Didalam mobil Malvin, Embun duduk dengan butiran air yang terus membanjir diwajahnya.
Setelah berpamitan dengan Bu Retno. Malvin masih diteras panti, berdiri didepan Catty.
"Catty, Kamu mau disini atau dirumah? Daddy harus membawa Aunty Embun kesuatu tempat."ucapnya pada Catty.
"Kemana Dad?"
"Ke dokter."asal menjawab.
"Aunty Embun sakit?"terlihat kuwatir.
"Heemm."
"Kamu mau disini atau dirumah?"tanya Malvin sekali lagi.
"Disini saja. dirumah Catty tak punya teman."
"Baiklah. Daddy sudah memanggil Jo kemari. Dia yang akan membawamu pulang jika kamu bosan disini."
"Uuumm. Tenang Dad. Bawa saja Aunty Embun ke dokter."
Malvin tersenyum, mengusap kepala Putri kecilnya.
Malvin berjalan menuju mobilnya.
"Dokter apanya..."bergumam pelan dengan wajah datar.
Malvin memasuki Mobilnya. Dalam perjalanan, Embun masih tenggelam dalam dunianya. Bahkan saat Malvin meletakkan Tissu dipangkuan Embunpun, Wanita itu tak bergeming.
Malvin fokus menyetir. Menatap lurus kedepan. Hingga mobil itu berhenti dijalan beraspal dipinggiran pantai. Mereka terdiam didalam mobil. Embun masih menangis walau lirih, dan Malvin tetap setia menungguinya disampingnya.
Pria itu menyandarkan punggung dan kepalanya. Matanya masih lekat menatap wanita yang sedang menangis itu. Hingga tetesan airmata terakhir Embun usap dengan tissu.
Embun menoleh melihat kearah Malvin,yang disambut senyuman hangat oleh pria tampan itu.
"Merasa lebih baik?"
Embun tersenyum tipis. Matanya menyapu ruang remang yang dikelilingi kegelapan, hanya terdengar suara riuh ombak yang dimainkan angin.
"Dimana kita?"
"Dipantai."
Embun tersenyum lucu."Sepertinya aku terlalu tenggelam dalam duniaku sendiri. Kenapa kita kemari?"
"Mendengarkan musik alam." Malvin membuka pintu disampingnya. "Ini cukup menenangkan."
Mengeluarkan tubuhnya, membiarkan tubuh kekar itu diterpa oleh angin laut.
Embun mengikuti, membuka pintu disampingnya. menyusul Malvin yang berdiri dan bersandar pada body depan mobil. Embun berdiri tepat disamping pria itu.
Malvin meraih lengan Embun, membawa wanita itu semakin dekat kedadanya. Malvin memiringkan tubuhnya, memejamkan matanya, mencium lembut bibir milik Embun. Lidahnya masuk kedalam mulut wanita itu. menyatukan kelembutan benda kenyal dimulutnya. Wanita itu membalasnya. Pergolakan dua bibir tak dapat dihindarkan. Mereka menikmati ciuman satu sama lain.
Malvin menelan ludahnya dengan sangat susah. Malvin membuka matanya, pandangannya lurus menembus gelapnya malam, diujung sana terlihat samar buih putih yang bergulung-gulung dibibir pantai.
Akan ku nikmati saja pikiran kotorku ini.
(Heemm.. semua itu lagi-lagi hanya ada didalam pikiran Malvin).
Embun menyandarkan kepala dilengan Malvin. Pria itu tersenyum tipis. Malvin menyibak sebelah overcoatsnya. Membuat Embun sedikit menegakkan kepalanya.
"Berpindahlah kedadaku." Embun menatap wajah Malvin.
Malvin menyelimutkan sebelah overcoatnya ketubuh Embun. membawa wanita itu ke dadanya. Memeluk tubuh rapuh itu.
"Disini lebih hangat. Mungkin bisa membuatmu nyaman."
Embun tersenyum lucu. Suara detak jantung Malvin dapat dia dengar dengan jelas. Iramanya sangat tak beraturan. Namun wajah pria itu terkesan datar. Membuat senyum Embun semakin melebar. Dia mendongak melihat wajah Malvin dari bawah. tangannya menempel didada bidang pria itu.
"Aku bisa mendengar irama detak jantungmu..." wajah Malvin memerah hingga ketelinganya. "Sangat tidak beraturan."lanjutnya.
"Diamlah! Kamu mau aku menciummu?"
"Saat kamu mengatakannya detaknya semakin tak terkontrol."
"Embun. Berhenti menggodaku."
Embun terkekeh. membenamkan wajahnya lagi didada Malvin.
Disini memang hangat. Dan juga sangat wangi. Suara detak jantungnya yang beradu dengan suara ombak membuatku nyaman. Akankah ini hanya sesaat?
"Apa yang kamu tangisi se-lama itu?" suara Malvin ditengah suara lantuman ombak. "Apa karena mantan suamimu itu?"
Embun terdiam, tidak menyangkal. Danu memang sudah terlalu jauh menguras perasaannya. selama sekian tahun sejak Embun mengenal cinta, Danulah yang pertama membawakannya untuknya. Tidak mungkin hatinya tidak terpengaruh mantan suaminya itu akan menikah dengan wanita yang cantik, yang berbanding terbalik dengan dirinya kini.
Malvin semakin mengeratkan pelukannya. memberikan rasa nyaman dan hangat pada wanita yang sedang rapuh itu.
"Aku hanya....." Embun tersenyum lucu. Menertawakan dirinya sendiri.
"Aku hanya merasa sangat bodoh...
Aku merasa sangat buruk...
Aku merasa sangat kotor...
"Melihat wanita itu, berdiri didepanku, kaki jenjangnya yang indah, tubuhnya yang terbentuk sempurna, kulit putih dan mulus. Wajah yang cantik tanpa cacat.
Membuatku bercermin pada pantulan diri yang hina ini. Benar kata mas Danu...."
"Berhenti!"sela Malvin mengeratkan pelukannya.
"Aku dekil, jelek." mata wanita itu mulai berembun lagi.
"Berhenti!"menyela lagi mencoba menguasai emosinya.
"Berjerawat dimana-mana. Kusam."
"Berhenti disana Embun!"mengepalkan tangannya.
"Hitam, tidak menarik."
"Shut up Baby!" menggeram, rahangnya sudah mengeras, bibirnya mengatup rapat menahan emosinya.
"Membuat malu sa uumm...."
kalimat Embun terhenti, mulutnya sudah dibungkam oleh bibir Malvin. Mata yang sudah berembun dan ber air itu, meloloskan butiran bening dipipinya. Embun tidak menutup matanya, membiarkannya memproduksi air dengan deras.
Embun membiarkan Malvin menyusuri rongga mulutnya, lidah Malvin menari-nari indah disana. Hingga pria itu melepaskan bibirnya, menangkupkan tangannya diwajah sendu Embun. Menghujani wajah Embun dengan kecupan-kecupan kecil.
Kecupan itu menjadi lama tertahan disetiap jerawat diwajah Embun. Dan dimata gadis yang masih aktif memproduksi bulir beningnya.
"Jangan menghinakan dirimu sendiri. Kamu bahkan memiliki hal yang lebih dari sekedar kesempurnaan fisik."
"Aku....Kenapa menciumku?"
"Aku harus membungkam mulutmu, berbicara hal yang tidak berguna."
"Tapi, itu memang benar bukan?"
"Kamu mau aku menciummu lagi. Katakan saja. Dengan senang hati aku akan melakukannya."Pancaran amarah masih menyala di mata Malvin.
Embun terdiam, dengan pikiran dan hatinya yang sudah berantakan.
"Apa kamu menyukaiku?"bertanya dengan putus asa.
"Ya."Malvin menjawab dengan singkat dan yakin.
Embun tertawa dalam tangisnya.
Mata Malvin terus tertumbu diwajah sendu itu. Tidak sedikitpun dia mengalihkan pandangannya.
"Mereka berhasil memukul mentalmu."Malvin menatap sayang pada Embun, namun tersirat kemarahan dimata Malvin."Ayo kita balas mereka."
Embun mengalihkan pandangannya dengan sedikit merunduk.
"Apa yang bisa kulakukan?"
"Aku akan membantumu."yakin.
"Balas mereka Embun!"sambung Malvin.
Embun tersenyum getir.
"Atau kamu ingin aku saja yang melakukannya?"Malvin menawar.
"Jangan."cegah Embun cepat."Ini urusan pribadiku. Jangan ikut campur."
"Kita pulang saja."lanjutnya mulai melangkah.
Langkah Embun terhenti, tangannya ditahan oleh Malvin.
"Kamu tak ingin membalas mereka?"
Embun hanya tersenyum, ada kedamaian diwajahnya. Embun menggelengkan kepalanya. Malvin menatap sedikit kecewa.
"Datanglah padaku. Aku akan membantumu membalas mereka."
Embun tersenyum tipis,"Terima kasih. Anda sangat baik tuan Malvin."
"Ayo pulang."
______
Dalam perjalanan pulang kepanti, Embun tertidur didalam mobil. Malvin masih fokus menyetir, Sesekali dia menoleh kearah Embun. Malvin tersenyum kecil. Dia menepikan mobilnya, Memandang lebih lama wajah Embun. Menikmati wajah yang tenang itu.
"Memandangmu lama-lama membuatku tergoda." Malvin mencium bibir Embun, menggulum lidahnya mengekplor rongga mulutnya. Ciumannya berpindah kedagu dan turun keleher gadis yang terlelap itu. Menghirup aroma wangi tubuhnya. Dan kembali lagi mencium bibirnya.
Wajah Malvin berjarak. mengusap bibir Embun yang basah dengan jempolnya.
"Bibir ini membuatku ketagihan. Sampai aku harus mencuri ciumanmu seperti ini."lirihnya, "Apa yang sudah kamu lakukan padaku Embun?"
Malvin kembali menjalankan mobilnya ke arah panti yang hanya berjarak beberapa meter saja. Setelah membaringkan Embun dikamarnya, Malvin pamit. Pria itu langsung pulang karena Catty pun sudah tak disana.
Sesampainya dia dirumah, Malvin menaiki tangga menuju kamar anak gadisnya. Catty sudah terlelap dibawah selimut hangatnya. Malvin mengelus kepala Catty. Melihat wajah tidur Catty, Malvin tersenyum.
"Maafkan Daddy."
Malvin merasakan getaran pada saku celananya, Hpnya bergetar. Malvin berjalan menjauh sambil merogoh kantong celananya. mengambil hp lalu menempelkannya ketelinga.
Diam sejenak, menunggu suara disebrang sana berbicara. Malvin melangkah keluar kamar Catty. menutup pintu kamarnya tanpa suara.
"Belum kek. Aku belum menemukannya."
Diam lagi.
"Baiklah."
Sambungan terputus. Malvin menghela nafasnya, matanya melihat kearah foto almarhum istrinya yang terpajang didinding lantai dua rumah itu tak jauh dari kamar Catty.
"Where's your twins? Would you tell me, Hana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Mama lilik Lilik
ya Allah Thor,suka banget bikin saya traveling /Facepalm/
2024-03-19
1
dewi musnida
jangan2 embun itu twin's nya hana ya, thor?
2024-02-29
0
Iin Husaini
halu lagi dah
2023-06-20
1