Husein kembali lagi ke kamar dengan nampan berisi dua piring nasi beserta lauk dan sayurnya.
"Makanan datang, silahkan makan Humairah"
Husein meletakan nampan di atas ranjang ditengah - tengah kami.
"Husein, kenapa dua piring aku kan makan tidak pernah banyak" ucapku dengan suara mendayu - dayu manja. Meski sebenarnya aku ingin tertawa saat mengucapkannya.
"Oooh... aakkkuu yanng saallaah. Kau bisa makan setengahnya dan kau tak perlu menghabiskannya" ujar Husein sambil menggaruk tengkuk lehernya dan aku yakin dia sedang gugup.
"Kan tidak boleh buang - buang makanan Husein itu Mubazir Allah tidak suka" masih dalam mode manja.
"Baiklah aku akan menghabiskan sisanya untukmu" kena kau suruh siapa buat Ummi Khawatir hari ini akan aku hukum kau makan banyak.
Kami mulai makan, Husein terlihat lahap sekali, anak ini berpura - pura tak lapar hanya untuk menyiksa diri sendiri.
Setelah Husein selesai dengan isi dipiringnya aku sengaja menyuapi setengah isi piringku padanya.
"Buka mulut mu biar aku yang menyuapi mu, kau kan sudah sering menyuapi aku sekarang gantian oke aaaa..."
Husein seperti anak kecil yang menurut dia makan meski matanya tertuju pada ku.
Hingga tinggalah satu suapan terakhir.
"Ini suapan terakhir.."
"Sudah Humairah perut ku sudah penuh, rasanya hampir mau meledak cukup ya.." ujarnya memohon
"Tapi tinggal satu suapan lagi sayang kalau dibuang.." aku berkilah
"Humairah ingat berlebih - lebihan juga tidak baik, bagaimana kalau aku akhirnya sakit perut"
"Hmmmpp baiklah, satu suapan terakhir ini akan ku makan saja dari pada mubazir" hingga pada akhirnya suapan terakhir itupun aku yang memakannya.
"Hu..humairah" ucap Husein terbata - bata.
"Kenapa?" Aku masih mengunyah makanan dalam mulut.
"Sendoknya kan bekas mulut ku dan kau pakai masuk ke mulut mu.."
"Memangnya kenapa??" Jawab ku mulai kesal
"Itu kan dengan tidak sengaja sama saja kita ciuman meski perantaranya sendok"
Bluuuusssshhhhh
"Uhhhhuuukkkhhh.." karna ucapan Husein akhirnya aku tersedak, kini giliran ku yang malu pasti kini muka ku sudah merah seperti tomat karena mendengar ucapan konyol Husein, gara - gara perkara suapan terakhir aku mendapatkan muka merah ini.
"Minum dulu, maaf ya" Husein menyodorkan gelas berisi air putih
"Husein bisa tidak jangan berpikiran konyol seperti itu" dengan nafas yang masih terengah - engah ku layangkan tatapan tajam padanya.
"Iya maaf, aku kan hanya terkejut karna kau memakai sendok bekas ku"
"Oia kapan kau akan kembali sekolah?" Aku mencoba mengalihkan permasalahan sendok itu.
"Aku tidak tau, aku masih sedih memikirkan Abang, aku takut jika ada yang menanyakan perihal meninggalnya Abang, aku takut" Husein berdiri dan berseder pada didinding dekat jendela kamar
"Akulah penyebab kematiannya, secara tidak langsung" jelasnya lagi
"Husein tidak ada yang menyalahkan mu, itu semua takdir bila memang disaat itu aku pun yang harus celaka maka akan seperti itu jalan takdirnya, kamu terus mengurung diri menyesali semuanya pun tak akan merubah apapun, kamu hanya menyiksa dirimu sendiri apa kamu tidak tau semua yang menyayangimu mengkhawatirkan kamu Ummi, Abi bahkan aku mengkhawatirkan mu"
Husein menghela nafas panjang.
"Maaf Humairah tapi aku belum ingin masuk sekolah mungkin lain hari" jawab Husein sungguh dia keras kepala
"Baiklah kalau begitu aku pamit pulang dulu, tadinya aku ingin kau kembali masuk sekolah karena aku bisa beralasan bahwa kau pacar ku tapi ya sudahlah karna aku tidak punya alasan aku akan menerimanya" ku langkahkan kaki bermaksud keluar dari kamar.
"Apa maksud mu Humairah, kalau ngomong itu yang jelas!!" Husein setengah berteriak ternyata dia terpancing juga.
"Hmmmpp.. itu ada kakak kelas yang menyatakan cintanya pada ku dia menunggu jawabannya nanti hari senin sepulang sekolah, aku sudah bilang kalau aku itu milik mu tapi pria itu tidak percaya dan dia bilang kalau nanti hari senin kau tidak menjelaskannya sendiri berarti itu hanya sebuah alasan saja dan dia akan menganggap aku miliknya" jelasku dengan nada sendu tanpa bermaksud berbalik menghadapnya
"Tapi kan kau tidak mau bersekolah jadi bisa dipastikan aku akan menjadi miliknya"
"Bukankah sudah ku bilang!! Aku takan memberikan mu pada siapapun selain Hasan Abang ku, minggu depan akan ku pastikan dia mendengar pernyataanku langsung dari mulut ku sendiri bahwa kau hanya milik ku!"
Kena kau. aku menggigit bibir bawah ku mencoba menahan agar jangan sampai Husein tau bahwa aku menahan tawa.
Ya memang benar ada pria yang menyukaiku sebenarnya aku bisa mengurusnya sendiri tapi aku sengaja menjelaskannya pada Husein ini hanya sebagai alat pancing agar Husein mau bersekolah kembali, dan ternyata dengan arogannya dia menyatakan kepemilikannya.
"Baiklah bila begitu, Aku pulang dulu sampai jumpa hari senin"
Ku urungkan niat mengajak Husein berjalan - jalan besok karna sudah dapat dipastikan bahwa lusa dia akan masuk sekolah. Aku pun pamit untuk kembali kerumah.
Hari senin pun tiba.
Selesai upacara semua siswa dan siswi kembali ke kelas masing - masing saat aku hampir sampai di kelas seseorang meraih tangan ku ternyata dia pria itu, pria yang menyatakan cintanya pada ku.
"Tunggu sebentar, Indri bagaimana jawabannya? Kau menerima cinta ku kan??" tangan masih dalam genggamannya.
sebelum aku menjawab siswa dan siswi yang ada disekitar ku mencoba menggoda kami berdua.
"cciiieeee Indri ciieeee.." ujar mereka serempak.
Tampak kejauhan aku melihat Husein kedua tangannya mengepal kuat, anak itu pasti sedang dilanda cemburu tapi aku ingin lihat sampai dimana letak sabarnya.
"hmmmpp.. Tapi kak" belum usai aku menjelaskan pria ini meraih tangan ku yang satu lagi kini kedua tangan ku dalam gengamannya.
"Indri kita sama - sama sendiri apa salahnya kamu terima rasa ini, aku janji akan selalu bersikap manis padamu" mungkin bila aku wanita lain pernyataannya yang terbuka di depan orang banyak ini akan membuat si wanitanya merasa tersanjung dan meleleh. Yah tidak dapat dipungkiri pria yang ada dihadapan ku ini cukup tampan berkulit bersih dengan tinggi 175 cm dia juga cukup pintar dikelasnya. Tapi entah kenapa aku masih menyukai Husein dengan segala tingkah konyol dan manjanya mungkin hanya dia yang bisa mngimbangi aku yang jutek dan mandiri.
"Jangan melampaui batasan mu dia tidak akan menerima rasa cintamu karna dia hanya MILIK KU dan lepaskan tanganmu!!" terdengar suara bariton dibelakan tubuh pria di depan ku, Husein menegaskan kata milik ku seperti berfikir agar semua bisa mendengarnya.
"Jadi Indri kau benar - benar memiliki hubungan dengan Husein??" tanya pria itu
"IYA" jawab ku tegas.
"Jangan kau kira aku tidak ada disekeliling wanita ku kau bisa dengan mudah dan seenaknya menggoda dan menyentuhnya!!" Husein kembali menegaskan pada pria itu sungguh dia tampan dalam mode cemburu dan aku suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments