"Lalu?" tanya Aryan dengan marah.
"Maaf, saya... saya" gugup Riri menundukkan kepalanya.
"Maafkan aku Rara, aku tidak bermaksud apa apa, aku hanya khawatir kau kenapa kenapa!" ucap Aryan memeluk Riri.
"Tuan, banyak orang yang melihat kita!" ucap Riri dengan tidak enak hati di lihat seperti itu, ada yang menatapnya sinis, ada yang menatapnya iri dan kaget.
"Aku akan makan bersamamu!" ucap Aryan melepaskan pelukannya.
"Tidak tuan, kak Luna akan mentraktir ku hari ini, dia bilang seperti itu" sergah Riri dengan polos.
"Kenapa kau mengejar ngejar traktiran Rara kenapa hanya dengan kata traktir kau seperti ini, aku yang akan mentraktirmu, dan kau Luna, pesan apa saja yang kau mau!" ucap Aryan dengan kesal.
"Ba... baik pak, terima kasih" ucap Luna yang terkejut dengan hal itu.
"Ayok Rara duduklah" ajak Aryan lalu Riri pun duduk di sampingnya.
"Rara, kau tidak apa apa kan?"
"Tentu tidak tuan, aku baik baik saja, hanya bosan karena tidak ada pekerjaan saja" jawab Riri dengan menatap Aryan kesal karena tak mendapatkan pekerjaan.
"Tidak, aku tidak ingin kau lelah, aku menyerahkan semuanya pada nikil saja" balas Aryan memegang tangannya Riri.
"Nona ini makanan anda, dan ini makanan anda" ucap pelayan itu menyerahkan makanan pada Riri dan Luna.
"Terima kasih pak" ucap Riri lalu di angguki oleh bapak tua itu.
"Tuan, apa anda ingin sesuatu?" tanya sang bapak tua itu pada Aryan
"Saya ingin makanan seperti Rara" ucap Aryan dengan dingin, Riri saja yang mendengar nya seperti bergidik ngeri, apalagi bapak tua itu.
"Baik tuan" ucap bapak tua itu lalu membungkukkan badannya.
"Tuan, makan!" tawar Riri lalu memakan nya.
"Hanya menawar seperti itu? tidak menyuapiku?" tanya Aryan yang aneh bagi Riri.
'Tentu saja, aku hanya menawarkan makanan hanya basa basi saja' protes Riri dalam hatinya.
"Ini makan lah" ucap Riri menyodorkan piring itu.
"Suapi aku Rara" mendengar itu membuat Luna tersedak oleh makanannya.
"Ada apa Luna?" tanya Aryan yang merasa terganggu.
"Ti...tidak pak, hanya tersedak" jawab Luna yang ketakutan.
"Kak Luna, minumlah ini" tawar Riri menyodorkan minuman nya pada Luna.
"Terima kasih"
"Sama sama kak"
"Rara, aku ingin di suapi!" rengek Aryan, kini Luna tersedak oleh minuman yang di berikan oleh Riri tadi.
"Luna! apa kau tersedak lagi?" tanya Aryan dengan kesal.
"Kak Luna, maafkan aku!" ucap Riri yang tahu kenapa Luna seperti itu.
"Maaf pak! saya hanya kaget!" ucap Luna lalu menunduk dan makan dalam diam.
"Tuan Aryan, apa tidak bisa baik sedikit saja?" panggil Riri dengan kesal dan bertanya.
"Tentu, aku selalu baik padamu sayang" ucap Aryan dengan lembut, kini Luna yang makan dalam diam hanya terbatuk kecil saja, ingin tertawa karena bos nya yang jahat dan super dingin itu, kini malah bermanja seperti anak kecil.
"Terserah" ucap Riri tak ingin mengindahkan ucapan Aryan.
"Rara, aku ingn di suapi!" rengek Aryan dengan memeluk tangannya Riri.
"Hmmm, baiklah, buka mulutmu" instruksi dari Riri langsung saja Aryan membuka mulutnya dengan lebar.
"Enak sekali Rara, benarkah!"
"Ini hanya makanan biasa kalangan bawah saja suka memakannya, tapi tidak pantas jika di makan oleh mu tuan Aryan" ucap Riri menjelaskan.
"Tapi menurutku ini enak Rara, apalagi jika di suapi oleh dirimu!"
"Apa tidak bisa, sehari saja tidak gombal!"
"Tidak bisa, aku akan tersiksa jika aku tanpamu"
"Seperti anak kecil saja" ucap Riri dengan menyuapi Aryan.
Setelah selesai makan, Riri pun kembali ke ruangannya, tentu bersama Aryan, Aryan tak ingin berjauhan dengan Riri sekarang, seolah tahu Riri tidak akan ada disini besok.
"Tuan Aryan, tidak bisakah ke ruanganmu saja?" tanya Riri dengan kesal, namun bahagia jika bersama Aryan.
"Tidak Rara, aku hanya ingin bersamamu, setidaknya satu hari saja, aku tidak bekerja, nikil yang melakukan semuanya, jadi tidak akan terjadi apa apa" jawab Aryan dengan lembut memeluk Riri.
"Hmmm, baiklah, terserah" ucap Riri melepaskan tangan Aryan dan duduk di sofa, Aryan pun melakukan hal yang sama.
"Jangan berjauhan Rara, aku ingin bersamamu sebentar saja!"
"Bukan sebentar, tapi seharian Aryan, aku tidak mau menggangu pekerjaanmu!" ucap Riri dengan kesal.
"Baiklah baiklah, nanti kau pulang bersama siapa?" tanya Aryan masih memeluk Riri dengan erat.
"Dengan kakakku, dia akan menjemputnya"
"Jangan bersamanya, aku akan mengantarmu"
"Tidak bisa, kakak ku akan kembali lagi ke negaranya, setelah seminggu jadi aku ingin menghabiskan waktu ku bersamanya" jawab Riri membuat Aryan kesal.
"Apa aku tidak penting untukmu?"
DEGH
"Tidak Aryan, hanya saja aku jarang sekali bertemu dengannya, bahkan dia pulang kesini setelah setengah tahun di luar negri"
"Jadi apa aku penting bagimu?" tanya Aryan antusias.
"Iya, kau sangat penting bagiku Aryan" ucap Riri dengan mencium bibirnya Aryan, Aryan pun tak kalah dengan Riri langsung membalasnya.
"Aku mencintaimu Rara, sayang" ungkap Aryan setelah ciuman itu lepas.
"Aku juga mencintaimu Aryan" balas Riri lalu dengan berani mencium Aryan kembali, ia tak bisa menahan hatinya, dalam dua hari, Riri di jatuhkan oleh Aryan, membuat hatinya tak bisa melakukan apa apa!
"Rara, aku sangat mencintaimu, jangan tinggalkan diriku" pinta Aryan kini berbaring di atas paha Riri.
"Tidak akan, aku akan selalu bersamamu Aryan, bahkan jika takdir tak mengizinkannya, aku akan terus berusaha meminta padanya akan mempersatukan kita" jawab Riri dengan setulus hatinya.
"Terima kasih"
"Sama sama, kau tidurlah Aryan, aku akan membangunkanmu nanti saat sudah waktu pulang" ucap Riri dan Aryan pun memejamkan matanya, memeluk pinggang Riri.
Lama Riri duduk di posisi seperti itu, membuatnya keram.
"Euhhh" gumam Aryan saat dirinya merasa ada yang terusik.
Melihat Aryan seperti tidak nyaman, akhirnya Riri pun mengambil bantal lalu memindahkan kepala Aryan ke bantal itu, Riri pun pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Aryan terbangun dari tidurnya, melihat Riri tak ada di sana, Aryan pun mencarinya seperti anak kecil, rambut berantakan dan baju yang sudah kusut, membuat orang terheran saat melihat Aryan, namun Aryan tak mengindahkannya.
"Tuan, ada apa?" tanya nikil, yang baru keluar dari ruangannya itu.
"Nikil, kau melihat Rara ku?" tanya Aryan membuat nikil heran, karena bosnya menyebut Rara dengan sebutan Rara ku.
"Tuan, Rara tadi keluar, mungkin ke toilet" jawab nikil, karena tadi sempat melihat Rara, dan berjalan ke arah toilet.
"Baiklah, terima kasih nikil!" ucap Aryan lalu berlari ke toilet.
Banyak wanita di sana, Riri pun berbincang sebentar dengan rekan temannya, hanya untuk mencari teman baru saja.
"Rara, kenapa tak membangunkanku?" tanya Aryan dengan langsung, membuat para wanita yang di sana terkejut bos nya ke kamar mandi wanita.
"Aryan! ehh, tuan, kenapa ada disini, ini toilet wanita" tegur Riri membuat heran semuanya, karena Rara berani tegur bosnya itu.
"Aku mencarimu Rara, kenapa tak membangunkanku?" jawab Aryan lalu bertanya lagi
"Baiklah, ayok kita ke luar dulu" ajak Riri lalu memegang tangannya Aryan.
"Ya ampun, apa aku salah lihat?" tanya seorang wanita di sana.
"Tidak, kita tidak salah lihat nes, kita memang melihatnya secara langsung" balas wanita yang satunya lagi.
"Tidak mungkin! Rara bahkan sebentar lagi akan menikah, tapi dengan teganya Rara mengkhianati calon suaminya!" tuduh wanita lain.
"Iya, aku tidak percaya"
"Jika tidak percaya, jangan percaya, mudah kan!" timpal wanita lain.
"Ayok sebaiknya kita bekerja, jika kita ketahuan pak Aryan, mungkin dia akan langsung memecat kita" ucap wanita lain menakuti mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
nah kan, makin rumit😅 tar bocor kemana mana beritanya, kasian rara...
2022-03-03
1