"Aarrrgghhh, kenapa kau melakukan hal ini Rara!!" teriak Aryan marah membuat Gista pun kaget mendengarnya.
"Nak, mommy, ayok ikut mommy pulang" ajak Gista namun di tepis oleh Aryan.
"Kau sungguh tega Rara!! apa tidak cukup kemarin hah?!" teriak Aryan dengan bertanya tanya, sedangkan Riri hanya bisa menangis dalam diam.
"Jawab aku Rara! jawab!" bentak Aryan dengan mengguncangkan tubuh Riri lagi.
"A...Aryan a..aku, tidak tahu"
"Tidak tahu?! ini maksudmu tidak tahu?!" teriak Aryan kembali membuat Gista terperanjat karena mendengar putranya marah sampai seperti itu.
"Sayang ayok kita pulang, dan bicarakan ini dnegan baik baik" ucap Gista mencoba meraih tangan putranya, namun sekali lagi di tepis.
Aryan pun pergi dengan wajah marahnya itu keluar kantor, membuat semua orang menjadi aneh.
Sedangkan di ruangan Aryan, hanya ada Gista dan Riri.
"Rara! jika kau tak berniat mencintai putraku, sebaiknya menjauh dari putraku!" ucap Gista dengan tegas.
"Maafkan saya nyonya!" ujar Riri menundukkan kepalanya, Gista pun pergi meninggalkan Riri sendiri di ruangan Aryan.
Nikil masuk ke ruangannya Aryan, dan terdapat Riri disana.
"Rara! apa yang terjadi?" tanya nikil memeluk Riri.
"Pak nikil, Aryan pergi dariku!" ucap Riri dengan menangis histeris.
"Memangnya ada apa?" tanya nikil semakin penasaran, karena merasa di dalam pelukannya bukanlah Rara.
"Tuan Aryan, dia berjanji tidak akan meninggalkan diriku pak nikil, tapi kenapa sekarang dia meninggalkan diriku? aku mencintainya huaaa" ucap Riri melantur dari pertanyaan nikil.
"Sudahlah, sebaiknya kau pulang dulu saja Rara, aku akan mengantar dirimu, ayok" ucap nikil dan mengajak Riri untuk kembali ke rumahnya.
Banyak sepasang mata yang melihat nikil dan Riri, aneh, mungkin dipikiran mereka seperti itu.
"Pak nikil, Aryan dimana? ini sedang hujan, tapi dia malah pergi" tanya Riri dengan masih sedih.
"Biarkan saja Ra, dia sudah besar, bisa jaga diri sendiri!" jawab nikil yang masih berjalan ke depan parkir.
Nikil pun mengambil mobilnya lalu menyuruh Riri untuk masuk.
Sepanjang jalan, mereka berdua tampak bingung pada masing masing. yang satu bingung karena Rara tampak berbeda saat kemarin dan sekarang, sedangkan Riri memikirkan Aryan yang entah kemana.
"Sudahlah Ra, dia sudah tua bisa jaga diri" ucap nikil menenangkan Riri.
"iya pak nikil"
Sebelumnya nikil pernah mengantar Rara untuk pulang ke rumah karena sudah cukup larut malam, karena itulah nikil tahu dimana letak rumah Rara atau Riri.
"Pak nikil terima kasih atas tumpangannya" ucap Riri yang masih di dalam.
Reza keluar karena mendengar suara mobil di depan rumahnya, dan melihat Riri keluar dari sana.
"Riri kenapa kau menangis sayang?" tanya Reza dengan khawatir memeluk Riri bahkan tak lupa terus mencium kening dan rambut Riri.
"Tidak apa apa kak"
"Pak nikil sekali lagi terima kasih" ucap Riri kepada nikil yang ikut turun.
"Apa dia yang melakukannya?" ucap Reza tergesa gesa dan langsung melayangkan tinju
"Arrghh"
"Maaf anda salah faham"
"Kak!!! dia tidak bersalah!" teriak Riri menghampiri Reza, dan memegang tangannya.
"Pak nikil mengantarkan aku kak!" pekik Riri.
"Memangnya ada apa denganmu, kau bisa menelponku Riri!" tegas Reza menatap tajam pada Riri.
"Maaf kakak, tapi tapi itu terlalu cepat" ucap Riri dengan menunduk.
"Maaf sayang, kakak tidak ada maksud untuk memarahi dirimu" ucap Reza lembut.
"Ayok kita masuk" ajak Reza tanpa memperdulikan nikil yang sedang merasakan sakitnya.
"Ya ampun, cuma nolongin malah di tonjok" ucap kesal nikil.
Nikil pun kembali ke mobilnya dan kembali ke kantornya Aryan.
"Ri, kamu kenapa sayang?" tanya Hana yang tahu Riri sudah menangis, padahal Riri sudah tidak menangis lagi.
"Tidak apa apa bunda, hanya kelilipan saja tadi"
"Jangan bohong sayang, bunda tahu kamu menangis, kenapa? kenapa kamu bisa menangis? apa gara gara kamu Reza?" tanya Hana pada Riri dan menatap Reza sinis.
"Tidak bunda, hanya saja Riri lelah, mau ke kamar!" ucap Riri lalu pergi ke kamar.
Setelah Riri masuk ke kamar dia merebahkan tubuhnya, entah besok dia harus pergi bekerja atau apa, sebenarnya Rara hanya tinggal membeli beberapa barang untuk keperluan pernikahan, dan itu sangat penting, tidak mungkin Riri memintanya untuk menggantikan nya lagi.
"Reza! ada apa dengan Riri? kenapa dia bisa menangis?" tanya Hana kepada Reza dengan tatapan tak bersahabat, dan anehnya akan menjadi seorang anak dan ibu lagi setelah hal itu.
"Tidak tahu bunda, aku tadi keluar mendengar suara mobil, tapi saat melihat Riri menangis aku langsung menghampirinya, aku pikir laki laki itu yang membuat Riri menangis, ternyata bukan" jelas Reza.
"Tapi, emm, baiklah bunda akan bertanya dulu pada Riri"
"Iya bunda"
Hana pun berjalan ke kamar nya Riri, Riri yang sedang menangis pun langsung menyeka air matanya karena mendengar ketukan pintu.
"Sayang, boleh ya bunda masuk" pinta bundanya saat masih di luar, Riri pun membuka pintu.
"Ada apa sayang, kenapa menangis?" tanya Hana yang melihat mata Riri membengkak.
"Tidak bunda, hanya kelilipan saja"
"Kelilipan sampai seperti itu, bunda tidak percaya sayang"
"Bunda ada apa kesini?" tanya Riri mengalihkan pembicaraan.
"Bunda khawatir sayang, tak biasanya kau pulang dengan menangis, bunda ingin mendengar ceritamu, kenapa bisa sampai putri bunda ini menangis?" tanya Hana dengan menyentuh wajah putrinya.
"Bundaaaa hikz hikz hikz"
"Ada apa putri bunda sampai menangis seperti ini?"
"Bunda Riri, Riri mencintainya bunda!!" ucap Riri dengan menangis.
"Mencintai siapa sayang? kau tidak mencintai kakakmu kan?" tanya Hana dengan menatap putrinya itu.
"Bukan kak Reza"
"Lalu siapa?"
"Bunda kak Rara sebentar lagi menikah kan, dan aku mencintai dirinya, aku tidak sanggup untuk melupakannya bunda hiks hiks" ucap Riri yang membuat Hana semakin bingung, tidak mungkin Riri mencintai Alex kan?
"Siapa namanya?" tanya bundanya.
"Bu..bunda di dia, dia bos nya kak Rara!" jawab Riri dengan menundukkan kepalanya, bundanya pun tersenyum, tentu tidak mungkin Riri mencintai kakak iparnya.
"Lalu apa masalahnya?"
"Bukankah, keluarga ini tak ingin orang tahu kalau kita kembar?" tanya Riri membuat Hana bingung, namun setelah tahu apa maksudnya Hana pun tertawa.
"Hahahaha, sayang kau percaya itu?" tawa bundanya.
"Bunda! ada apa? Riri kau sudah pulang?" tanya Rara yang baru saja pulang bersama Alex.
"Ehhh, tidak apa apa sayang, hanya saja bunda sedikit ingin tertawa, hahaha" mereka bertiga pun bingung melihat bundanya itu.
"Bunda tidak apa apa?" tanya Alex yang ada di sana.
"Tidak apa apa, hanya saja bunda ingin tertawa" jawab Hana kembali.
"Bunda, ini tidak lucu!!!" teriak Riri dengan merengek.
"Memangnya ada apa Riri?"
"Kakak! bunda kita mengerjai kita semua, dengan dalil tidak boleh ada yang tahu kalau kita kembar!" jawaban Riri membuat Rara ikut tertawa dengan Alex, Hana yang mendengar itu lagi, kini tertawa lebih kenceng.
"Kakkk!!!!" teriak Riri kesal.
"Sudah lah, aku mau ke kak Reza saja mengadu kalau kalian mengerjai diriku selama 22 tahun ini!" ucap Riri dengan menghentakkan kakinya keluar.
"Apa kata dia Bun? ingin mengadu? hahaha" ucap Rara kembali tertawa.
"Iya sayang, padahal Reza lah yang merencanakan hal ini!" jawab Hana, dan Alex yang bingung dengan keluarga ini akhirnya faham kenapa Riri dan Rara di sembunyikan, maksudnya hanya untuk di jahili saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
😂😂😂😂😂😂
terang benerang kan...
2022-03-03
1