Dikediaman Danuarta.
"Kay, kalau kamu tidak pulang segera, akan ku adukan pada ayahmu kamu kelayapan seharian meninggalkan istri tercintanya yang sedang hamil ini sendirian dirumah. Xixixixi..."melipat tangan didada.
Setengah jam berlalu suara deru mesin mobil Danu sudah terdengar dihalaman rumah. Yura tersenyum licik.
"Habis kamu Kay."berguman pelan, berjalan dengan riang kedepan menyambut suaminya.
Begitu sampai di depan pintu, Yura memasang wajah dan tubuh lesu.
"Kenapa sayang? Kok lesu gitu."berjalan diteras.
"Capek Mas."bergelayut manja di lengan suaminya masuk kedalam rumah.
"Loh kamu ngapain aja seharian kok bisa capek?" Danu duduk di sofa ruang tamu melepas sepatu dan jasnya.
"Biasa lah mas, beresin rumah. Masak buat mas Danu juga kan?!"memasang wajah memelas dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.
"Kok beresin rumah? kenapa nggak istirahat aja sih?"
"Kan nggak mungkin aku biarin rumah berantakan." memukul-mukul pelan bahunya sendiri,"Capek mas beresin sendiri."
"Sendiri? Kay kemana? dia nggak bantuin?"sedikit terkaget.
"Dia.."bersikap pura-pura agak ragu mau mengatakannya. Danu semakin penasaran,tiba-tiba dia teringat pesanan istrinya.
"Aduuh, sayang, takoyaki kamu ketinggalan di mobil."menepuk jidatnya karena lupa. Yura tersenyum.
"Biar Yura yang ambil mas." Yura mengambil kunci mobil.
"Nggak usah. biar mas saja."berdiri.
"Nggak usah mas, Yura aja. Mas Danu kan capek pulang kerja."menekan bahu suaminya agar duduk lagi .melangkah lebih dulu kedepan."Istirahat aja."
Danu tersenyum lebar.
"perhatian sekali istri baru mas ini padahal dia lagi hamil."bergumam senang.
"Kay!"memanggil putrinya dari ruang tamu.
"Kayla!" mengeraskan suaranya memanggil Kay sekali lagi.
"Ngapain anak itu? Ayahnya pulang kok...."kesal.
Yura yang menunggu timing yang tepat dibalik pintu muncul.
"Ada apa sih mas? kok teriak-teriak gitu?"Yura muncul dengan kresek berisi takoyaki pura-pura tak tau.
"Kayla mana?"
"Hmmm.. itu mas Danu.."
"Apaaa? Kemana dia?"
"Mas Danu jangan marah ya. Jangan marahi Kayla."pura-pura memohon.
"Apa sih sayang? Jangan bikin mas kek gini donk."penasaran bercampur kesal.
"Kayla sejak pulang sekolah pergi."
"Pergi?"mulai tersulut emosinya."Pergi kemana?"
"Biasa mas, dipanti. Teempat ibunya. Makanya aku dari tadi apa-apa sendiri. Sekarang capek banged."mengeluh duduk disamping Danu.
"Apaaa??" makin emosi.
"Mas Danu jangan marah. ya? Pliiss. Aku udah deket sama kayla, jangan buat dia jadi benci gara-gara Mass marahin dia karena aku."berakting memelas.
Danu sudah sangat marah, terlihat dari wajahnya yang merah dan urat diwajahnya yang terlihat menonjol keluar. Tangannya yang mengepal kuat memukul pinggiran sofa.
"Anak itu....."menggeram.
"Mass... plisss." dengan wajah memohon.
Bagus mas, lanjutkan marahmu, marahlah yang banyak dan tendang anakmu keluar dari rumah ini. batin Yura
"Ini nggak bisa dibiarkan. Aku mau ke panti. Kamu disini aja."berdiri berjalan keluar rumah. Yura tersenyum licik.
"Mas, jangan mas."menyusul pura-pura mencegah.
"Mas Plis jangan. Kasian Kay."
"Yura! Jangan mencegah mas. Mas mau sekalian ngomong sama Embun. Bisa saja Kay dihasut Embun agar membangkang."masih tersulut emosi.
"Aku ikut mas kalau gitu."
"Nggak usah kamu dirumah aja."
"Mas! aku nggak mau kalau mas sampai kalap. Aku ikut."memaksa.
Hihihi nggak mungkin lah aku melewatkan tontonan menarik dipanti nanti. batin Yura.
Mobil Danu terparkir sembarang di halaman Panti. Dengan wajah marahnya Danu keluar dari mobil, berteriak seperti orang kesetanan.
"Kay!"
"Embun!"
"Kay!"
"Kayla!"
Kayla dan Embun keluar bersamaan.
"Ada apa ini mas? kenapa berteriak-teriak?"Embun mendekat.
PLAAAKKK!
Kepala Embun terhempas kesamping, namun dia masih berdiri ditempatnya.
"Ibu." Kay ketakutan memeluk lengan ibunya dari belakang yang ditampar oleh Danu.
"Apa salahku mas?"Embun menegakkan tubuhnya, Mata wanita itu sudah mengembun.
"Kamu tu licik banget ya? Mau memonopoli Kay. Karena aku menyerahkan hak asuh Kay padamu. Bukan berarti kamu bisa seenaknya begini."ujar Danu dengan mata mendelik dan rahang mengeras.
"Apa maksud mas?"
"Aku sudah minta Kay untuk menemani Yura yang sedang hamil dirumah. Kamu pasti menghasut dia kan agar kemari?"geram Danu.
"Kamu ngomong apa Mas Danu? Siapa yang menghasut?"Embun masih tak mengerti yang Danu katakan.
"Kamu nggak kasihan apa sama Yura? Dia lagi hamil muda,tubuhnya sangat lemah. Dan masih harus bekerja berat."sinis Danu menatap nyalang.
"Ayah. Kay sudah ijin tadi sama Mama Yura."Kay memberanikan diri menyela melihat ibunya terus dipojokkan. Walau terlihat jelas dia ketakutan dan hampir menangis.
"Kay! Masuk kemobil. kita pulang sekarang!"menatap Embun dengan mata yang dipenuhi amarah.
"Kay disini saja Yah, besok kayla libur. Kay pingin....."
"MASUKK!"berteriak dengan mata molototi Embun. Wanita itu tak bergeming, dalam pandangannya, melihat sisi Danu yang tidak dia ketahui.
"Pulanglah Kay, bawa tasmu."ucap Embun akhirnya.
"Ibuuu.." Kay mulai menangis.
"Ambil tasmu nak."ucap Embun lembut tersenyum pada Kayla. mengelus kepala anak itu.
Sambil menangis Kayla berlari kedalam panti mengambil tasnya lalu keluar lagi dengan menenteng tasnya.
"Kalau Mas Danu menyakiti Kay. Aku tak akan memaafkanmu."
"Hahaha.. Kayla anakku! Berani sekali kamu mengancamku."mengusap rambutnya kebelakang.
"Sebagai hukuman, aku tidak mengijinkan Kayla kemari."
Embun tersenyum getir. Ia bahkan tak diijinkan menemui anaknya sendiri. Embun menyesalkan dirinya sendiri. Kenapa dia dulu mau menikah muda, hingga tidak mengenyam pendidikan tinggi walau dia sudah ditawari beasiswa. hingga dia hanya bisa bekerja paruh waktu di resto.
Inilah kelemahannya, Embun selalu terdesak oleh biaya sekolah Kay, sementara dia hanya pekerja serabutan. Dia selalu takut tak bisa membiayai sekolah Kayla, Tak bisa memberi Kayla kehidupan yang layak. Dia saja hanya menumpang dipanti.
"Teganya kamu Mas, Memisahkan anak dengan ibunya."
"Kamu boleh mengambil Kay jika mampu membiayai hidupnya. Hahaha.... Kamu pasti tidak sanggup kan? Lihat dirimu.."mendorong bahu Embun.
Embun tertawa kecil.
"Tuhan memang memberimu segalanya Mas, tapi sekiranya Dia tidak memberimu hati...."
Danu mendelik mengangkat tangannya hendak memukul Embun lagi. Wanita itu sama sekali tidak mengedipkan matanya.
Tangan Danu melayang, tangan lain sudah mencengkram menahannya. Danu menoleh kearah sosok yang menahannya. begitupun dengan Embun.
"Hanya laki-laki rendah yang memukul wanita."
Danu mendelik, wajahnya sudah merah padam. campuran antara marah dan malu.
"Siapa kau? Jangan ikut campur."menggeram.
"Aku hanya orang asing yang kebetulan ada disini. Menyaksikan drama yang tak seharusnya dilihat mata anak-anak." ucapan tajam Malvin menunjuk Anak-anak panti dengan kepalanya.
Yura mendekat. Melihat keadaan seolah tidak berpihak pada mereka.
"Ayo mas. Kita pulang!" mengusap lengan suaminya.
Kedua pria itu masih beradu pandang dengan tatapan yang sama tajamnya.Danu mencoba menarik tangannya yang dicengkram kuat Malvin melepaskan tangannya dengan mendorong, hingga Danu sedikit terpental kebelakang.
"Ayo mas!"Yura menarik lengan Danu.
Mereka akhirnya memasuki mobil dan pergi. Dengan membawa Kayla bersama mereka tentunya.
Embun masih menatap jejak mereka menjauh, matanya yang berembun meluncur bebas dipipinya.
Didalam mobil.
Danu memukul-mukul kesal stir mobilnya.
Siapa pria asing itu? kenapa dia terlihat familiar. Aku pernah bertemu dengannya dimana? Shiitt! batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Elyani Yani
tokoh embunya terlalu lembek Thor....ga ada sedikit pun mampu ngebela anaknya.....
2024-05-27
0
Dewi Sulistiyani
tokoh embun terlalu bodoh kasihan Kayla.
2024-05-07
0
Lisa Yen
embun lbh baik hak asuh ank itu di perjuanhkan , sesusah apa pun kita tapi ank sama kita , klu ank sama ayahnya ap lg punya ibu tiri mental ank akan ngedrop
2024-04-10
0