"Bu..bukan seperti itu nona Rara, tapi ini perintah dari tuan" ucap nikil dengan formal.
"Nikil, tidak usah formal denganku, katakan, apa ada pekerjaan lain?" sergah Rara, yang memang sudah lumayan dekat dengan Nikil.
"Ada, tapi biasa pak bos kita, tidak boleh menyuruhmu bekerja" ucap Nikil dengan tidak formal lagi.
"Tapi kenapa, aku ke sini untuk bekerja nikil, bukan untuk bermain main" ucap Rara kesal, namun tak bisa marah pada Aryan.
"Sudahlah Rara, bukankah enak tidak bekerja, bahkan aku sangat ingin bertukar posisi denganmu" ucap nikil dengan tertawa.
"Hahaha, terlihat sangat lucu nikil, kau menertawakan diriku!" ucap Rara pura pura marah.
"Ya ampun nona Rara marah, aku tidak bisa menggodanya kali ini!" celetuk nikil, membuat Rara tertawa.
"Ya ampun nikil, besok aku akan mengantarmu ke rumah sakit saja, biar nanti di periksa, aku takut jika nanti ada benjolan di kepalamu" ucap Rara bercanda.
"Hahaha, Rara kau kembali seperti biasa, aku heran melihatmu dua hari sangat berbeda, pendiam dan tidak ceria, ya meskipun kau sangat cuek pada rekan kerja selain aku dan Luna" ucap nikil dengan menghela nafas.
"Ohhh, maaf tuan nikil, aku ada urusan, mulai dari memilih baju tempat resepsi dan cincin, masih banyak lagi"Ucap Rara dengan memelas.
"Yasudah aku tahu, kau akan menjelang pernikahan sebentar lagi, sebaiknya jauhi pak Aryan Rara" ucap nikil memperingatkan.
"Baik, tentu, aku tak mau mengkhianati suamiku, dia selalu ada di hatiku" celetuk Rara dan langsung di tawai oleh nikil.
DEGH
"Bagaimana ini Rara, kau sama saja mempermainkan ku! sungguh tidak bisa kah kau menjauh sebelum aku mencintaimu" ucap Aryan dengan pelan.
Aryan masuk ke ruangannya, membanting barang barangnya, membuat semua orang yang mendengar menjadi penasaran.
Semua di luar mendengar jeritan dan tangisan Aryan, namun sebelum Aryan melakukan itu Aryan terlebih dahulu menutup semua kaca di ruangannya.
"Kenapa Rara? kenapa kau melakukannya?" ucap Aryan bertanya tanya.
"Kenapa kau langsung menyodongkan pistol ke arah jantungku Rara?"
"kenapa!!!!" teriak Aryan membuat semuanya kaget, terlebih Rara yang mendengar teriakkan itu.
"Nikil, ada apa sebenarnya, kenapa bos kita seperti itu?" tanya Rara pada nikil dengan menatap serius.
"Rara, kau seperti tidak tahu saja, kau sebentar lagi menikah, sedangkan pak Aryan mencintaimu" jawab Luna yang berada di sana, sebenarnya Luna bukan bagian lantai atas tapi di bawah, namun saat akan memberikan sesuatu pada Rara, Luna malah melihat orang berkerumun di depan ruangannya Aryan.
"A...apa?! bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Rara dengan kencang.
"Kau tidak ingat? bahkan kau berciuman dengan bos!" ucap Luna yang memang dia berada di sana.
"Hahh? ini tidak mungkin!" sela Rara dengan menutup mulutnya tak percaya.
"Riri, kenapa kau berurusan dengan serigala?" ucap Rara dengan pelan.
Semua orang kembali ke tempat masing masing setelah tak mendengar jeritan lagi.
Siang ini seharusnya ada pertemuan makan siang dengan klien nya Aryan, namun saat melihat kejadian tadi pagi membuat nikil enggan untuk masuk.
"Rara, kamu ngomong gih sama pak Aryan, aku tidak sanggup natap mukanya" celetuk nikil.
"Ehh, kenapa harus aku, kamu asistennya nikil, aku aja belum pernah dekat sama pak Aryan" celetuk Rara, membuat nikil sontak kaget.
'Tidak pernah dekat apanya? malahan sudah saling bertukar Saliva!" batin nikil.
"Nikil, kamu berpikir apa?" tanya Rara yang melihat nikil tak bergeming.
"Ehhh, Rara, aku mohon dong, ini demi keselamatan hidup dan jiwa ragaku!" pinta nikil dengan lebay.
"Ihh nik, kok jadi lebay ya!" celetuk Rara.
"Aku belum pernah rasain punya pendamping Ra! Aku mohon, iya kamu enak sudah pernah mengalami hal itu, lah aku belum Ra, please lah!" pinta nikil dengan memelas.
"Sudah deh nik, jangan banyak drama, lebih baik aku ngerjain tugas saja, dari pada harus ketemu singa" ucap Rara lalu meninggalkan nikil yang termenung.
"Harus apa nih, tidak mungkin aku langsung masuk, pasti ruangannya berantakan banget, iya kalau berantakan saja, kalau ada jebakan?" ucap nikil dengan pelan dengan pemikiran yang sangat kacau.
Nikil pun mengetuk pintu ruangan pak Aryan, tak kunjung ada jawaban, lama tak ada sahutan, akhirnya nikil pun masuk ke dalam, terlihat sekali bosnya itu sedang sedih kacau, ruangannya yang sangat rapi seketika menjadi ruangan yang seram seperti ini.
"Tuan, anda tidak apa apa?" tanya nikil mendekati bos nya itu.
"Ada apa nikil? kau mau menertawakanku? tawakan saja, hahaha" ucap Aryan seperti orang gila.
"Maaf tuan, tapi saya ingin mengatakan bahwa, sekarang, a...ada pertemuan penting dengan klien" ucap nikil gugup, yang mengetahui bos nya itu sedang marah.
"Nikil pergilah!! aku tak ingin di ganggu!" teriak Aryan dengan keras.
"Ba..baik tuan!" ucap nikil membungkukkan badannya lalu pergi dengan tergesa gesa.
Hari pun sudah sore, tapi Rara dan Nikil masih belum juga pulang, menunggu bos nya keluar itu hanya angan angan, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saja, dari pada mengganggu singa yang kelaparan.
Rara akhirnya sampai, namun masih belum mendapati Riri di rumah, membuat semua keluarga khawatir, mereka semua menelpon Riri, tapi panggilan selalu teralihkan.
Saat malam, akhirnya Riri pulang bersama Reza, membuat Hana kesal menatap Reza, tatapan tak bersahabat itu menunjuk pada Reza.
"Selamat malam semua, maaf baru pulang" ucap Reza dengan tersenyum, walaupun Hana menatap Reza dengan tajam.
"Riri, kemana saja kau? kenapa tidak menelpon bunda? bunda sangat khawatir pada dirimu!" tanya bundanya mendekat kepada Riri dan memeluknya.
"Aku ke pantai bersama kak Reza bunda, Riri tidak apa apa!" jawab Riri membalas pelukan bundanya.
"Jika kau pergi, telpon bunda dulu, apalagi saat bersama Reza" ucap bundanya, saat mengatakan Reza, Hana menatap tajam pada Reza.
"Iya Bun, maafkan aku, aku sangat mengantuk sekarang" ucap Riri dengan menguap.
"Baiklah, kau mandilah dan tidur" ucap Hana dengan tersenyum.
Riri pun pergi ke kamar untuk membersihkan diri dan mengganti baju, kakaknya jahat, sama sekali tak membelikan baju untuknya, dumel Riri.
"Maafkan aku bunda, jika aku mengatakannya, kau pasti tak akan mengizinkannya" ucap Reza setelah Riri pergi dari sana.
"Reza! kenapa melakukan hal ini, bunda sangat khawatir pada Riri, jangan lakukan hal itu lagi Reza!" ucap Hana dengan menitikkan air matanya.
"Maafkan aku bunda, semua ini salahku, maaf" ucap Reza dengan menundukkan kepalanya.
"Baiklah, tidak apa apa, jangan di ulangi lagi, cepat ke kamarmu mandi dan makan di sini" ucap Hana yang tak mau hubungan dengan anaknya itu hancur hanya gara gara kejadian sepele.
"Baik Bun, aku pergi dulu" ucap Reza lalu melangkahkan kakinya.
Melewati kamar Riri, Reza diam sebentar mengamati Riri yangnsedang tiduran, belum mandi juga.
"Riri, sebaiknya mandi dulu, kau belum mandi dari kemarin!" ucap Reza masih di ambang pintu.
"Ehhh, kak, iya aku lelah, sebentar lagi mandi" balas Riri.
"Baiklah kalau begitu kakak akan masuk ke kamar dulu"
"Hmmm iya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
susah di tebak ni... mo di bawa kemana...
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-03
1