Hari pemberitahuan hasil Ujian Nasional pun tiba, semua orang terlihat harap - harap cemas tak terkecuali aku.
Aku seperti merasakan dejavu saat menunggui hasil Ujian Nasional Husein dulu, dada ini berdesir kembali kala merindukan dirinya. Semua siswa dinyatakan lulus dengan prestasi yang cukup memuaskan bagi beberapa orang.
Hari yang mengharukan ini malah membuat ku sendu karena merindu.
Aku menjauhinya tanpa menyangka aku pun merasa tersiksa.
Patah hati karena cinta pertama sungguh menyesakan dada.
Awal manis hanya berbuah kekecewa.
Yang tak kunjung tau akhir semua.
Kasih rindu ini menyiksa.
Akankah kau hadir menjadi penawarnya.
Menumpahkan rasa yang selama ini tersimpan dalam relung dada.
Ku tau rasa ini harusnya tak ada restunyalah yang menjadi penghalang kita.
Kan ku doakan kau berbahagia.
Meski bukan aku sebagai pendampingnya.
Ku torehkan tinta dalam buku catatan yang selalu aku bawa, ingin rasanya mengutarakan semua yang aku rasakan tapi akan selalu ada akibat saat seseorang memilih keputusan terberatnya, dan akibat yang akan aku dapat adalah renggangnya hubungan antara Husein dan Abi.
Malam ini aku hanya berbaring diatas ranjang menatap langit-langit kamar, berharap rasa kantuk itu tiba.
Husein kau kemana? Kenapa akhir - akhir ini kau tidak berkabar dengan ku? Aku benar - benar merindukanmu Husein.
Dulu saat aku berani menerima dan jatuh cinta padamu tak pernah terfikirkan oleh ku bahwa aku juga harus menerima rasa sakit dari rasa ini. Hanya karena sebuah rasa yang tidak bisa bersama kita semua harus terluka.
Terdengar bunyi ketukan pintu, Ibu masuk menghampiri ku dan duduk di bibir ranjang.
"Ada apa bu?" Aku bangkit duduk diatas ranjang dengan bantal dalam pangkuan
"Indri boleh Ibu bicara? Kamu ingat anak Ibu Ningsih teman Ibu beberapa hari lagi akan menikah" ujar ibu lirih mata Ibu terlihat berkaca -kaca.
"Iya Ibu Indri ingat kita semua di undang bukan? Memangnya kenapa Bu?" Tanya ku heran mengapa Ibu seperti sedih menceritakan pernikahan anak temannya
"Kamu benar sayang tapi mereka mengalami kemalangan, mempelai perempuan ternyata berselingkuh dan sedang hamil oleh pria selingkuhannya, keluarga Bu Ningsih dan Pak Prapto sangat terpukul sampai - sampai Bu Ningsih harus dilarikan ke rumah sakit karena menanggung malu" ujar Ibu disertai isak tangis.
Aku sangat mengerti Ibu pasti bingung dan sedih, mereka pasti menginginkan ku sebagai pengantin pengganti sesuai perjanjian hutang nyawa saat aku dilahirkan.
"A.. apa mereka meminta ku untuk menjadi pengantin pengganti?" Tanyaku terbata sedikit sendu meski sedari awal aku menyiapkan hati untuk tegar tak terasa buliran bening itu runtuh berhari - hari memendam rasa sedih dengan kisah cinta yang ku alami dan kini kesedihan itupun berada dipuncaknya aku harus membayar hutang nyawa dengan menjadi pengantin pengganti.
Husein ini kah akhir cerita cinta kita
"Ma.. maaf.. maafkan Ibu Nak, keterbatasan Ibu saat itu membuat mu harus membayar semuanya bila saat ini Ibu membayar dengan nominal yang lebih besar pun mereka belum tentu mau menerimanya, keadaan mereka saat ini lebih membutuhkan dirimu dari pada uang kita " Ibu tersendu - sendu dan merengkuh tubuh ku, kami menangis bersama.
Maafkan aku Husein dengan berat hati aku harus meninggalkan mu mencoba mengubur rasa ini dan akan ku coba jalani hari dengan pengganti mu, meski hati ku selalu berpihak padamu.
"Sekarang mereka ada di ruang tamu, mereka menunggu untuk berbicara denganmu apa kamu mau menemui mereka nak?" tanya Ibu dengan masih diiringi isak tangis yang keluar dari mulutnya.
" Baik bu Indri akan keluar menemui mereka" aku dan Ibu keluar beriringan dan duduk bersama mereka yang telah menunggu ku sedari tadi.
Ibu Ningsih berkaca - kaca saat melihat ku datang, wanita paruh baya itu duduk disamping tempat duduk ku dan meraih ke dua tanggan ku.
"Indri maafkan tante, apa tante bisa menagih janji Ibu mu sekarang?" Ujar Bu Ningsih sendu
"Kapan tanggal pernikahan itu dilaksanakan?" Tanya ku datar.
"Seminggu lagi" Jawab Bu Ningsih
Aku hanya bisa menghela nafas panjangseperti mencoba mengeluarkan semua beban yang berat dalam tubuh ini.
"Bila kau tidak menginginkannya aku juga tidak akan memaka, kau hanya bocah kecil yang jauh dari standar ku" ucap Ardi memicingkan matanya.
Kenapa orang ini tidak pernah untuk tidak bersikap arogan.
"Aku bersedia untuk menjadi pengantin pengganti tapi maaf aku menerima ini semua hanya berdasarkan balas budi Ibu ku pada Ibu mu, bukan untuk memenuhi standar wanita impianmu, oh iya tentang standar wanita yang kau cintai? Yang meninggalkanmu disaat seminggu lagi akan dinikahi? Sayangnya kau bukan standar pria yang dia cintai hingga dia pergi menghianatimu" ujar ku geram seharusnya orang ini membujuk merayu untuk menutupi aib yang tidak sengaja dia buat ke hadapan orang tuanya.
"KAU!! aku akan membuat surat perjanjian yang dimana isi nya aku melarang kau untuk mencintaiku seumur hidupmu" Hardiknya kesal melayangkan tatapan tajam
"Dengan senang hati tuan" jawab ku disertai senyum mengejek dia terlalu percaya diri sekali hingga membuat perjanjian seperti itu.
Plakk
Suara tamparan menggema disetiap telinga yang mendengarnya. Hening pun tercipta.
tercetak dengan jelas tapak tangan memerah dipipi mulus lelaki itu.
"Sudah cukup, tutup mulut mu itu ini semua tidak akan terjadi jika kau bijak dalam memilih pasangan sudah sedari awal Ibu katakan kita tidak sepadan dengan wanita itu mereka terlalu tinggi untuk kita gapai, lihat apa yang telah dia perbuat dia seperti melemparkan kotoran ke wajah kita semua harusnya kau bersyukur Indri mau menerima pinangan kita dia dengan ikhlas hati menerima mu sebagai suaminya karena yang Ibu tau Indri pun sudah memiliki kekasih"
ujar Ibu Ningsih panjang lebar
Deg
Dari mana dia tau aku sudah memiliki kekasih.
Aku hanya menunduk dan menangis kembali teringat wajah manis Husein.
"Sepertinya sudah tidak ada yang perlu saya bicarakan lagi, saya mohon undur pamit saya ingin istirahat" aku bangun dari tempat duduk ku, ku lihat raut wajah Bapak sendu.
Apa selama ini Bapak dan Ibu sudah tau jika aku memiliki Husein.
"Nduk apa kau sudah membicarakannya dwngan Husein?" tanya Bapak halus.
Isak tangispun keluar dari mulut ku, kenapa Bapak harus tau? Kenapa Bapak menanyakan Husein, sungguh aku tak sanggup lagi.
Bapak dan Ibu memeluk ku, kami menagis saling berpelukan.
Saat ku menghapus air mata ku lihat Husein mematung di depan pintu yang sedikit terbuka.
"Husein" ucap ku lirih.
semua tersentak kaget mengarahlan pandangan yang sama padacelah pintu.
Aku mendekati Husein.
"Husein" sapa ku lembut
"Apa kau sedang dilamar?" Tanya Husein matanya sudah berkaca - kaca.
"Iya jadi aku harap kau bisa melupakan ku" ucap ku lirih air mata sudah mengalir dikedua pipiku aku sudah tak bisa menahannya lagi.
"Apa salah ku? Kenapa kau sejahat ini? Aku sudah bilang kan bahwa aku akan menghitbah mu kenapa kau menerima pinangan orang lain?!"
"Kemarin aku memang sempat menghilang karena aku sempat emosi dengan foto yang beredar tentang mu, aku tidak ingin melampiskannya dan memperkeruh hubungan kita tapi ternyata foto itu benar adanya"
"Foto?!" Tanya ku membeo
Husein menyerahkan handphone nya karena aku tau apa kata sandi nya tanggal aku menyatakan cinta ku.
Aku melihat foto Ardi memeluk ku saat acara pertunangannya satu tahun lalu.
"Dari mana kau mendapatkan foto ini?" Tanya ku heran ternyata dugaan ku benar saat tunangan Ardi ada orang yang dengan sengaja memotret kami.
"Jeslyn"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments