"Baiklah bila itu yang abang pinta aku akan penuhi" ada isak kecil keluar dari mulut Husein
"Husein..!!" Tak sengaja aku membentaknya karna kesal bukankah sebelumnya sudah aku katakan dia harus mau berusaha.
"Bodoh!!!" Bentak Hasan diiringi senyuman aneh seperti ada yang dia tahan
"Lihat dia membentakmu jelas - jelas Humairah mu menyukaimu! Apa kau mah melepaskannya demi orang lain??! Jangan mengalah pada siapapun bila kau masih dalam jalan benar!"
Ungkapan Hasan menyadarkan Husein dia langsung menoleh ku, karena ucapan ku yang kelepasan membuat ku malu, ku membuang muka ke arah lain, takut ada yang melihat muka merah ku kali ini.
"Benar begitu Humairah??" Tanya Husein ragu.
"Jaga dia karna aku rasa waktu ku hanya sampai hari ini, Abi izinkanlah mereka bersama mereka saling mencintai"
"Tapi mereka masih muda bahkan belum lulus sekolah Hasan!" Abi terlihat kesal dengan permintaan Hasan, jadi Abi tau anak - anaknya menyukai ku dan beliau tidak setuju, itu kah alasan Abi tidak senang si kembar dekat dengan ku.
"Demi Hasan Abi, ini permintaan terakhir Hasan Aaagghhhh...." Hasan memegangi kepalanya terlihat rembesan darah keluar dari balutan perban, Hasan kembali tak sadarkan diri.
Semua panik Husein menekan tombol untuk memanggil Dokter, Abi dan Ummi memegang tangan Hasan diselingi tangis.
Aku terpaku dan hanya bisa mematung melihat Hasan yang sudah terkulai lemah, Dokter segera datang kami semua keluar memberi ruang Dokter untuk memeriksa Hasan. Satu jam sudah Dokter didalam hingga akhirnya pintu terbuka ku lihat Dokter seperti berputus asa.
"Maaf pasien tidak bisa kami selamatkan" kalimat yang Dokter lontarkan membuat semua orang terkejut bahkan Ummi sampai menangis histeris.
"Hasan aku berhutang nyawa padamu"
Kini semua orang yang dekat dengan hasan berkumpul di tempat peristirahatan Hasan untuk memberi penghotmatan dan doa - doa untuk yang terakhir kali.
Semua orang berkabung Hasan adalah lelaki baik hati meski dia terkesan diam cuek bahkan dingin bagi orang yang tidak dekat dengannya.
Setelah KH. Abdul Kadir selesai membacakan doa diatas gundukan tanah basah ini, satu per satu orang - orang yang mengantar kepergian Hasan kembali pulang kini tersisalah kami berempat, Ummi masih dengan isak tangis tangannya masih setia membelai tanah kuburan berbalut bunga berbagai macam rupa.
"Ummi.. sudah ya ikhlaskan Hasan, jangan memberatkan langkahnya dengan tangisan ini, bersedih boleh tapi berlebih - lebihan jangan lebih baik kita kembali kerumah Ummi butuh istirahat" di rangkulnya bahu Ummi oleh Abi, merekapun berjalan kembali pulang.
"Abang.. aku janji akan mendengar amanat terkhirmu untuk mengejar cinta Humairah, aku tidak punya alasan lagi untuk menyerah. Terimakasih telah merestui kami aku akan menjaga gadis kecilmu" lirih sendu sedan ku lihat Husein menatap makam Hasan
"Husein... hari sudah mulai senja sebaiknya kita pulang" ku ulurkan tangan, ku raih tangan Husein.
"Kami semua pulang Hasan, kami pasti akan merindukan kebersamaan kita"
Berhari - hari telah kami lewati tanpa ada sosok Hasan, Husein seperti enggan untuk bersekolah lagi sudah hampir seminggu dia tak kunjung masuk hadir.
Dia lebih sering mengurung diri dalam kamar, aku maklum itu sangat wajar mereka kembar identik yang kadang bila salah satuny sakit yang satu nya pasti merasakannya juga.
Sepulangnya dari sekolah aku berniat mampir ke yayasan, berhubung beaok libur aku berniat mengajak Husein untuk keluar rumah. Semoga dengan begini dia bisa mengesampingkan sedihnya untuk sementara dan bersedia masuk sekola kembali.
"Assalamualikum Ummi" ku sapa Ummi ku raih tangan dan ku cium dengan takjim.
"Wa'alaikumus salam sayang, gimana sekolahnya?" tanya Ummi wanita paruh baya yang mengenakan gamis purple dan kerudung syar'i berwarna peach tampak cantik meski usianya tak muda lagi.
"Lumayan cape Ummi, Husein kemana Ummi? Indri mau nyerahin tugas dari guru"
"Husein di kamar nya Indri, kamu masuk saja sekalian tolong bujuk dia untuk mau sekolah lagi, dia selalu menyalahkan dirinya atas meninggalnya Hasan, sungguh Ummi dan Abi tak pernah sekalipun menyalahkannya Ummi dan Abi sudah iklas dengan takdir yang Allah berikan. Tolong bantu Ummi ya sayang kembalikan senyuman Husein karna Ummi tau kamu orang yang Husein sayangi setelah kami dan Hasan"
"Akan Indri usahakan Ummi, Indri ke kamar Husein dulu ya Ummi" aku meninggalkan Ummi menyusuri koridor yayasan yatim rumah Ummi hanya berjarak 10 meter dari yayasan cukup melewati 2 rumah aku sudah sampai di pinti gerbang bangunan tingkat dua ini.
"Assalamualaikum pak Dodi" ku sapa satpam rumah ini
"eh non Indri Waalaikumus salam masuk aja non gerbangnya gak dikunci maaf lagi nanggung, mau ketemu mas Husein ya orang nya ada didalem" jawab Pak Dodi yang sedang menyeruput kopi hitam yang masih mengebulkan asapnya.
"Mkasih Pak, Indri langsung masuk aja ya tadi sudah ijin Ummi"
"iya non silahkan"
Rumah bergaya semi Eropa dengan nuansa cat putih ini kini sering aku sambangi, semenjak Husein tidak sekolah setiap hari pula guru menitipkan tugas kepada ku.
ku titi tangga nampak pintu kamar Husein setengah terbuka pintu, di depan pintu kamar ku tatap Husein yang berbaring dengan satu tangan sebagai bantalan dia menatap langit - langit kamar tapi tatapan matanya kosong.
tokk.. tokkk.. tokkk
"Mbok Nah nanti saja makannya" ujar Husein ternyata dia kira aku Mbok Nah yang sedari si kembar kecil bekerja paruh waktu dirumah ini.
"Baiklah aku akan pulang saja, buku tugas nya aku simpan di meja selamat tinggal" ku balik badan mencoba mengerjainya dengan berpura - pura akan pergi
"Eh.. Humairah maaf aku kira kau si Mbok yang dari tadi menyuruhku makan, jangan marah tolong kemarilah"
"Jadi kau belum makan? Apa kau mau berbagi makanan dengan ku? Aku juga lapar dari pulang sekolah aku langsung kemari" aku sengaja membuat pengakuan agar Husein merasa iba karna aku sering mendengar dari Ummi bahwa Husein kadang tak makan seharian.
"Ya ampun Humairah kenapa belum makan, kalau kau sakit bagaimana?? Kau senang sekali ya membuat aku marah" Husein mendekat dan menarik tangan ku mendudukanku diatas ranjangnya.
"Aku kan ingin makan bersama denganmu, aku juga ingin kau suapi aku rindu kau memanjakan aku" jawabku dengan suara dibuat sehalus mungkin
Bluusssshhhhh
Rona merah terpampang nyata di raut muka Husein, dia tersipu malu ah betapa lucunya dia biasanya dia yang sering menggoda sekarang dia harus merasakan bagaimana rasanha digoda dan menjadi malu.
"Bbaiiklah.. kau tunggu disini sebentar aku akan membawa makanannya kita makan disini saja" Husein bergegas pergi keluar aku yang tak tahan dengan sikapnya pun akhirnya tertawa terbahak - bahak, lain kali aku akan sering menggodanya muka merahnya sangat menggemaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments