Hari terus berlalu, Danu masih kepikiran siapa pria asing dipanti? siapa dia yang menahan tangannya dulu? Kenapa wajahnya sangat familiar? Danu merasa pernah melihatnya, tapi dimana? Danu bahkan tidak dapat mengingatnya dengan pasti.
Sudah lah ngapain mengingat-ingat orang yang tidak penting. Buang waktu saja. Lebih naik aku fokus saja pada presentasiku nanti. Ini menentukan kenaikan posisi ku kedepan. pikir Danu menepis segala tanya tentang pria asing itu dikepalanya.
Danu berjalan melewati lorong-lorong dalam pabrik tempatnya bekerja menuju keruangannya. Danu akan mengikuti meting dengan para manager terpilih digedung utama Crd corp. yang menaungi PT Coren tempatnya bekerja. Danu tak akan melepaskan kesempatan emas ini. Dan ini kesempatan pertama kalinya Danu melihat langsung Bosnya. Pemilik CRD Corp.
Danu mengambil beberapa berkas dimeja kerjanya memasukkan kedalam tas kerja, dan berjalan menuju parkiran. Disana Sudah menunggu beberapa manager lain yang akan berangkat bersama.
Dalam perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam itu Danu berangkat dengan mobil pabrik. Dia duduk di kursi penumpang belakang. Danu melihat keluar jendela, Di seberang dia tak sengaja melihat Embun yang sedang mendorong motornya. Sepertinya bocor atau macet,entahlah Danu tak tau, tapi itu sukses membuat Danu menarik sudut-sudut bibirnya ke atas.
Embun embun memang pantas kamu mendapatkannya, itu sangat cocok dengan keadaanmu. Lihat siapa yang mau menolong perempuan jelek sepertimu. Hahahah -Batin danu mencemooh.
Mobil yang ditumpangi Danu melesat membelah jalanan, menyusuri ruas-ruas dan liku-liku jalan yang semakin menuju pusat kota. Dan berhenti tepat di depan gedung besar yang menjuang tinggi, dengan tulisan CRD CORP besar-besar hingga membuat mata tak perlu susah payah melihatnya.
Danu dan rombongan berjalan memasuki gedung, ada rombongan manager lain yang lebih dulu sampai. Mereka bergabung dan membentuk kerumunan. Mereka berjalan menuju ruang meting besar di lantai 7.
"Meting kali ini sangat penting, karena Bos besar yang akan langsung memantau jalannya pertemuan kali ini. Pastikan semua tanpa cela." ucap atasan Danu mengingatkan.
"Baik."
"Dan jangan membuat kesalahan. Bos kita sangat pemilih. Bisa saja dia mengeluarkanmu dari ruang meting jika tidak suka. Dan kamu tau akan berakhir dimana kan?" lanjut atasannya lagi menegaskan.
"Baik."
Danu sangat mengerti, hanya orang yang terpilih berpotensi saja yang bisa ikut meting kali ini. Bila bisa lolos, maka masa depan yang sangat cerah didepan mata. Namun bila gagal, ya selamat tinggal, tak akan ada ruang untuk mereka yang dikeluarkan dari ruang meting oleh CEO mereka.
Suasana ruang meting besar sangat ramai, Ada banyak orang disana, dan mereka adalah barisan Manager yang terpilih. Termasuk Danu yang duduk di barisan depan.
Waktu terus berjalan, seharusnya meting sudah dimulai. Namun entah kenapa, Bos Besar belum juga menampakkan diri. bahkan Asisten yang selalu terlihat bersamanya pun tak terlihat.
Wajah-wajah gusar tercetak jelas memenuhi ruangan itu. Banyak yang bertanya, ada apa? Mengapa orang yang sangat dinanti namun juga disegani itu tak juga muncul.
Setengah jam telah berlalu. Bos besar belum juga datang. Banyak yang bertanya-tanya ada apa. Kenapa orang yang selalu tepat waktu itu sampai terlambat.
Ruang rapat menjadi cukup ramai oleh suara-suara dugaan dan spekulasi tentang ketiadaan Bos sampai detik ini. Hingga suara pintu dibuka.
Hening.
Semua mata terpusat ke arah pintu, Sekertaris bos besar Kennan muncul merubah atmosfir diruangan itu menjadi tegang. Dalam keheningan itu hanya suara langkah kaki Sekertaris Ken yang terdengar memasuki ruang rapat. Bahkan suara nafas mereka tak terdengar saking tegangnya.
Sekertaris Ken berhenti tepat di depan kursi yang disediakan untuknya. Dia meraih mickrofon yang terpasang diatas mejanya.
"Ayo kita mulai." tegasnya singkat.
Atmosfir berubah lagi, namun tak ada yang berani bersuara. Dalam pikiran mereka sama, kenapa CEO mereka tidak hadir, malah digantikan Sekertarisnya Ken yang duduk disana.
Meting kali ini berjalan cukup lancar, Danu pun terlihat senang dan gurat bahagia terpasang disana. Presentasinya mendapat respon yang baik dari Sekertaris Ken yang menggantikan kehadiran Bos besarnya.
Tidak bertatap muka langsung dengan Bos pun tidak masalah. Toh sepertinya aku akan naik ke posisi yang lebih tinggi nantinya. pikir Danu dengan senyum kepercayaan diri di wajahnya.
________
Heeemmm... kemana Bos dari CRD CORP berada? Kenapa dia tidak menghadiri rapat siang itu? Kita kembali ke beberapa waktu yang lalu.
Dalam sebuah mobil hitam duduklah skertaris Ken di kursi penumpang depan. Dia sedang mengecek beberapa file yang dikirim ke Email nya. Di kursi kemudi duduk sang supir yang memang selalu disiagakan kemanapun Bos CRD Corp itu pergi.
Di kursi belakang duduk bersandar pria berhidung mancung dengan menatap keluar jendela. Pandangan matanya menerawang jauh seolah sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Mata pria itu menangkap seorang wanita yang sedang mendorong motornya dipinggir jalan. Hingga mobil yang ditumpangi Pria itu melewatinya. Dia menoleh memastikan wanita yang dilihatnya orang yang dia kenal.
"Ken. Berhenti."
Sekertaris Ken menoleh, dan mengintruksikan supir untuk menghentikan mobil.
CEKKIIITTT...
Mobil berhenti. Pria itu membuka pintu disampingnya.
"Gantikan aku di meeting hari ini." Keluar dari mobil.
"Tuan Malvin...."
"Meeting tahunan kali ini tak ada aku pun tak masalah bukan? Aku rasa kamu saja cukup."Ucap bosnya menutup pintu.
Dia berjalan sedikit kedepan, sekertaris Ken membuka jendela kaca.
"Tapi Tuan,"
"Berikan saja padaku hasil akhirnya nanti. Aku percaya pada penilaianmu."
dan berjalan kebelakang. Skertaris ken ikut membuka pintu dan melihat kearah bosnya.
"Kenapa Tuan....." Sekertaris Ken tak melanjutkan ucapannya kala melihat bosnya itu berjalan mendekat kearah Embun, wanita yang sedang mendorong motornya itu.
Pria itu tersenyum tipis lalu kembali kedalam mobil.
"Jalan."
Mobil Ken berjalan ke arah gedung Utama CRD Corp.
"Whats going on?"
"Mobil mu pergi, Mal." ucap Embun yang melihat mobil yang menurunkan Malvin bergerak menjauh.
Malvin tersenyum misterius,
"Let me help you." mengambil alih motor Embun dan mendorongnya.
Embun biarkan saja toh Malvin tetap akan melakukannya meski dia menolak. Lagipula Embun capek sudah skitar setengah kilo meter dia mendorong motornya dan belum juga menemukan bengkel.
"Apa yang terjadi dengan motormu?"
"Macet."
Malvin berhenti begitupun dengan Embun. Malvin mengecek keadaan motor.
"Sudah berap lama kamu mendorong?"
"Entahlah."
"kamu mau kemana?"
"Mengantar beberapa barang."
"Apa ini mendesak?"
Embun mengangguk.
"Masih jauh nggak?"
Embun mengecek hp nya.
"Enggak. Dari sini aku tinggal masuk ke gang depan."Embun menunjuk gang di depan jalan skitar 10 meter dari tempatnya berdiri.
Malvin mengambil hpnya dan mulai menelpon.
"Jo! Bisakah kamu panggilkan mekanik ke lokasi yang aku tunjuk?"
("bisa tuan.")
"Akan kukirimkan lokasinya."
Malvin menutup sambungan telponnya. mengirim lokasi saat ini.
"Berikan hp dan barangmu. biar aku yang antar. Kamu tunggulah disini sampai mekanik datang."
"Tidak."tolak Embun menampik tangan Malvin."aku yang akan mengantarnya. Kamu saja yang menunggu disini. Terima kasih sudah membantuku." Mengambil bungkusan kresek yang tergantung di motornya.
"Kamu istirahat saja disini. Kamu pasti lelah." berusaha merebut barang yang di bawa Embun.
"Mal.... Please. Jangan membuatku lebih banyak berhutang pada mu." menangkupkan tangan didepan dada dengan masih membawa barangnya.
Malvin tertawa kecil.
"Okey. Tapi, kamu harus mentraktirku setelah ini." menatap intens Embun.
"Okey. Deal." membalas senyum.
Embun berjalan mengikuti petunjuk di hp nya. Sementara Malvin menunggu diatas motor. Tak lama mekanik datang, mengecek keadaan motor. Malvin berdiri tak jauh dari motor, membiarkan mekanik melakukan tugasnya.
Embun sudah kembali, namun motor masih dalam perbaikan mekanik.
"Appa rusaknya parah?" tanya nya pada mekanik.
"tidak." balas mekanik sambil bekerja."Motor ini dirawat dengan baik. Hanya sedang apes saja macet."nyengir
Embun membalasnya dengan senyuman. Dia beralih pada Malvin.
"Aku traktir minuman sekarang." Embun menunjuk gerobak es dawet di pinggir jalan, agak jauh dari motor, skitar 50meter didepan.
Malvin mengangguk. Embun berpindah pada mekanik.
"Mas, kami tunggu disana ya." ucap Embun ramah pada mekanik sambil menunjuk pejual es dawet.
"iya mbak. nanti kalau sudah selesai saya nyusul."
Embun dan Malvin berjalan beriringan kearah penjual es dawet. Setelah sampai Embun memesan 2dua porsi.
"Pak, es dawet 2 ya."
"Iya mbak." pak penjual mulai menyiapkan pesanan.
Embun dan Malvin duduk di kursi plastik yang sudah disediakan.
"Kemana kamu akan pergi tadi? kenapa malah menghampiriku?" tanya Embun sedikit berbasa basi."ini masih jam kerja kantor kan?"
Malvin tersenyum ramah.
"Ini mbak es dawetnya." pak penjual menyela dengan dua gelas es dawet.
Embun menerimanya dan mengangsurkannya pada Malvin dan satu untuknya sendiri.
"Jangan bilang kalau kamu membolos."
Malvin tergelak.
"Aku memang membolos."
"Jangan membuatku merasa bersalah Mal."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Vira Zulfiyanti
klo macet tuh akibat padatnya lalu lintas
2024-01-24
1
Ika Kartika Sari
owhhhh so sweet si Malvin Iki kah... AQ baca mpe 2x g bosen2 novel Iki....
2023-06-07
1
Berdo'a saja
Malvin bos nya mbun
2023-05-07
0