"Humairah aku tidak suka kau berbicara seperti itu, aku tidak pernah membanding -bandingkan kau dengan siapapun. Cinta ku tak pernah salah padamu modal cantik tapi minus akhlak buat apa? Aku pencari pendamping untuk melengkapi hidup ku, menjadi lebih baik bukan dilihat dari segi fisik saja tapi hati juga perangainya mengerti?!" Tegas Husein
"Jadi kau akan tetap mencintaiku apa adanya meski aku sudah menua dan buruk rupa?" Ujar ku
"Menua bersamamu kenapa tidak!" Husein memang paling bisa membuat hati dan raga ku meleleh karena ucapan tulusnya.
Semoga saja Allah mendengar semua doa - doa baik kita, dan mengikat hubungan ini dalam ikatan pernikahan
Flashback Off
Semburat jingga kemerahan tampak disetiap sudut langit sore ini. Mengenang si kembar yang selalu menemani setiap hari - hari remaja ku. Ternyata kenangan sering menyadarkan kita bahwa usia kita tak muda lagi menjadi dewasa itu terlalu memakan banyak pikiran dan hati, tak seindah yang selalu dibayangkan apalagi bila kita mendapatkan pasangan yang kurang menghargai kita, tidak memperjuangkan hubungan kita lebih terlihat menyianyiakan kita.
Menyesal?
Rasa itu kadang ada memutus rasa syukur akan nikmat yang kita peroleh selama ini, mungkin bila Allah perhitungan Dia akan berkata seperti ini.
Ujian yang aku berikan tidak ada sebutir debu dari nikmat yang selama ini aku beri dan kau sudah menyerah dan berkata
"apa salahku hingga mendapatkan ujian seperti ini ?"
daripada kau mengeluh coba bersabar dan mensyukuri apa yang kau miliki hari ini dan orang lain tidak.
Bersyukur memang lebih baik daripada hanya mengeluh akan keadaan.
Bila ada satu hari kau lalui dengan pilihan mengeluh atau bersyukur kenapa kita tidak memilih untuk melalui hari dengan bersyukur hal itu jauh lebih baik karna membawa energi positif pada diri kita.
Setelah mendengar semua cerita tentang ku, tentang hubunganku dengan Mas Ardi dan tentang semua isu yang beredar Husein tampak kesal.
"Andai aku menggagalkan pernikahan mu dengannya kau takkan sesakit ini, aku terlalu bodoh dan percaya bahwa kau akan bahagia dengannya. Dua tahun bukan waktu yang sebentar Humairah, meski kedua orang tuanya membantu dengan bantuan seadanya mau sampai kapan dia berleha - leha dan melalaikan kewajibannya menafkahimu anak -anak mu dia sudah punya stri dan anak tapi masih menyusahkan orang tua nya apa dia tidak tau malu" tanya Husein geram
"Sudahlah Husein akupun hanya bisa bersabar, mungkin aku akan usaha kecil - kecilan atau mengikuti pelatihan untuk peluang usahaku"
"Kenapa kau tidak mengajukan perceraian bila memang dia sudah tidak perduli lagi?" Tanya Husein
"Sebelum menikah aku dan Mas Ardi pernah membuat perjanjian pra nikah dalam isi perjanjian itu bahwa aku dan Mas Ardi akan selalu bersama - sama meski dalam keadaan susah dan tidak akan pernah mengajukan perceraian kecuali adanya KDRT atau salah satu diantara kami memiliki pria atau wanita idaman lain dan disinilah aku terjebak, selama isi perjanjian itu tidak dilanggar maka tidak akan ada kata perpisahan" jawaban ku membuat Husein sontak terkaget.
"Mau sampai kapan kau begini Humairah? Ini tidak benar, isi surat perjanjian itu tidak bisa dibenarkan!" Ucapnya marah
"Sudahlah Husein aku tau kau sangat memperdulikan ku tapi aku harus bagaimana?"
"Bagaimana kalau kau yang berselingkuh saja?" Tanya Husein dengan seringai aneh diwajahnya
"Kau sudah gila ya? siapa yang mau dengan ibi 2 anak seperti aku?? Bahkan tidak ada yang bisa aku banggakan sama sekali" ujarku heran dengan usul usil Husein
"Aku mau" ucap Husen cepat
"Husein istigfar hanya kau Ust yang berpikiran aneh mau menjadi pembinor, kau kalau bercanda jangan melewati batas sepertinya setelah aku tinggalkan kau jadi tidak waras seperti tidak ada gadis saya mau dengan ibu beranak dua" ujarku mengeleng- geleng kan kepala
"Gadis memang banyak, tapi cinta ini hanya menginginkanmu" jawab Husein lirih
"Husein.. apa kau tidak pernah membuka hati untuk wanita lain setelah kejadian itu?"
"Tidak, huhmp tidak ada gadis yang bisa membuatku berpaling"
"Maaf..."
"Untuk?"
"Luka yang aku torahkan dihatimu, aku tidak bermaksud seperti itu aku terpaksa.."
"Terpaksa?? Jadi kau menikah bukan karena keinginanmu? siapa yang memaksa? Dulu pun aku yakin kau tidak mungkin meninggalkan ku kau itu keras kepala tidak mungkin ada yang bisa menuntut mu bila kau tidak menginginkannya jadi kenapa kau menikah dengannya?? orang tua mu? ah tidak mereka sangat menyayangi mu karena kau anak semata wayang mereka dan jangan pernah bilang kau dipaksa suamimu karna aku tidak akan percaya bila suamimu yang memaksa bahkan orang terdekatmu saja tidak bisa memaksamu apa lagi orang yang baru saja kau kenal jadi katakan Humairah siapa yang dulu telah memaksamu meninggalkanku dan menikah dengan dia??" Husein sudah marah besar saat aku tak sengaja membuka perihal kenapa akau bisa menikah dengan Mas Ardi
"Hmmp itu tidak benar Husein aku memang menyukainya, kau harus merelakan aku dengan pilihanku" ujarku lembut aku sjdah sangat takut melihat Husein marah selama aku mengenalnya dia tak pernah semarah ini
"Katakan Humairah! Katakan semuanya kebohongan yang bertahun - tahun kau jalani kenapa kau menyiksaku seperti ini? bila memang benar ada dalang dibalik perpisahan kita aku pasti akan merebutmu dari sisinya karena kau itu harusnya milikku!"
"Jaga bicara mu, Indri adalah istriku dia tidak akan menjadi milik siapapun selain Aku Ardiansyah Permana" kedatangan Mas ardi sontak membuat aku terkejut aku selerti tengah dipergoki selingkuh tapi tidak dengan Husein dia hanya menoleh dengan wajah datar tanpa expresi
Plakkk
Satu buah tamparan mendarat cantik di pipi kiri ku menimbulkan tanda merah sempurna.
"Kau ini istri ku bagaimana bisa kau berdua - duaan dengan pria lain? Apa karena aku tidak beruang dengan mudahnya kau mencari lelaki berkantung tebal?" Ujar Mas Ardi dengan air muka marah mengarahku.
Apa ini aku ditampar, barusan aku ditampar! aku ditampar didepan Husein dan dia diam saja? Apa dia masih marah dengan perdebatan kami sebelumnya sampai dia tega melihat ku ditampar dan dia membiarkan Mas Ardi melakukannya bahkan setelah aku ditampar dia masih diam saja?? kenapa sakitnya bukan dipipi tapi dihati karena sikap acuh Husein. Apa rasa ini masih ada untuk Husein hingga diacuhkannya membuatku sakit dan nyeri didalam hati.
Aku tak menyahuti ucapan Mas Ardi aku malah menatap Husein menanyakan keraguan hati Husein tak bergeming berwajah datar tapi tunggu kenapa kedua tangannya mengepal kuat apa dia sedang menahan emosi? apa sebenarnya yang dia rasakan?
"Indri apa kau tuli? Kenapa kau diam saja saat aku bicara denganmu dan malah menatapnya?! Jawab aku!!" ucap Mas Ardi setengah berteriak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments