Mereka sekarang berada di restoran dekat kantor nya Aryan, Aryan pun tidak tahu kenapa ia ingin sekali mengajak Rara atau Riri yang kini menyamar sebagai Rara.
"Apa yang akan kau pesan?" tanya Aryan setelah duduk di meja makan.
"Emmm, aku tidak tahu, tapi aku akan memesan pasta makaroni, sop ayam dan iga kecap! tuan mau?" jawab Riri dengan senang ia akan di traktir.
"Terserah, tapi kau yakin akan menghabiskan semuanya?" tanya Aryan yang heran karena wanita di depannya makan sangat banyak.
"Tentu saja, apalagi ini traktiran dari tuan, dengan senang hati saya akan menghabiskan nya!" jawab Riri dengan terus tersenyum menampilkan gigi putih yang berjajar rapih.
"Hmmm, baiklah, pesankan saja steak daging!" ucap Aryan.
"Baiklah di laksanakan tuan!" ucap Riri berdiri dengan membungkukkan badannya, sedangkan Aryan yang melihat itu langsung saja tertawa
karena Rara berbeda dari hari sebelumnya.
Setelah memesan makanan, mereka pun
berdiam diri.
"Hmmm membosankan!" ucap Riri menguap karena tak di ajak bicara.
"Ada apa?" tanya Aryan dengan melihat Riri.
"Tuan! Anda membosankan, tidak sedikitpun berbicara, saya merasa seperti di anggurkan!" celoteh Riri dengan nada kesal.
"Ehhh, maaf, aku terbiasa seperti ini!" ucap Aryan meminta maaf pada Riri dengan menatap lekat.
"Hahh?!" kaget Riri karena wajah Aryan mendekat, membuat jantungnya sedikit berdetak cepat.
"Ada apa?" tanya Aryan itu lagi.
"Eh, ti...tidak tuan, saya hanya kaget!" jawab Riri dengan mengusap dadanya.
"Ohhh, baiklah sudah sampai makanannya, ayok kita makan!" ucap Aryan saat melihat pelayan datang membawa makanan.
"Emmm iya!"
"Jangan terlalu cepat makannya, jika tidak nanti akan tersedak!" ucap Aryan dengan melihat Riri yang makan.
"Hehehe, iya maaf, saya tidak bisa menahannya!" ucap Riri dengan tersenyum.
"Kau terbiasa seperti ini?" tanya Aryan pada Riri.
"Iya, aku selalu makan dengan cepat, jika tidak aku takut anda akan mengambilnya!" ucap Riri dengan sedikit menutup makanannya.
"Hahaha, tidak akan Riri, sekarang jika mau aku akan membelikannya lagi?" ucap Aryan dengan tertawa.
"Tidak usah, ini saja pasti sudah sangat kenyang!" balas Riri menolak Aryan.
"Baiklah, kau makan saja itu!"
"Hmmm baik!"
Setelah makan di restoran, kini mereka kembali ke kantor, semua orang melihat Riri dengan kaget, kenapa Riri begitu riang dengan Aryan bos nya.
"Tuan terima kasih sudah mentraktirku, itu adalah kesukaanku!" ucap Riri dengan berjalan mundur, sedangkan Aryan hanya menatapnya saja.
"Sama sama Riri, besok jika mau, saya akan mentraktirmu lagi!" balas Aryan, dengan berhenti berjalan, melihat Aryan berhenti berjalan ia pun ingin berhenti, namun berhenti mendadak membuatnya oleng, hingga akan terjatuh jika Aryan tak menangkapnya.
"Rara hati hati!" teriak Aryan lalu menggapai tubuh Riri.
'Ohhh my! kenapa ini? jantungku merasa ingin meledak' batin Riri berteriak.
"Rara, hati hatilah, jika tidak kau akan terjatuh" ucap Aryan memperingati.
"Ahhh, iya tuan, maaf merepotkan!" ucap Riri lalu berdiri tegak.
Semua orang yang ada di sana hanya melihat adegan yang belum pernah terjadi sama sekali, membuat mereka tercengang.
"Ya ampun apa ini? kenapa mereka seperti sepasang kekasih?!" ucap rekan wanita yang melihat adegan itu.
"Sudahlah, itu hanya kecelakaan, Rara sebentar lagi akan menikah kan!" ucap teman rekan satunya lagi.
"Ahhh iya aku lupa, tapi tidak mungkin sangat akrab, bahkan kemarin saja Rara sangat cuek!" ucap rekan nya lagi.
"Iya ada yang aneh dengan Rara, apa dia kerasukan, hahh!" balas rekan nya lagi dengan menutup mulutnya.
"Sudah, jangan bahas ini, kalian Sekarang pergi bekerja jika tak ingin di pecat!" ucap seorang wanita tua kepada mereka, mendengar itu mereka hanya mengangguk dengan menunduk.
"Baik Bu" ucap mereka serempak.
"Baiklah, cepat bekerja, jika bos melihat ini, kalian akan di pecat!" ucap wanita itu lagi.
Di ruangan Aryan, Riri ikut ke ruangan Aryan karena Aryan lah yang meminta.
"Rara, kau gambarkan ini, apa bisa?" tanya Aryan pada Riri
"Ahh, benarkah? tentu! saya sangat suka menggambar tuan!" ucap Riri dengan girang.
"Baiklah tolong gambar ini!" pinta Aryan lalu menyerahkan kertas itu.
Setelah itu Riri pun berkutat dengan serius, Aryan tanpa sengaja melihat Riri sekilas, namun lama kelamaan membuat Aryan terus menatap Riri, membuat dirinya terbuai oleh pesona Riri, jelas berbeda dari Rara yang biasanya, Rara yang tipikal cuek dan tak ingin bergaul, hanya terus membalas omongan orang dengan singkat, namun berbeda dengan Riri.
"Ahhh, akhirnya selesai!" ucap Riri membuat Aryan kaget mendengarnya.
"Kau sudah selesai?" tanya Aryan.
"Iya tuan, lihatlah ini!" ucap Riri dengan menyodorkan kertas itu.
"Bagus Rara, ini sangat bagus, kapan kau mulai belajar?" takjub Aryan.
"Emmmm,. baru kemarin saya belajar tuan!" jawab Riri dengan asal.
"Hahh? tapi tidak mungkin secepat itu!" ucap Aryan dengan bingung.
"Ehhh tuan, maksud saya, saya belajar dari seseorang!" jawab Riri dengan gugup.
"Baiklah, tapi ini lumayan bagus Ra!" puji Aryan.
"Hehehe, terima kasih tuan, saya sangat tersanjung!" ucap Riri dengan tertawa pelan.
"Baiklah tunggu di sini ya, saya akan keluar sebentar" pinta Aryan pada Riri, lalu berdiri dan berjalan keluar, sedangkan Riri hanya bisa mengiyakan.
Riri yang bosan melihat ke semua ruangan, mulai dari rak buku yang rapih, meja yang banyak dokumen dan ruangan yang sangat putih mengkilap itu, memang bagus, tapi sangat tidak berwarna.
Riri yang kebiasaan jalan mundur membuat dia menginjak sesuatu dan terjatuh.
"Awww! aishh sakit sekali!" ringis Riri karena bagian belakangnya sakit karena terjatuh.
"Ya ampun Rara! kenapa bisa terjadi?" tanya Aryan yang baru masuk, lalu menggendong Riri membawanya ke sofa.
"Ahhh, pantat ku sakit sekali!" ucap Riri merasa ingin menangis.
"Yang ini?" tanya Aryan memegang pantatnya Riri.
"Ahhhrrghhh! jangan menyentuh itu!" teriak Riri saat Aryan memegangnya.
"Emmn, maafkan saya Rara, saya tidak tahu, hanya refleks saja!" maaf Aryan yang sama terkejutnya dengan yang baru saja dia lakukan.
"Ahh, ya ampun!" teriak Riri yang sudah menangis.
"Aduhh, kenapa kau menangis Rara!" tanya Aryan yang tidak tahu apa apa.
"Tidak tuan, saya baik baik saja, hanya perlu setengah baring saja!" jawab Riri yang tak ingin Aryan khawatir.
"Baiklah, kalau begitu istirahat saja di kamarku!" ucap Aryan lalu menggendong Riri tanpa izin.
"Ehh, tidak tidak, aku mau turun!!!" teriak Riri tak ingin ia masuk ke kamar bersama pria asing.
"Tenang saja Rara! saya tak akan melakukan apapun!" ucap Aryan dengan dingin, sedangkan Riri yang mendengar membuatnya takut.
"Tidurlah di sini, istrihatkan badan mu, aku akan menyuruh orang untuk memanggil dokter!" ucap Aryan lalu pergi meninggalkan Riri di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
vhieh
sudahlah riri jangan menolak, biar aryan yang mengendongmu masuk ke kamar 😂
2022-03-21
0