Keesokan harinya, Allura menunggu Viana yang akan kembali datang ke rumah sakit. Dia bertekad akan menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh Viana kemarin padanya.
Semoga pekerjaan itu masih ada, aku sangat berharap masih bisa menyelamatkan Mama melalui pekerjaan itu, batin Allura dengan penuh harap.
Setelah Allura mengelap tubuh Ibu Ani, dia kembali terdiam sembari menatap kosong wanita yang sudah mengandung dan melahirkannya. Meskipun kini kemungkinan Ibu Ani untuk sembuh sangatlah kecil, tapi dia masih ingin berusaha untuk melakukan yang terbaik. Apapun yang akan terjadi setelahnya, dia masih berharap Ibu Ani bisa diselamatkan.
Hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh, barulah Allura bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan. Bahkan untuk makan pun jatahnya kini dikurangi demi bisa berhemat.
Hari ini Allura memilih untuk bekerja masuk siang, beruntung atasannya mengerti keadaan dia dan mengizinkannya masuk siang, lalu akan pulang setelah malam hari.
Sesampai di kantin, Allura segera memesan mie instan cup yang harganya lebih murah di bandingkan dengan nasi. Bukan Allura tak ingin makan nasi, tapi uang tabungan yang ia miliki semakin menipis.
Saat Allura masih menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang datang mengejutkannya dengan menepuk bahu gadis itu dan hampir membuatnya tersedak. Beruntung mie yang Allura makan itu tidak pedas karena ia bukan pecinta rasa itu. Namun, tetap saja membuatnya cukup tersiksa.
"Ya Tuhan, Viana! Kamu sengaja mau buat aku tersedak, ya!" sergah Allura saat ia menoleh dan melihat Viana yang tengah berdiri dengan wajah bersalahnya.
"Maaf, Ra. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu tersedak seperti tadi," ucap Viana seraya mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Lalu, tatapannya teralihkan pada cup mie instan yang hampir tandas.
"Kamu makan mie instan lagi, Ra?" tanya Viana.
Tanpa aba-aba, gadis itu menyambar mie cup di hadapannya dan hendak dia buang. Namun, gerakannya terhenti saat Allura mencengkeram pergelangan tangannya.
"Kamu mau bawa kemana mie cup itu?"
Viana menyimpan kotak makanan yang dibawanya di hadapan Allura. Tadi dia memang berniat untuk membawakan makanan pada sahabatnya.
"Nih, makan nasi! Kamu jangan sampai sakit akibat terus-menerus mengkonsumsi mie instan," ucap Viana.
Allura menatap haru sahabatnya, dia merasa menjadi orang yang sangat beruntung karena memiliki sahabat seperti Viana.
"Terima kasih, Na. Kamu benar-benar sahabat terbaikku." Allura memeluk Viana, dia tidak peduli jika sudah menjadi tontonan orang-orang yang sedang berada di kantin itu.
"Sama-sama, Ra. Sekarang, kamu makan dulu," ucap Viana seraya mulai membuka kotak makanan yang dibawanya.
Allura mengangguk menyetujui ucapan Viana, dia sendiri pun sudah sangat kelaparan karena tadi malam Allura melewatkan makan malamnya.
Viana terus memerhatikan Allura yang tengah menikmati makanannya, ia merasa sangat iba sekaligus takjub pada wanita itu. Andai dirinya berada di posisi Allura, belum tentu ia akan sekuat dan setabah temannya saat ini.
Selesai dengan makanannya, Allura segera merapikan kembali kotak makanan itu. Dia juga menyisakan sebagian makanannya untuk dinikmatinya malam hari nanti.
"Ra, kenapa kamu tidak menghabiskan makanannya?" tanya Viana saat dia melihat masih ada makanan yang tersisa di dalam kotak itu.
"Sengaja aku sisihkan untuk nanti malam, Na."
Lagi-lagi Viana menggeleng pelan setelah mendengar jawaban Allura. Menurutnya ini masih sangat siang, tapi Allura sudah memikirkan untuk nanti malam.
"Tapi sekarang masih siang, Ra. Sayang kalau tidak habis, untuk nanti malam aku akan membawakannya lagi," ucap Viana, kemudian ia membuka kembali kotak itu dan menyuruh Allura untuk menghabiskan makanan yang disisakannya tadi.
Allura tidak segera menuruti keinginan Viana, sudah bisa makan nasi hari ini pun, ia sangat bersyukur. Akan tetapi jika harus menyusahkan temannya lagi, tentu saja Allura tidak mau.
"Sudahlah, cepat habiskan makanan itu!" perintah Viana saat melihat Allura yang hanya diam saja.
"Tapi, Na–"
"Tidak ada tapi-tapian, Ra. Mama sudah memasakkan makanan itu untukmu, dia pasti akan sedih jika tahu kamu tidak memakan habis masakannya." Viana menampilkan wajah sedihnya sembari mengambil ponsel yang akan ia gunakan untuk menelepon mamanya.
Allura segera menghentikan gerakan Viana, ia kembali menghabiskan makanan itu dalam beberapa suapan sehingga membuat Viana tersenyum lebar dibuatnya.
"Sudah puas, cantik?" tanya Allura dengan menatap kesal Viana, sedangkan Viana sendiri segera mengangguk beberapa kali sambil tersenyum lebar.
Setelah makanan itu benar-benar tandas, Allura dan Viana pun menyempatkan diri untuk berbincang sesaat. Allura juga mengutarakan niatnya yang akan menerima tawaran Viana kemarin sore.
"Na, apa ... apa ... sepupumu sudah menemukan orang yang tepat untuk menjadi ibu susu anak majikannya?" tanya Allura dengan gugup.
Viana menatap lekat temannya, tadinya ia pikir Allura tidak akan pekerjaan itu. Apalagi setelah melihat reaksinya kemarin sore yang langsung menolaknya tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Hei, jangan menatapku seperti itu," sergah Allura saat melihat Viana yang menatap lekat dirinya.
"Bukan. Apa kamu serius mau menerima tawaran kerjaan itu?" tanya Viana untuk memastikannya lagi.
Allura menunduk sesaat, keputusannya kali ini sudah bulat, ia akan melakukan apapun agar bisa membiayai pengobatan mamanya, Ibu Ani.
"Aku harus mendapatkan uang untuk biaya pengobatan Mamaku. Jika hanya mengandalkan gajian dari toko baju, sampai kapanpun uangnya tidak akan cukup. Jadi, aku akan berusaha melakukan apapun semampuku," jawab Allura pelan.
Viana mengusap bahu Allura, ia berusaha menyalurkan semangat untuk sahabatnya.
"Kamu yang sabar, Ra. Yakinlah jika Ibu Ani pasti akan kembali sembuh," ucap Viana. Kemudian gadis itu mengambil ponsel untuk menghubungi sepupunya yang masih bekerja.
Allura terus memerhatikan gerak-gerik Viana, cukup lama mereka menunggu hingga panggilan itu di jawab oleh sepupu Allura.
Viana mulai membicarakan niat Allura yang bersedia untuk menjadi ibu susu anak majikannya, bahkan Allura juga sempat berbicara sesaat dengan majikan sepupu Viana. Setelah perbincangan itu selesai, mereka sepakat untuk bertemu besok siang.
"Ra, kamu benar-benar serius akan melakukan pekerjaan itu? Waktunya sampai dua tahun, lho. Lalu, bagaimana nanti dengan pasanganmu? Apa kamu tidak takut dia akan curiga?" cecar Viana.
Allura kembali memikirkan ucapan Viana, apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu ada benarnya. Namun, untuk saat ini Allura belum memikirkan hubungan yang lebih serius. Lagi pula ia yakin, jika pria yang akan menikahinya akan mau menerima semua kekurangannya.
"Aku akan tetap jujur padanya, Na. Jika dia memang jodohku, maka dia tidak akan keberatan dengan kondisiku. Lagi pula saat ini aku belum memikirkan hal itu, Na." Allura tersenyum kecil di akhir kata.
Viana tidak mengetahui perasaan Allura yang sebenarnya, tentu saja gadis itu merasa gugup, cemas, bahkan ada setitik ketakutan yang hinggap di hatinya. Namun, bukan Allura namanya jika ia tidak bisa menutupi semua perasaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Bzaa
semangat otorrr...
2022-03-09
1
Lenny Setiamuni
maaf emang bisa seorang gadis jadinibu susu, trus bakal ada air susu nya gitu?
2022-02-24
0
Anita_Kim
nyesek banget jadi Alura.
2022-02-22
1