti, ia harus melakukan serangkaian pengecekan kesehatan terlebih dahulu untuk memastikan tubuhnya bisa dan siap untuk menyusui anak majikannya nanti.
Meskipun ada ketakutan yang hinggap di hatinya, tapi ia masih berharap bisa menjalani pekerjaan itu. Biarlah orang berpikir apapun tentangnya, karena dia memang benar-benar membutuhkan uang itu. Ya, demi uang ia rela mengorbankan salah satu bagian tubuhnya yang mungkin nanti akan sedikit berubah bentuk setelah menyusui.
Yakin, Ra. Kamu pasti bisa melewati saat-saat seperti ini. Biarkan pengalaman ini menjadi kisah ceritamu sendiri, batin Allura.
Allura kembali menggenggam tangan Ibu Ani. Andai mamanya itu tiada, mungkin Allura tidak akan mampu untuk terus bertahan sendirian di tengah kerasnya kehidupan. Ibu Ani adalah sumber kekuatan bagi Allura, ia akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang disayanginya.
Tak terasa waktu berlalu, sekarang saatnya Allura mulai kembali bekerja. Meskipun hatinya terasa berat dan enggan untuk meninggalkan sang mama, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan tugasnya, selain akan dipecat, ia juga tidak akan makan jika tidak bekerja.
"Ibu, Lura pergi kerja dulu. Ibu di sini baik-baik, ya. Setelah bekerja nanti, aku akan segera pulang," ucap Allura yang berpamitan pada Ibu Ani.
Allura mengecup punggung tangan Ibu Ani sesaat. Meskipun mamanya masih belum siuman, Allura tetap melakukan hal itu. Tidak lupa, Allura juga menitipkan Ibu Ani pada suster jaga untuk terus memantaunya selagi ia bekerja. Selesai menemui perawat, barulah Allura bisa berangkat bekerja.
Sepanjang perjalanan menuju toko, Allura tidak henti-hentinya terus berdoa dan berharap keajaiban untuk mamanya.
Hingga beberapa saat kemudian, barulah ia sampai ke toko tempatnya bekerja. Allura segera menemui pemilik toko baju itu untuk melaporkan kehadirannya dan memberikan penjelasan tentang kemarin ia yang tiba-tiba pulang. Meskipun kemarin ia sempat menitipkan pesan pada salah satu temannya, tetap saja ia merasa jika hal itu masih kurang baik.
"Permisi, Bu," sapa Allura pada wanita paruh baya yang menjadi pemilik toko itu.
"Kamu sudah datang, Ra?" tanya Ibu Dewi, sang pemilik toko.
"Iya, Bu. Maaf karena kemarin tidak langsung memberitahukan Ibu tentang kepulangan saya," ucap Allura seraya menunduk. Ia tahu Bu Dewi tidak akan marah padanya, tapi ia tetap menjunjung tinggi rasa hormatnya.
"Tidak apa-apa, Ra. Kemarin kamu pasti sangat pamit karena mendengar Ibumu yang ditemukan pingsan oleh warga." Ibu Dewi merasa iba terhadap Allura, ia cukup merasa kagum pada gadis itu.
Allura sudah bekerja cukup lama di tempat Ibu Dewi. Jadi sedikit besarnya ia tahu tanggungan berat yang tengah dipikul oleh gadis yang tengah menunduk di depannya.
"Iya, Bu. Sekali lagi, maaf karena saya sudah berperilaku tidak sopan," ucap Allura kembali membungkukkan badannya.
"Sudahlah, jangan seperti itu. Bagaimana keadaan Ibu Ani saat ini, apakah beliau sudah sadar?" tanya Ibu Dewi.
"Belum, Bu. Mama saya masih belum siuman, dokter menyarankan untuk secepatnya melakukan tindakan operasi. Namun, sampai saat ini saya masih belum mempunyai dana untuk biayanya." Allura segera menyeka air matanya yang hendak keluar, ia tidak ingin menampakan wajah sedih di depan orang lain.
"Kamu yang sabar, Ra. Semoga beliau cepat siuman dan cepat kembali sehat seperti sedia kala," ujar Ibu Dewi seraya mengusap pelan bahu Allura.
Allura tersenyum tipis saat mendengar ucapan Ibu Dewi, ia sangat terharu karena atasannya begitu peduli padanya.
"Terima kasih, Bu. Insya Allah, saya akan selalu sabar," jawab Allura seraya memberikan senyumannya.
"Sama-sama. Sekarang, silakan kamu bekerja kembali." Ibu Dewi menyingkir dari belakang mesin kasir dan membiarkan Allura untuk menempati posisinya.
Allura terus berusaha fokus bekerja meskipun pikirannya tetap mengarah pada Ibu Ani. Beruntung pekerjaan hari ini terasa cepat berlalu hingga waktu pulang pun tiba.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh saat Allura keluar dari toko yang sudah tertutup rapat itu. Entah kenapa malam ini terasa lebih sepi dibandingkan dengan malam-malam biasanya, bahkan langit pun mulai menitikkan airnya.
Padahal tadi siang cuacanya sangat cerah, tapi sekarang mulai gerimis, batin Allura sembari menengadah menatap langit.
Kakinya terus ia ayunkan menuju rumah sakit, jarak dari toko menuju rumah sakit memakan waktu 45 menit. Allura bukan tidak mau naik kendaraan, tapi jika malam seperti ini tak ada angkutan umum yang lewat, begitupun dengan ojek. Jadi, ia harus menempuhnya dengan berjalan kaki.
Saat Allura masih menikmati dinginnya malam ditemani gerimis, tiba-tiba tatapannya tertuju pada sebuah mobil yang terparkir tepat di bawah pohon disamping jalan yang ia lalui. Mobil itu tampak berasap di bagian depannya, Allura segera menghampiri mobil itu. Ia melihat seorang pria tengah tertelungkup di setir mobilnya dalam keadaan tidak sadarkan diri dan darah yang menetes di dahinya.
"Ya Tuhan, sepertinya dia mengalami kecelakaan," gumam Allura seraya mencoba untuk menggedor kaca mobil itu. Namun, hasilnya sia-sia karena pria itu tak bergerak sedikit pun.
Allura sudah berteriak meminta tolong, tapi di tempat yang ia lalui saat ini kawasannya sangat sepi. Allura tidak kehabisan akal, ia segera mencari batu untuk memecahkan kaca mobil itu. Asap pun semakin pekat keluar dari pembagian tempat mesin mobil itu berada.
Allura semakin mengeluarkan tenaganya untuk agar bisa memecahkan kaca mobil yang cukup keras itu. Rasa panik dalam hatinya semakin tinggi tak kala mulai terdengar suara letupan-letupan kecil dari mesin mobil.
Ceklek
Setelah berhasil memecahkan kaca mobil, Allura segera membopong pria itu untuk bisa keluar. Meskipun sedikit kesulitan karena tubuh pria itu cukup besar, tapi Allura tidak menyerah. Ia mengerahkan sisa-sisa tenaganya agar bisa menyelamatkan korban. Hingga beberapa menit sebelum mobil itu meledak, Allura bisa menjauhkan pria itu dari mobilnya.
Duar
Suara ledakan mobil yang cukup keras mampu memancing beberapa warga di sekitaran sana, sehingga ada orang berdatangan dan bisa menolong Allura bersama pria itu.
Tak lama setelah ledakan terjadi, api pun semakin membumbung tinggi.
Allura bersyukur, ia dan pria yang ditolongnya bisa selamat dari ledakan itu. Dadanya terasa sangat bergemuruh akibat kejadian yang baru saja dialaminya. Para warga yang berdatangan segera memanggil tim pemadam kebakaran dan mobil ambulans untuk korban beserta dirinya agar segera mendapatkan pertolongan.
Allura bisa bernafas lega saat para tim medis yang memeriksa korban mengatakan bahwa pria itu bik-baik saja, ia hanya sedang mengalami syok berat sehingga membuatnya pingsan.
Alhamdulillah, aku berhasil menyelamatkan dia. Semoga Anda cepat sembuh, Tuan, batin Allura seraya memerhatikan pria yang terbaring di atas brankar mobil ambulans.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Anyelir Hijau
Thor,, sorry. Ini tuhh ganggu penyebutannya, GK enak dibaca,, mungkin bisa pakai ibu mu, ibu kamu. Salam Krisan
2024-06-10
1
Bzaa
allura semangat... 💪
2022-03-09
2
naviah
semangat thor💪
cerita nya menarik
2022-02-21
1