"Kenapa memangnya?" Tanya ku polos
"Humairah!" Bentak Husein disebrang telpon sana hingga memekakan telinga ku, aku bahkah harus menjauhkan ponsel dari dekat telinga ku.
"Ibu berniat menikahkan ku dengan laki - laki itu karena..." ujar ku polos belum selesai aku menceritakan semuanya Husein sudah memotong ucapan ku
"Apa kau menerimanya? Kau kan masih sekolah Humairah! Dan yang paling penting kau memiliki hubungan serius dengan ku, aku tidak akan mengijinkan mu mendua atau bahkan meninggalkan ku!" Ucap Husein geram
"Tapi Husein.... tut..tut..tut" telepon diakhiri sebelah pihak oleh Husein
"Ish anak ini aku bahkan belum selesai menceritakan semuanya"
Karena hari sudah larut malam aku beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu dan tidur.
Keesokan harinya saat aku akan berangkat sekolah aku berjumpa dengan Husein di depan gang dia masih bertengger di atas motor besarnya. Dia menyerahkan helm yang biasa aku pakai.
"Modal ganteng doang jemput cewe depan gang" sindir ku sambil bernyanyi
"Sudah naik saja, aku masih kesal dengan Ibu yang mau menikahkan mu dengan laki - laki lain emang apa baiknya laki - laki itu?" Hardik Husen kesal
"Mungkin karena dia itu sudah cukup mapan, bekerja sebagai karyawan di perusahaan ternama jadi Ibu dan Bapak bisa tenang bila aku menikah dengan laki - laki itu" jelas ku, aku sudah tidak berniat menjelaskan kesalah pahaman ini aku masih kesal karena semalam Husein tidak mau mendengar penjelasan ku.
"Apa kau memujinya Humairah?? Ish kau menyebalkan sekali tidak mengerti bagaimana perasaan ku" ujar Husein mengerucutkan bibirnya geram
"Sudah nanti lagi kita bahasnya, ini sudah siang aku bisa dihukum nanti" jawab ku ketus
"Baiklah kau ratunya"
Motor yang kami tumpangi mulai melaju membelah jalanan ibu kota.
"Husein kau mau melanjutkan kuliah dimana?" tanya ku penasaran
"Aku akan melanjutkan kuliah di kota ini, sebenarnya Abi menyuruhku ke Kairo Kakek menyuruh ku untuk melanjutkan pendidikan disana tapi kau tau sendiri aku tidak mungkin bisa menjauh dari mu"
Bila begini Abi akan terus menekan ku untuk meninggalkan Husein, aku harus membujuk Husein agar dia mau kuliah disana dan hubungan kami masih bisa aku pertahankan.
"Kairo itu tidak terlalu jauh Husein, bila kau merindukan aku kau kan bisa menelpon setiap hari, dan bila kau ingin bertemu kau bisa berkunjung setiap libur semester" ujar ku.
"Apa kau tidak takut nanti aku akan diganggu wanita - wanita disana?" Tanya Husein dengan nada menggoda mengejek
"Aku yakin bahwa cinta akan kembali pada pemiliknya, dan cinta mu adalah milikku" ucap ku yakin.
"Kau sepercaya itu pada ku Humairah?" tanya Husein
"Tentu, kau adalah Priaku"
Husein meraih tangan kanan ku yang memegang pinggang Husein dan menciumnya.
"Terimakasih sayang sudah mempercayai ku"
"Sama - sama Husein, Kau juga mempercayai ku juga bukan bila aku akan setia dengan mu?"
" Tidak, kau tidak bisa dipercaya kau selalu baik hati pada siapapun dan itu membuat ku tak suka apa lagi berbaik hati pada laki - laki"
Aku melepaskan pegangan tangan Husein dan bersedekap didepan dada.
"Ish kau ini, pecemburu sekali lama - lama aku mulai tak tahan"
Motor yang kami tumpangi telah sampai di gerbang sekolah, aku turun dan memberikan helm ke tangan Husein.
"Aku masuk, Asalamualaikum" aku berlalu pergi memasuki sekolah ku dengar Husein berteriak memanggilku tapi tidak bisa masuk karena gerbang telah tertutup saat aku melewatinya.
Dalam kelas aku masih memikirkan perkataan Abi yang kekeh meminta kami berpisah, aku tak sampai hati bila harus memutuskan hubungan secara sepihak. Aku tak mau menyakiti Husein kenapa Abi menekan aku. Sungguh ini rasanya sakit sekali.
Hari berganti hari Husein sedah mulai masuk kuliah dan menjadi sibuk dengan tugas - tugas kuliahnya, Hari ini Ibu dan Bapak akan pergi mengadiri pertunangan lelaki arogan itu dan tentu saja aku harus ikut karna undangan Bu Ningsih tempo hari.
Aku mengenakan gaun berwarna putih tulang dibawah lutut dengan lengan panjang rambut hitam ikal ku biarkan tergerai dan make up natural aku memang belum berjilbab tapi diusahakan untuk tetap sopan dan tidak terlalu mengumbar aurat.
Kami pergi menggunakan taksi online karena tidak mungkin memakai motor bebek bapak berdempet tiga, nanti yang ada kami malah ditilang karena disangka cabe - cabean.
Sesampainya disana kami semua takjub dengan halaman luas yang disulap menjadi taman indah penuh dengan bunga dan hiasan lampu taman yang indah, disamping tamannjuga terdapat kolam renang tempat digelarnya acara pertunangan semua dekorasi terkesan mewah tapi tidak berlebihan.
Kami bertiga bertegur sapa dengan pemilik acara.
"Selamat ya Mas atas pertunangannya, oia dimana calonnya?"Tanya ku ramah mencoba mencairkan suasana saat tak ada orang lain yang aku kenal
"Dia sedang ke toilet, rumahnya bagus mas" ujar ku memuji seluruh pemandangan yang aku lihat
"Ini rumah calon istri ku" jawabnya datar
"Oohh.. " aku hanya berohria, karena bingung dengan bahasan apa lagi yang harus aku bicarakan dengan pria arogan ini aku memilih untuk beranjak pergi tapi saat aku ingin berbalik karena keadaan lantai pinggir kolam basah aku sempat tergelincir dan hampir jatuh beruntung ada tangan kokoh yang mengangga bahu dan punggung ku.
"Bisa lebih hati - hati dan tidak menyusahkan orang lain?" ucapnya datar.
Dari kejauhan aku melihat kilatan cahaya seperti seseorang sedang mengambil gambar dengan kamera, apa ada yang mengambil gambar kami?
"Hei kau sudah bisa bangun kan?" tanyanya mengguncang bahu ku
"Oh iya.. Maf aku masih kaget terima kasih atas bantuannya"
Aku bergegas pergi mencari tau siapa yang sudah berani mengambil foto saat aku ditolong Mas Ardi tapi aku tidak menemukan siapapun disana.
"Hmmmm biarkan saja lah, toh apa untungnya dia memiliki foto seperti itu"
Aku berbaur kembali ke acara yang masih berlangsung ku hampiri Ibu dan Bapak yang masih asik berbincang dengan teman - teman Bu Ningsih.
Malam semakin larut satu demi satu para tamu undur pamit, tak terkecuali kami. Diperjalanan aku melihat pengendara motor besar seketika aku teringat dengan Husein sudah 2 hari ini kami tidak bertemu hanya sekedar say hello lewat handphone saja.
"Kamu sedang apa? tumben pria pencemburu itu tidak menemui ku, biasanya dia akan uring - uringan tidak jelas bila belum bertemu dengan ku"
Kami sampai di depan gang rumah, karena mobil tidak bisa masuk ke dalam gang jadi kami berhenti disini. Ibu dan Bapak sudah masuk kerumah sedangkan aku masih duduk santai di teras depan.
"Hai dari mana?" suara Husein mengejutkanku yang sedang memandang bintang dilangit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments