Malvin duduk di ruang rapat memperhatikan seseorang yang sedang mempresentasikan didepan podium. Namun pikiran Malvin tidak fokus, pikirannya berkelana entah kemana. Mungkin juga karena dia akan pergi menemui kakek sore ini di negara S. Atau mungkin karena hal lain.
Kelebatan wajah Embun mengacaukan fokusnya. Wajah wanita itu tiba-tiba saja terpampang di layar slite didepan. Mata Malvin mengerjap memcoba memastikan matanya. Malvin mengusap-usap matanya. Hanya terlihat tulisan dan diagram disana.
Malvin tersenyum geli.
Apa yang kupikirkan? Fokuslah Mal.
BRAAAAKKK!
Suara pintu dibuka dengan keras, membuat semua mata tertuju kesana. Seorang wanita berdiri beberapa meter dari pintu masuk. Wanita itu mengenakan seragam CS perusahaan Malvin.
Malvin terkejut wajah wanita itu mirip sekali dengan Embun. wajah yang baru saja menipu matanya.
Aahh,, sepertinya mata ini menipuku lagi. tak mungkin dia ada disini dan menerobos masuk dengan seragam cleaning service kan?
"Keributan apa ini?" teriak sekertaris Ken yang berdiri tak jauh dari Malvin duduk.
Mata Malvin dan Wanita itu bertubrukan. Malvin masih terkejut dan mencoba menyadarkan dirinya, bahwa dia hanya salah lihat.
"Mal."
Suara lirih yang masih terdengar ditelinganya. Sebelum wanita itu dicengkram oleh tangan dua orang scurity. Dan menyeretnya keluar.
"Maaf atas keributan ini" ucap salah satu scurity yang ikut menerobos masuk.
"Lepaskan!" teriak wanita itu mencoba meloloskan diri.
"Mal! Malvin! Apa kau mendengarku! Mal!"jeritan wanita itu semakin samar terdengar.
Malvin masih bergolat dengan pikirannya.
Itu wajahnya, itu suaranya. semuanya sangat nyata, tak mungkin ini hanya bayanganku kan?
Suasana ruangan kembali kondusif, rapatpun dilanjutkan.
"Mal! Malvin! Apa kau mendengarku! Mal!" Suara yang terus bergaung ditelinga Malvin membuatnya berdiri secara tiba-tiba.
Itu memang dia. Apa yang kulakukan?
Malvin berlari menuju pintu. Ken yang duduk disampingnya terlihat kaget dan ikut berdiri,
"Tuan!" sebutnya, "Tuan Malvin."
Malvin membuka kasar pintu ruang rapat. Matanya membola melihat wanita itu sudah terduduk dilantai dan masih memberontak. Dua orang memegang tangannya, dan seorang lagi berjongkok didepannya. Wajah Malvin memerah, rahangnya sudah mengeras.
"STOPP!"
"I SAID STOP!"
Malvin menarik tubuh salah satu scurity yang berjongkok didepan gadis lemah itu.
BUG!
Satu pukulan Malvin layangkan, membuat mereka terkejut. Termasuk Ken yang menyusul sampai depan pintu ruang rapat.
"Menyingkir!"
Malvin berjongkok didepan Embun dengan wajah pucat dipenuhi kewatiran. Embun yang terduduk dilantai itu tersenyum lega. Airmatanya jatuh begitu saja.
______
Embun duduk di sofa ruangan Malvin disampingnya, duduk Malvin yang sedang mengoleskan salep pada sudut bibir Embun yang terluka. Wanita itu melirik sebentar pria dihadapannya itu.
"Kenapa wajahmu sampai seperti ini? Mereka memukulmu?"ucap malvin.
Embun mengalihkan pandangannya sebentar. lalu kembali menatap wajah pria bule itu.
"Mereka hanya melakukan tugasnya. Aku sangat ganas tadi. Beberapa dari mereka sudah merasakan kerasnya tanganku." dengan sedikit senyum geli.
Malvin menatapnya dengan sorot prihatin, sedih, marah bercampur menjadi satu.
"Apa yang membawamu kemari?"
Embun menundukkan wajahnya.
"Kenapa tidak menelponku lebih dulu? Kamu nggak perlu mengalami ini jika melakukannya."
"Maaf. Hp ku jatuh dan rusak." jawab Embun lirih.
"Melihatmu begitu keras untuk sampai kemari hanya untuk menemuiku pasti bukan hal yang sepele bukan? Apa apa?" menatap wajah Embun intens.
"Aku dengar kamu akan pergi ke Negara S sore ini."
Malvin tersentak, matanya menatap intens wajah Embun.
Apa dia kemari karena aku akan pergi? Ah tidak mungkin. Tidak mungkin karena itu. Pasti ada alasan lain. Mungkinkah karena suaminya? Tidak. Aku sudah beberapa kali menawarinya tapi dia seolah menolak. Lalu kenapa? Uugghh kenapa bibir itu menggoda sekali walau sedang terluka. Tahan Mal. Tahan. - Dalam pikiran malvin.
"Karena itu...."
Cup.
Sial! Aku tak tahan. Kamu terlalu menggodaku -batin malvin
Mata Embun membulat, bibir Malvin sudah menempel di bibirnya. Pria itu menyesap bibirnya, lidahnya berusaha menerobos masuk kemulutnya. Embun membuka mulutnya membiarkan lidah Malvin berbuat sesukanya. Embun menutup matanya perlahan. Ikut menikmati ciuman lembut yang pria itu berikan.
Wajah Malvin mulai berjarak. Malvin menatap inten wanita didepannya. Kembali Malvin memangkas jarak meraih tengkuk Embun dan menciumnya lagi. Saling memberikan ciuman hangat dan lembut.
"Mal....."
"Heeeeeemmm...." Malvin masih enggan mengakhiri ciumannya.
Malvin semakin memperdalam ciumannya. Menggulum lidah yang terasa manis dan mengekplore seluruh rongga mulutnya. Hingga Embun menyudahi dengan membuat jarak. Nafas mereka memburu saling bersahutan. Terlihat jelas masih menginginkan lebih.
Embun sadar, tak seharusnya dia melakukan itu. Dia sangat tau bagaimana perasaan Malvin, namun dia merasa seolah sedang memanfaatkanya.
"Maaf..."ucap Embun."Apa yang kupikirkan?"
Embun berdiri, wajahnya sudah terlihat linglung. Jujur saja di satu sisi dia ingin menerima tawaran Malvin, namun disisi lain dia merasa memanfaatkan perasaan pria itu.
"Ini tidak benar... Nggak seharusnya aku.."
Mavin menarik tangan Embun hingga wanita itu duduk dipangkuannya.
"Apa yang membawamu kemari?" ucap Malvin dengan mimik serius.
Embun hendak beranjak, Malvin menahannya.
"Maaf. Aku tak seharusnya memanfaatkan situasi. Maafkan aku. Heeemm?" menatap Embun intens.
Embun menunduk. Dia jadi semakin merasa bersalah. Dialah yang telah memanfaatkan perasaan.
"Apa yang membawamu kemari? Melihat kamu begitu berusaha, aku yakin itu bukan untuk menemuiku, benarkan?" menegakkan wajah embun dengan jarinya.
Benar. Aku memang punya maksud lain. Sebelum kamu pergi. Aku jahat bukan? Aku memanfaatkan mu sekarang. pikir Embun.
"Tawaranmu? Apa itu masih berlaku?"ucap Embun.
Malvin tersenyum,
"Tentu." ucapnya yakin."Apa yang membuatmu berubah pikiran?"
"Dia menyakiti Kay."lirih Embun.
"Sudah kuduga." balas Malvin. "Apa alasannya?"
"Dia bilang Kay membuat Yura hampir keguguran."ucap Embun pelan.
Malvin tertawa lucu. Dia merasa jengkel.
"Aku cukup mengenal Kay, dia tak akan melakukannya. Dia masih terlalu kecil. Lalu?"
"Dia memukul Kay dengan tali pinggang."parau Embun, mata nya sudah memproduksi bulir bening lagi. Malvin semakin mengeratkan pelukannya. Tangannya menggenggam kuat.
"Ceritakan padaku semuanya." ucap Malvin mengusap pipi Embun dengan jarinya.
"Kay ada didepan panti kemarin sore dengan tas ransel yang besar. Dia menangis menungguku. Aku membawanya masuk, tangannya penuh luka dan pipinya merah. Kay tak mengatakan apapun. Karena itu aku mendatangi rumah Mas Danu. Dia bilang Kay membuat istrinya hampir keguguran. Karena itu Mas Danu menghukumnya." cerita Embun diselingi isak tangis."Aku tak bisa memaafkan siapapun yang menyakiti Kay. Meskipun ayahnya sendiri."
Malvin mengusap lelehan kristal bening pipi Embun.
"Dimana Kay sekarang?" ucapnya.
"Dirumahmu."lirih Embun
Malvin tersenyum.
"Pintar. Mulai malam ini kalian tinggal disana. Jangan kembali kepanti."ucap Malvin
"Barang-barang kami masih dipanti."ucap Embun.
"Tak apa. Biar aku yang urus."Ucap Malvin lembut.
"Aku akan menyuruh orang untuk visum. Selanjutnya, kita ajukan tuntutan."lanjut Malvin
"Jangan. Aku tidak mau Mas Danu dipenjara dulu."pinta Embun cepat.
Malvin menatap Embun intens.
"Kenapa?"
"Dia harus merasakan hal terburuk sebelum berakhir dipenjara."ucap Embun penuh dendam.
Malvin tertawa lucu.
"Mengerikan sekali. Wanita yang tersakiti. Dendam bisa merubah malaikat menjadi iblis." ucapnya."Tapi aku suka."
"Embun, jadilah iblis bagi Danu, tapi tetaplah menjadi malaikat bagi yang lain. Heemm?"
________
Setelah mengantar Embun sampai dilobi Malvin memulai perjalanan ke Negri S. Malvin berjalan di koridor sebuah rumah sakit ternama di negara itu. Malvin berhenti didepan pintu ruang VVIP. Malvin menyentuh handel dan membukanya. Didalam ruangan itu Malvin disambut oleh dua orang bodyguard yang menunduk hormat padanya.
Malvin mendekati brangkar yang terbaring diatasnya seorang kakek tua. Disampingnya terdapat banyak alat medis dan selang. Kakek tua itu terduduk begitu melihat Malvin mendekat.
"Tidurlah. Anda tidak perlu bangun Kek."
"Tak apa. Bagaimana kabarmu?"ucap kakek itu lemah.
Malvin tersenyum hangat. "Saya sangat sehat dan bugar."
"Kamu terlihat lebih bahagia sekarang. Apa kamu sudah menemukan cucuku?"
"Belum."ucap Malvin."Saya akan lebih banyak mengerahkan orang saya untuk itu. Kakek berfokuslah pada kesehatan kakek."
"Cepatlah temukan dia Vin. Aku tak ingin mati sebelum bertemu dengannya."pinta kakek tua itu.
"Jangan katakan hal seperti itu." ucap Malvin.
"Apa kamu masih menyimpan kalung identitas milik Hana?"
"Masih kek."
"Temukan pasangannya Vin. Dialah cucuku."
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
oppa seo joon
cerita Danu sm jalangnya q skip baca malesin
2024-01-24
5
Suddin
seru
2023-12-05
0
Ike Gift Panginan
in sdh mulai seru thor
2023-08-25
0