10. Menjadi canggung

...◦•●◉✿Willea✿◉●•◦...

...‌𝓑𝓾𝓴𝓪𝓷𝓵𝓪𝓱 𝓴𝓲𝓼𝓪𝓱 𝓬𝓲𝓷𝓽𝓪 𝓪𝓷𝓽𝓪𝓻𝓪 𝓦𝓲𝓵𝓵 𝓭𝓪𝓷 𝓐𝓵𝓮𝓪 𝓼𝓪𝓳𝓪. 𝓜𝓮𝓵𝓪𝓲𝓷𝓴𝓪𝓷 𝓴𝓲𝓼𝓪𝓱 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓦𝓲𝓵𝓵, 𝓓𝓸𝓾𝓫𝓵𝓮 𝓛, 𝓛𝓮𝓿𝓲 𝓭𝓪𝓷 𝓐𝓵𝓮𝓪. 𝓚𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓲𝓽𝓾𝓵𝓪𝓱, 𝓚𝓲𝓼𝓪𝓱 𝓲𝓷𝓲 𝓫𝓮𝓻𝓳𝓾𝓭𝓾𝓵 ...

...◦•●◉✿Willea ✿◉●•◦...

“Tidak perlu, Zhi! Aku baik-baik saja, mungkin kemarin aku hanya salah makan saja. Kau tidak perlu khawatir, begitu juga kalian berdua,” ujar Rayden dengan suara lirihnya.

Wajahnya sudah terlihat sangat pucat dan keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya.

“Kembalilah kekamar kalian dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Papah sudah baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir lagi!”

Akan tetapi, Rayden ingin terlihat kuat didepan kedua anak kembarnya.

“Papah yakin tidak apa-apa?” tanya Luca mencoba memastikan dengan bertanya lagi.

“Iya, papah sudah baik-baik saja sekarang. Kalian bersiaplah, nanti papah akan mengantar kalian ke sekolah sebelum papah berangkat ke kantor,” jawab Rayden dengan senyuman sedikit dipaksakan.

“Baiklah, Pah! Kalau begitu kami akan ke kamar untuk bersiap ke sekolah,” sahut Luca dan Lucia bersamaan.

“Kalau butuh bantuan, minta tolong pada pelayan ‘yah, sayang!” pesan Zhia sebelum kedua anak kembar itu keluar.

“Baik, Mah!” sahut Luca dan Lucia. Setelah itu, mereka pun keluar dari kamar mamahnya dan menuju ke kamarnya masing-masing.

“Kau yakin tidak apa-apa, sayang?” tanya Zhia kembali memastikan keadaan suaminya itu.

“Aku baik-baik saja, Zhi! Kenapa kau cemas begitu, aku tidak apa. Sungguh!” ujar Zhia menyakinkan.

“Nanti aku ada jadwal pemeriksaan kandungan yang sudah dijadwalkan oleh Dr. Ian, kau sekalian diperiksa saja ‘yah? Aku takut kondisimu semakin buruk,” pinta Zhia dengan wajah memohon dan masih tersirat rasa khawatir wajah cantiknya itu.

“Benarkah? Baiklah, kalau itu bisa membuatmu merasa tenang, Zhi!” Rayden pun menyetujui permintaan istrinya itu.

...****************...

Setelah itu, Rayden dan Zhia pun ikut bersiap untuk pergi ke rumah sakit dan dilanjutkan dengan Rayden yang harus bekerja dikantornya.

Sementara disisi lain, Will datang lebih awal bersamaan dengan Levi dan Felix. Mereka tidak sengaja bertemu saat hendak memasuki mansion, Levi yang melihat Will sedang mau berjalan masuk kedalam mansion pun segera menyapa.

“Hay, Will!” seru Levi.

Will pun segera menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat orang yang telah memanggilnya itu.

Sedangkan Levi berlari kecil untuk menghampiri Will yang sepertinya tengah menunggunya, di ikuti oleh Felix dibelakangnya.

“Tumben sekali kau datang lebih awal?” tanya Will yang sangat tahu kebiasaan Levi itu.

“Tentu saja, sekarang aku 'kan sudah alarm pribadi. Jadi tidak perlu khawatir akan telat lagi. Hehehee, ….”

Levi pun menjawabnya disertai dengan kekehan kecilnya.

“Hah, … Alarm pribadi? Apakah maksudmu dia?” tanya Will lagi sembari menunjuk Levi yang baru saja bergabung dengan mereka.

“Tepat sekali!” seru Levi dengan yakin.

“Asal kau tahu saja, dia mempunyai seribu satu cara untuk membangunkan aku! Jika dibandingkan denganmu, dia lebih cerewet dan tidak pengertian sama sekali,” bisik Levi tepat mencoba menghindari agar Felix tidak mendengar perkataannya.

Namun sayangnya, usaha Levi percuma saja. Sebab Felix masih dapat mendengar semuanya dengan sangat jelas.

“Hay, aku dapat mendengarnya dengan jelas tahu,” gumam Felix sedikit ada penekanan.

“Aku hanya menggunakan nama seseorang untuk membangunkannya. Itu cara paling ampuh untuk membangunkannya.”

Felix melanjutkan perkataannya, tetapi perkataannya barusan malah membuat menjadi penasaran. Siapakah orang dimaksud oleh Felix itu.

“Wahh, … Hebat sekali kau ini, bisa dengan mudahnya memegang kelemahan bocah psikopat ini. Tapi siapakah nama yang kau maksud barusan?” tanya Will dengan sedikit membujuk Felix untuk memberitahukan nama yang dimaksud.

“Haish, … Kalian berdua sudah hentikan, terutama kau Felix!” seru Levi yang tidak ingin rahasianya terbongkar pada Will.

Levi bahkan secara tidak langsung melontarkan sebuah ancaman pada Felix untuk tutup mulut melalui perkataannya dan juga tatapan mata tajamnya.

“Hay, kenapa kau menyuruhnya untuk tutup mulut? Tanpa kau atau dia mengatakannya, aku sudah tahu siapa orang yang kalian berdua maksud,” sahut Will yang sudah dapat menduganya.

“Kalau kau juga sudah tahu, seharusnya kau juga ikut tutup mulut sepertinya. Apalagi kalau kita berada disini atau kau ingin melihatku mati muda ‘yah?” bisik Levi pada Will dengan penuh penekanan di setiap katanya.

“Hahahaa, … Baiklah, aku diam sekarang. Aku tidak pernah menyangka seorang bocah psikopat seperti dirimu mempunyai sebuah kelemahan.”

Will pun tertawa terbahak-bahak melihat betapa Levi ingin menjaga perasaannya itu didepan semua orang.

“Jangan menertawakan diriku seperti itu. Kau sendiri juga sedang dalam masalah, bukan? Bagaimana dengan Alea, kau sudah mendapat jawaban darinya?” tanya Levi.

Karena tidak ingin menjadi bahan tertawaan Will terus, dia harus mengalihkan topik pembicaraan mereka.

“Akhh, … Kau benar! Apa yang harus aku lakukan saat bertemu dengannya nanti, Lev?”

Seketika raut wajah Will menjadi panik, ketika mengingat kebodohannya semalam.

“Pikirkan sendiri, dia sedang berjalan ke arah kita sekarang,” ujar Levi yang memang melihat Alea sedang berjalan ke arah mereka.

Will pun segera berbalik untuk memastikannya sendiri, seketika itu juga tubuhnya mematung saat Alea semakin mendekat ke arahnya.

Berbeda dengan Felix yang malah tersenyum bahagia, dia berharap ada sesuatu yang menarik terjadi ketika Will dan Alea bertemu. Felix juga ingin melihat reaksi Levi saat bertemu dengan Nona kecil kesayangannya itu.

“Astaga, kenapa dia terlihat semakin cantik saja sekarang,” gumam Will yang masih terpaku melihat kedatangan Alea.

“Selamat pagi, Tuan Levi! Selamat pagi, Tuan Will dan Tuan, _....”

Alea pun langsung menyapa Will dan Levi seperti biasanya, tapi saat ingin menyapa Felix dia tidak tahu namanya.

“Felix! Panggil saja aku Felix.”

Dengan cepat, Felix memperkenallkan dirinya pada Alea. Dia bahkan tanpa ragu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sebagai tanda perkenalan mereka.

Dan tanpa disangka, Alea langsung menerima jabat tangan itu disertai senyuman yang menurut Will sangat cantik itu.

Sebuah ide nakal terlintas di kepala Felix, dia sengaja terus menggenggam tangan Alea cukup lama, sehingga membuat Will merasa cemburu melihatnya.

Dengan raut wajah kesalnya, Will melepaskan jabat tangan Alea dan Felix dengan paksa, tatapan tajam dari seorang Will pun terlontarkan Felix yang tengah tersenyum tidak jelas itu.

“Kita masuk saja kedalam, Tuan dan Nyonya muda pasti sudah menunggu disana!” ujar Will yang langsung saja membawa masuk Alea tanpa memperdulikan Levi dan Felix lagi.

Alea yang bingung, hanya bisa mengikuti kemana Will pergi membawanya.

Sementara Levi dan Felix malah tengah puas menertawakan reaksi Will barusan. Felix berkata sembari tertawa, “Kau melihatnya, bukan? Bagaimana reaksinya tadi. Hahahaaa, ….”

“Hahahaaa, … Kau bisa saja ‘yah membuat seorang Will sampai bersikap seperti itu,” balas Levi yang ikut tertawa dengan puasnya.

“Aku sangat yakin, setelah Will menyadari reaksinya tadi dia pasti akan merasa canggung sendiri. Hahaaa, ….” Felix menebaknya dengan tepat.

Ketika Will dan Alea hampir sampai diruang makan untuk menemui Zhia dan Rayden, Alea langsung melepaskan tangannya dari Will dan seketika menghentikan langkahnya.

Will kembali tertegun, dia kini menyadari aksinya barusan. Baik Will dan Alea masih sama-sama diam satu sama lain, mereka tidak tahu apa yang bisa dibicarakan disaat seperti ini.