Siang ini Dira dan Eka bertemu di restorant favorit mereka. Semenjak berkeluarga, frekuensi bertemu mereka jadi berkurang. Apalagi semenjak Ayu menikah dan tinggal di luar kota. Sementara Delia masih London mengambil S2-nya. Pertemuan dua sahabat pun menjadi momen yang harus mereka manfaatkan. Dira yang sudah sampai terlebih dahulu karena tak banyak kerjaan, gadis itu dengan sabar menunggu Eka.
"Kelamaan, ya? maaf, ya. Tadi Rania rewel. Untung ada mama yang bantuin." Keluh Eka.
"Enak nggak jadi ibu rumah tangga. Kalau aku lihat kamu kayaknya repot banget." Dira melihat Eka kembali membuka make up.
"Kenapa nanya begitu? udah kebelet, ya." Ucap Eka sambil tertawa lepas.
"Jangan diketawain, dong. Aku kan masih cari bekal." Sungut Dira.
"Iya, iya maaf. Gini, ya. Jadi istri itu ada suka ada dukanya. Menikah itu wajib, lo. Sudah termasuk ibadah."
"Tapi kenapa ada perceraian dan perselingkuhan?" Tanya Dira.
"Kamu pasti keingat papamu, ya. Sampai nanya begitu?"
Dira hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Eka "Nggak juga sih. Aku cuma penasaran kalau nikah itu enak kenapa masih ada yang selingkuh, kenapa juga harus bercerai."
"Itu berarti mereka menjalankan pernikahan bukan karena ibadah. Tapi karena nafsu atau kebutuhan semata. Perselingkuhan bisa terjadi karena lelaki merasa tidak puas dengan apa yang dia dapatkan. Intinya yang selingkuh itu tidak bisa bersyukur. Karena tidak mensyukuri itulah membuat perceraian itu terjadi." Jawab Eka mantap.
"Dan kamu harusnya bersyukur, Dira. Punya mama, punya saudara yang sayang sama kamu. Jangan merasa sendiri, ada aku, ada Ayu, ada Delia dan ada Kak Juna yang menjadikan kita adik." Tambah Eka.
Eka tiba-tiba teringat kalau mereka belum memesan makanan. Tak lama seorang waitres muncul memberikan buku daftar menu. Dira memesan Es krim pisang, sementara Eka hanya memesan kentang goreng dan orange juice. Keduanya pun melanjutkan obrolan ringan sambil menunggu pesanan.
"By the way, kamu mau nggak kenalan sama temanku?
"Aromanya kayak ada yang jadi mak comblang dadakan nih"
"Aku cuma mau ngenalin bukan nyomblangin. Kalian cukup kenalan saja, kok. Ya, kalau merasa cocok kalian bisa lanjut ke jenjang serius.Gimana?"
Dira hanya menggaruk-garuk kepalanya. Dia tidak enak sama Eka, tapi di satu sisi dia malas di jodoh-jodohkan "Ya, sudah kalau nggak mau. Dia baik lo orangnya." pancing Eka.
Tak lama waitres mengantarkan pesanan mereka. Setelah waitres itu pergi, mereka pun menikmati hidangan yang tersaji di depan mata. Netranya beralih ke seorang lelaki yang masuk ke dalam resto yang sama. Eka melambaikan tangannya kearah pria itu, tak lama lelaki itu sudah berada ditengah mereka.
"Dira, kenalin ini namanya Rian. Dia cowok yang kita bahas barusan." Eka mengenalkan Rian pada sahabatnya.
Dira dan Rian saling berjabat tangan. Di mata Dira sosok Rian cukup manis, mirip aktor kawakan adji pangestu. Dari gaya pakaian Dira menilai Rian bukan orang berada, lebih tepatnya sederhana.
"Kok sepi sih?" Sahut Rian memecah keheningan.
"Ya, kan lagi pada makan,Bambang!" Omel Eka.
"Yang aku nggak dipesenin, aku kan tamu..." Sahut Rian.
"Pesan sendiri, cowok kok minta sama cewek." sahut Eka dengan gaya juteknya.
Rian memanggil waitres, tak lama seorang pria mendekati meja mereka.
"Ada yang bisa dibantu?"
"Saya pesan Kwetiau goreng sama orange juicenya."
"Kamu nggak ngopi?" Tanya Eka.
"Nggak, lagi pengen kompak sama kalian."
"Eh, Dira kamu kerja dimana?"
"Dia kerja di Putra Nusa corps. Bagian staf." Eka ikut menjawab.
"Ooo... Perusahaan milik Feri ya?"
"Dia ..." Dira mengkode Eka supaya tidak banyak bicara.
"Iya, saya bawahannya pak Feri" sambung Dira.
Eka tiba-tiba mendapat telepon dari rumah. Wanita 25 tahun tersebut mengatakan kalau anaknya menangis.
"Maaf, ya seperti aku harus pulang duluan. Aku titip Dira, ya." Pamit Eka.
Tak lama setelah Eka pamit mereka hanya duduk berhadapan. Rian pun berpindah duduk disamping Dira. Ada perasaan tak enak yang menerpa gadis itu, bukan karena Rian yang penampilannya sederhana. Tapi karena dia tidak terbiasa berduaan dengan laki-laki.
"Ehm.... Dira, kamu mau kemana habis ini?"
"Pulang."
"Mau aku anterin, tapi kamu jangan malu ya?"
"Malu kenapa?"
"Aku nggak punya mobil, aku cuma punya motor."
"Nggak, papa kok Rian. Aku nggak masalah yang penting jangan jalan kaki. Rumahku jauh."
"Emang rumah kamu dimana?"
"Di jatinegara kak." Jawabnya asal.
"Owh, jauh juga, ya."
"Ya udah, aku antar pulang ya. Takutnya mau hujan."
Mereka meninggalkan cafe, lalu berjalan dipinggir karena Rian memarkirkan motornya di ujung. Dira memandang Rian dari jauh. Sepintas tampak Rian memasukan uang 20 ribu pada bapak peminta.
"Sepertinya dia penyayang. Nggak sombong. Ah, Dira kamu baru kenal sehari. Jangan gampang percaya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
💫0m@~💞
rajin sedekah ya bang, 😁
2024-08-26
0
Zhu Yun💫
Berasa nitipin barang aja nih si, Eka.
2024-04-18
0
Zhu Yun💫
Mirip aktor lawas ya, Rian🤭
2024-04-18
0