Sepulang dari prom night Husein membawaku kerumahnya sebelum mengantarkan aku pulang Umi berpesan untuk mampir karena ada buah tangan dari kairo untuk ku dan orang tua ku, Umi memang selalu baik bila ada kelebihan rezeki berupa makanan beliau selalu membaginya dengan orang - orang yang dia sayangi.
Beliau selalu mengganggap ku gadis kecilnya sama seperti Hasan ke padaku. Aku duduk diruang tamu rumah Husein sementara dia menghamiri Umi di kamar nya.
"Bisa kita bicara sebentar?" Lelaki paruh baya itu mendekat tanpa berniat duduk didekatku.
"Boleh Abi, silahkan" ujar ku diiring senyum
"Tidak disini, bagaimana kalau kita ke taman belakang rumah?" Tawar nya halus.
"Baik"
Aku dan Abi berjalan beriringan ke arah taman belakang rumah ini, suara serangga malam menemani kami memberikan suasana tenang. Kami duduk di bangku taman yang menghadap ke arah taman bunga yang sedari dulu Umi rawat.
Taman ini begitu indah dengan banyak bunga dan ada kolam kecil menempel didinding seperti air terjun dengan ikan - ikan kecil sebagai penambah penyejuk saat orang memandangnya.
"Bagaimana hubunganmu dengan Husein? Maksud Abi sudah sejauh mana hubungan kalian?" Tanya Abi.
"Hubungan kami baik - baik saja Abi insyallah kami tidak melebihi batasan dalam menjalaninya"
"Abi percaya padamu, tapi tidak dengan Husein! Dia terlalu menggebu - gebu dia terlalu bersemangat, Abi tau dia terlalu mencintai mu, Abi takut itu terjadi"
"Terjadi? Maksud Abi??" Tanyaku heran dengan ucapan Abi
"Dia tidak akan bisa meninggalkanmu, dan itu yang Abi takutkan. Kakek nya Husein di Kairo menginginkan Husein sebagai pewaris tunggal untuk melanjutkan kuliah di Kairo sebagai tradisi yang biasa kami lakukan, dengan adanya kamu maka akan menghambat Husein pergi ke Kairo bahkan tidak mungkin dia mau meninggalkanmu"
"Saya akan bicarakan ini dengan Husein, dia pasti akan mengerti saya akan berusaha meyakinkannya Abi" ujarku memberi solusi kegundahan yang Abi rasakan
"Bisakah Abi meminta sesuatu?" Tanya Abi mengiba
"A apa?" Aku terbata mulai ragu dengan arah pembicaraan ini.
"Jauhi Husein demi kebaikannya"
DEG
Aku mematung terbelalak dengan mulut terbuka.
Menjauhinya tapi kenapa? Aku baru saja menyatakan cinta beberapa hari yang lalu, dan rasa ini menginginkannya kenapa aku harus dihadapkan dengan keadaan seperti ini.
"K kenapa Abi?" Tanya ku dengan terbata dan suara lirih hampir tidak terdengar
"Maaf bila Abi memberi pilihan yang sulit tapi ini demi kebaikan Husein, pendidikan itu penting Indri dan keluarga kami sudah memutuskan Husein akan melanjutkan pendidikan dengan kuliah di Kairo seauai permintaan Kakeknya, dan dengan kamu meninggalkan Husein, Abi yakin Husein akan menjauh dan menerima tawaran kuliah di Kairo"
"Meski dengan rencana yang Abi buat akan menyakiti anak Abi sendiri?"
"Cinta kalian hanya cinta sesaat anak remaja, mungkin Husein akan merasakan sakit dan patah hati tapi Abi yakin waktu yang akan menyembuhkannya"
"Baiklah bila memang itu yang Abi inginkan Indri akan mencobanya semoga semua sesuai dengan yang Abi inginkan"
"Sekali lagi maaf dengan seraca tidak langsung mungkin Abi tidak merestui hubungan kalian karena Husein harus mengemban tanggung jawab sebagai pewaris tunggal"
"Baik Abi saya permisi, mungkin Husein sedang mencari saya untuk mengantarkan saya pulang Asalamualaikum" aku undur diri dengan tubuh lemah.
Ku dongkakkan wajah menatap langit - langit rumah menahan buliran kristal menetes beberapa kali aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan mencoba menenangkan hati.
Kenapa terasa sesak sekali, aku tak boleh menangis Husein memang bukan milikku Husein milik orang tuannya.
"Humairah kamu dari mana saja? Aku mencarimu kedepan tadi" tanya Husein menggandeng tangan kiri ku.
"Tadi kau lama sekali jadi aku ke taman belakang melihat koleksi tanaman bunga Umi kau kan tau disini tidak ada yang bisa aku ajak ngobrol coba kau punya adik kecil yang manis" ucapku dengan senyum ceria
"Hehehehehe.. nanti aku akan usulkan pada Umi dan Abi kira - kira kalau aku merengek dikasih tidak ya?" Ujar Husein terkekeh.
PLAKK
Bahu Husein terkena serangan gamparan dari Umi yang ternyata mendengar pembicaraan kami.
"Jangan minta yang aneh - aneh Husein kau sedari dulu selalu jahil!" Ucap Umi geram dan gemas dengan tingkah anaknya yang kini semata wayang
Kami berdua pun tertawa terbahak - bahak hingga akhirnya aku terdiam karena sepasang mata dari kejauhan memerhatikan kami.
"Hmmpp.. Husein ini sudah malam sebaiknya aku pulang, Umi indri pamit dulu ya?" Ku raih punggung tangan kanan Umi dan ku cium dengan takzim.
"Ia hati - hati dijalan, oia ini ada sedikit buah tangan berupa manisan dan cemilan untuk kamu dan orang tua kamu" Umi memberikan sebuah paper bag ke tangan ku.
"Terimakasih Umi Indri pamit ya Asalamualaikum"
"Waalaikum salam sayang"
Sesampainya dihalaman rumah tampak dari luar Ibu dan Bapak sedang asyik bercengkrama dengan sepasang suami istri paruh baya sepertinya seumuran dengan Ibu dan Bapak.
"Humairah boleh aku mampir?" Tanya Husein saat aku memberikan helm yang biasa aku pakai saat Husein mengantar jemput aku kesekolah dengan motor besarnya.
"Mungkin lain kali Husein sepertinya Ibu dan Bapak sedang ada tamu maaf ya" ujarku
"Baiklah sayang, aku pulang ya?" Husein mengulurkan tangannya aku hanya mengerutkan kening heran
"Salim!" Perintah husen membuatku tersenyum.
Anak ini sudah banyak meminta aku raih tangan husein dan ku cium dengan takzim seperti pada Umi tadi.
"Sepertinya aku tidak akan wudhu sebelum tidur agar bekasnya tidak hilang" ujarnya sambil memandangi ku
"Hei jangan merubah kebiasaan baik Husein"
"Baiklah, Asalamualaikum Humairah sayang" Husein menyentuh kepalaku dan mengacak - ngacak rambut ku
"HUSEIN!!" Ini lah kebiasaan menjengkelkan yang menbuat hatiku menghangat dan meleleh.
Husein menyalakan mesin motornya dan berlalu pergi, bagaimana aku bisa meninggalkanmu yang selalu bersikap manis dan hangat padaku bila aku boleh serakah aku tidak mau meninggalkanmu Husein.
"Asalamualaikum" salam ku ucapkan saat sampai di pintu rumah.
"Waalaikumsalam" jawab mereka serempak.
Ternyata ada tiga tamu dan satu lagi seorang pria bila tebakanku tidak salah mungkin usianya sekitar 25 tahun. Ku salami semuanya dan duduk diantara Ibu dan Bapak.
"Cape nduk? Mandi dulu sana mumpung belum larut" ujar ibu yang hanya dibalas senyuman oleh ku
"Sudah sana mandi anak gadis jam segini ko bau asem" ucap Bapak menutup hidungnya.
Bapak memang humoris dibandingkan dengan Ibu aku lebih dekat dengan Bapak bahkan setiap Bapak menjual hasil tani nya ke kota aku selalu ikut dan menemani Bapak. Saat aku masih sekolah dasar Bapak sering menemani ku tidur, menggunting kuku ku, mengikat rambutku dan kadang mengajak ku jalan - jalan dengan sepedah ontelnya, sekarang sudah dewasa saja perhatian - perhatian kecil itu masih selalu ada.
"Hmmpp ngeledek, Indri kan ga mandi aja wangi Pak" aku cium pipi Bapak sebelum lari masuk ke kamar mandi
"Biar Bapak sama bau asemnya" ucapku kejauhan ku dengar gelak tawa dari ruang tamu mungkin mereka menertawakan aku yang masih kekanak - kanakan bila disamping Bapak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments