Sekembalinya dari mushola, kami kembali menunggu proses operasi Hasan semua masih bersitegang ini sudah 2 jam berlalu tapi dari dalam belum ada yang keluar.
Seorang Dokter laki - laki dengan 2 perawat keluar dari ruang operasi, ummi terpogoh - pogoh menghampirinya.
"Dokter bagaimana keadaan anak kmai Hasan?" Lirih suara dengan raut muka cemas Ummi tampak tersirat.
"Operasinya berhasil tapi dikarenakan pasien mengalami benturan keras, ada penyumbatan di otak pasien kita hanya bisa berdoa kapan pasien bisa siuman untuk sementara pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat" jelas Dokter
Tak lama brangkar keluar dari ruangan dengan Hasan tergolek lemah diatasnya, semua menangis pilu terutama Husein dan Ummi tak terasa buliran kristal lolos dari mata ku.
"Hasan kamu harus cepat sadar aku bahkan belum mengucapkan terima kasih atas pertolonganmu"
Aku dan Husein mengikuti brangkar Hasan ke ruang rawat semntara Ummi dan Abi tampak masih berbincang dengan dokter
Perawat memindahkan Hasan ke Hospital bed mengecek selang oksigen, memeriksa cairan infus dan mencatatnha dalam data.
"Kami permisi dulu, untuk kenyamanan pasien saya harap hanya 1-2 orang yang menjaganya" ujar salah satu suster merekapun berlalu pergi
"Terima kasih" ucapku
Seminggu telah berlalu tidak ada kemajuan dengan keaehatan Hasan kami akan bergantian berkunjung.
Ini jadwal Husen menjaga Hasan dan aku akan ikut.
Ku duduk disamping ranjang Hasan menatapnya penuh iba dia masih terpejam seperti hari - hari sebelumnya, ku genggam tangan kanannya.
"Hasan ini aku gadis kecilmu, kenapa kau suka sekali tidur apa kau tidak akan marah karna setiap hari Husein selalu menggoda ku, di sekolah semua gadis selalu menanyakan kabar mu, maafkan aku karna aku kau seperti ini bangunlah, karna aku sering bersama Husein semua menyangka aku adalah gadisnya bukankah aku gadis kecilmu" aku tersenyum bermaksud membuat Hasan bangun dengan menggodanya agar dia cemburu dan marah padahal aku tau sendiri siapa diantara mereka berdua yang menyukaiku.
Husein tersentak kaget saat jari tangan Hasan yang ku pegang bergerak.
"Humairah liat Hasan merespon ucapanmu" ucapnya sambil menujuk pergerakan jari tangan Hasan
"Bangunlah Hasan kalau tidak aku akan benar - benar menjalin cinta dengan adik mu yang kurus kerempeng itu, Bukankah aku gadis kecilmu. Bila kau bangun aku akan menjadi gadis kecilmu selamanya bangunlah sebelum Husein mengambil ku dari mu"
Pergerakan jari tangan Hasan semakin sering hampir sepuluh jari tangan Hasan bergerak perlahan kelopak mata Hasan mengerjap perlahan.
Husein memencet tombol nurce call diatas ranjang mencoba menghubungi perawat atau dokter.
Selang beberapa menit dokter dan perawat tiba.
"Dokter pasien tadi menggerakan jari tangan dan kelopak matanya!" Ujar Husein
"Biar pasien kami periksa dahulu, silahkan kalian berdua tunggu diluar tolong berikan ruang bagi kami"
Aku dan Husein keluar menunggu dibalik pintu, Husein segera menghubungi Ummi dan Abi atas perkembangan Hasan hari ini.
"Humairah jujur padaku! Apa sebenarnya kau menyukai Hasan?" Tanya Husein menatapku lekat.
"Cih.. apa tidak ada pertanyaan lain dikondisi seperti ini?" Tanya ku sedikit kesal.
"Bu..bukan begitu Humairah tapi jujur bila aku memang sudah lama menyukaimu saat pertama kali kau datang ke yayasan membantu Ummi saat itu aku sudah menyukaimu dan aku ingin selalu lebih dekat denganmu tapi melihat respon Hasan barusan aku sangat yakin bahwa dia menyukaimu, aku tidak mungkin bisa bersaing dengannya dia lebih segala - galanya dibandingkan dengan aku, ku pikir dia menandaimu dengan sebutan gadis kecilku hanya menganggap kau adik kecilnya tapi kini ku tau bahwa dia benar - benar menyukaimu" Husein tertunduk ucapannya begitu pilu
"Apa sekarang kau merasa kalah sebelum berperang Husein??" Tanya ku dengan tegas
"Yah bisa dibilang begitu bila saingannya abang ku sendiri, tapi aku tidak akan menyerah bisa saingannya orang lain." Husein menatapku sambil tersenyum dan meraih ke dua tanganku
"Bila kau memang menyukainya aku akan mundur perlahan mencoba ikhlas meski itu hanya sebuah ucapan"
Aku terpaku dengan senyum diwajah manis Husein dan kedua lesung pipi itu.
Hasan memang tampan tapi Husein terkesan manis dan lucu. Tak habis pikir bila keduanya benar - benar menyukaiku dan yang pasti aku belum punya rasa lebih terhadap keduanya ada rasa lebih tapi itu hanya pada Husein itupun hanya rasa nyaman terkesan seperti teman dekat saja karna seringnya kami bercerita bersama.
"Aku belum ada rasa lebih diantara kalian berdua, bila memang kau menyukaiku maka berusahalah karna diantara kalian belum ada yang menjadi pilihanku, kenapa harus takut bersaing dengan Hasan bila dia sendiri posisinya sama denganmu. Husein yang aku tau dia tak tau malu dan akan mendapatkan apa yang dia inginkan selama itu dalam jalan baik"
"Apa kau mau mencoba membuka hati untu ku?" Pertanyaan Husein membuatku tersenyum
"Aku akan membuka hati pada siapapun yang berniat baik padaku, jadi jangan terlalu percaya diri bahwa peluang ini hanya untuk mu"
Muka Husein memerah seperti tomat dengan bibir mengerucut karna menahan malu karna wajah itu teramat lucu aku terkekeh dan akhirnya tertawa tebahak - bahak.
Ummi dan Abi tiba bersamaan dengan keluarnya dokter dan perawat.
"Pasien sudah sadar meski kondisinya bisa dibilang tidak cukup baik, beliau selalu memanggil nama Indri siapa diantara kalian yang bernama indri?" Tanya dokter
Semua yang berkumpul didepan pintu rawatpun terkejut.
"Kenapa aku yang pertama kali dia sebut, apa ucapan Husein itu benar?"
"Sa..saya Dokter" Aku maju 2 langkah mendekati Dokter laki -laki itu.
"Masuklah sepertinya ada yang ingin beliau bicarakan" ucap dokter tersebut
"Dokter apa kami juga boleh masuk?" Tanya Abi dan Ummi
"Kalian semua boleh masuk tapi usahakan jaga kondisi pasien beliau masih sangat lemah jangan membuat pasien terlalu banyak tekanan, baiklah saya permisi dulu"
Dokter itu pun berlalu menyusuri koridor rumah sakit
Kami berempat masuk secara perlahan. Aku mendekati kursi disamping ranjang Hasan mendudukan tubuhku dan meraih tangan Hasan.
"Assalamualaikum Hasan ini aku Indri" sapaan ku membuat kelopak mata hasan terbuka dan menoleh ke arah ku
"In.. dri kaaa..uuu bai..iiik - bai...iiik saj..jja?" Ucap Hasan lirih, Hasan menggerakan tangannya mencoba meraih wajah ku
"Aku baik - baik saja, kau harus banyak istirahat semua gadis di sekolah merindukanmu" ku genggam kembali tangan Hasan memberi dia semangat.
"Dan kau tidak merindukanku?" Perkataan Hasan membuat Husein tertunduk dan berbalik mencoba untuk pergi.
"Hasan apa kau tidak merindukan Abi dan Ummi nak?" Ummi mendekat mengelus kepala Hasan dan mencium keningnya
"Ummi Hasan haus"
Aku berdiri dan melangkah mundur memberi ruang Ummi untuk memberikan minum.
Ku dekati Husein sebelum dia melewati pintu ku raih tangannya menariknya mendekati Hasan.
"Hasan Husein sangat menghawatirkanmu aku bahkan melihatnya menangis"
"Benarkah dia memang adik yang cengeng, kemarilah!" Hasan melambaikan tangannya Husein pun duduk disamping ranjang Hasan.
"Apa kau mencintai Indri?" Sontak pernyataannya membuat semua terkejut bahkan aku dan Husein membelalakan mata karna tak percaya
"Apa pertanyaan ku kurang jelas?" Tanya Hasan lagi
"Ya aku sangat mencintainya, bahkan setelah lulus sekolah aku berniat mentaarufnya!" Ucap Husein yakin
"Apa kau mau bersaing dengan ku?" Tanya Hasan
Husein tertunduk menahan amarahnya, lantas dia pun menggelengkan kepala.
"Aku tak mampu bersaing dengan mu, kau abang ku dan kau lebih baik dari ku, aku pasti kalah" lirih Husein
"Bila begitu jangan bersaing denganku, karna kau takan bisa!" Aku lihat Hasan seperti menahan rasa sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments