20. Rencana ke London

Nina berjalan masuk ke dalam sebuah kamar hotel yang sudah diboking atas nama ayahnya. Di sana ia bersantai sambil menunggu sang ayah karena akan membahas rencana mereka selanjutnya untuk menjatuhkan Alfa.

"Baby, sudah dari tadi?" tanya pria paruh baya yang baru memasuki kamar hotel itu sambil melepaskan jas kebesarannya lalu menaruhnya di atas kepala tempat tidur dan langsung duduk di samping Nina yang sejak tadi duduk dan bersandar di kepala tempat tidur.

"Baru saja sampai ayah. ayah.. kita harus bicara soal Alfa karena aku susah mengembalikan kepercayaannya" ucap Nina sambil menahan tangan ayahnya yang sudah berkeliaran ke mana-mana.

"Iya baby, akan kita bahas setelah yang satu ini" ucap ayah dengan suara serak sambil menaik turunkan sebelah alisnya untuk menggoda Nina.

Nina yang paham akan maksud sang ayahpun mendengus kasar tapi akhirnya pasrah juga biar urusannya cepat selesai dan tidak menggangu pembicaraan mereka.

Kedua insan itu akhirnya melakukan ritual terlarang mereka untuk saling memuaskan sebelum membahas hal utama tadi.

Setelah kegiatan panas mereka selesai, keduanya berbaring dengan tubuh yang masih polos dan hanya tertutup oleh kain.

"Ayah, apa yang harus kita lakukan? aku sudah bosan hidup berpura-pura. Akhir-akhir ini dia tidak lagi peduli padaku dan anak sialan itu. Malah ia sudah tidur di kamar lain" ucap Nina serius

"Baguslah kalau kalian pisah kamar, aku tidak mau berbagi lagi dengannya karena kamu hanya milikku satu-satunya" ucap sang ayah

"Tapi rencana awal kita gimana ayah?" Nina mulai stres dengan ayahnya yang tidak serius.

*****

"Roky, apakah sudah ada informasi dari orang-orang kita tentang keberadaan isteri dan anakku?" tanya Alfa

"Mantan isteri tuan" ucap Roky membenarkan

"Roky, mau gajimu dipotong?" tanya Alfa dengan tatapan tajamnya

"Maaf tuan" ucap Roky sambil cengengesan

"Tuan, aku rasa nyonya muda dan nona kecil dilindungi oleh orang yang cukup berpengaruh sehingga kita sulit menemukan jejak mereka" terang Roky mengutarakan kecurigaannya

"Jadi kamu mau bilang kalau papa ada di dalam permainan ini?" tanya Alfa penuh selidik.

"Bukan tuan, aku rasa orang yang berpengaruh itu bukan orang yang ada dipihak kita. Bisa saja lawan bisnis kita yang tahu dan memanfaatkan ini semua" Alfa tampak berpikir dan membenarkanya

"Jika mereka mau bermain-main denganku apalagi melibatkan keluarga kecilku maka aku tidak akan membiarkan mereka" ujar Alfa dengan kedua tangannya yang suda terkepal

"Roky, untuk semnetara kamu hendel semua pekerjaan karena esok aku harus berangkat ke London" lanjutnya

"Aku tuan?" ucap Roky sambil menunjuk dirinya sendiri

"Lalu siapa kalau bukan kamu, apa di sini ada orang lain selain kita" geram Alfa

"Baik tuan" jawab Roky memelas

*****

Hari ini Mey kembali ke kantor setelah dua hari ijin untuk menemani putri cantiknya.

Semua karyawanpun sudah tahu tentang hubungan bos mereka dengan Mey teman kerja mereka tapi dilarang untuk menyebarkan isu diluar sana tentang putri bos mereka karena jika terjadi maka mereka akan kehilangan pekerjaan dan yang pasti ada ganjaran lainnya.

Hari ini Mey tidak sendiri dengan ayahnya ke kantor tapi ada Novi dan si kecil Maggie karena sepanjang malam gadis kecil ini terus merengek mau melihat kantor milik opanya.

Begitu tiba di parkiran, jiwa kepo gadis kecil inipun kembali meronta.

"Apa ini tantol milic opa?" tanya Maggie yang berusaha turun sendiri dari mobil.

"Iya sayang. Ini milik opa, jadi ade cepat besar supaya batu mommy karena opa sudah tua" jawab tuan Devid sambil membantu cucunya

"Apa ada cowok ganteng?" tanya Maggie lagi yang membuat opa, Novi, Mey dan Reno melongo menatap gadis kecil yang sudah turun dari mobil dan ancang-ancang mau berlari ke dalam kantor, untung dipegang Novi

"Ade, sepatunya mana?" tanya opa

"Di mobilna opa" jawabnya dengan santai

Mey yang tidak habis pikir dengan putrinya kembali mengambilnya di mobil. Opa langsung mengangkat tubuh gadis kecil itu ke dalam gendongannya walaupun sempat ada drama karena Maggie tidak mau digendong, tapi ditakuti dengan orang jahat akhirnya mau juga.

Melihat hari ini bos mereka datang dengan rombongannya apa lagi ada seorang anak kecil yang sangat imut. ditambah lagi ketika mereka melewati lobi kantor dengan Maggie yang terus berceloteh tanpa henti bertanya ini dan itu membuat para karyawan jadi gemas.

"Ah imut sekali gadis kecil itu"

"Mau juga yang begitu"

"Pasti ayah sama ibunya ganteng dan cantik"

Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan dari karyawan yang sampai ke telinga opa dan lainnya tapi diabaikan saja.

Setibanya di ruangan milik opa, kedua orang itu (Mey dan Reno) pamit ke tempat kerja mereka masing-masing. Tinggallah Novi dan Maggie karena sang opa juga sudah duduk di balik meja kebesaran dan fokus pada berkas yang ada di atas meja itu.

Tapi gadis kecil itu terus mengganggu opanya dengan terus bertanya.

"Opa, talu ade telja bayal tida?" tanya Maggie ambigu

"Perusahaan ini akan jadi miliknya ade jadi ade yang punya semuanya" jelas opa walaupun belum bisa diterima otak kecil itu

"Yee belalti ade bica beli mainan banak tan?" ucapnya dengan mata berbinar

"Ya aurelll sok-sokan dawasa dan ngomong cowok ganteng tapi giliran lihat mainan matanya ijo" kata Novi sambil memutar bola matanya malas

"Ta Novi nyebelin, ade tu maci tecil" ucap Maggie yang menatap horor musuh buyutannya

"Kalau anak kecil itu tidak bicara soal cowok ganteng" ejek Novi

"Ade cuma Fens aja ta Novi" ucap Maggie memelas

Maggie mulai aktif dengan kegiatannya dan terus di dampingi oleh Novi.

Tuan Devid sangat bersyukur karena ada Novi yang rela meninggalkan keluarganya demi sahabatnya Mey. Tuan Devid sudah memberi modal usaha bagi keluarga Novi sekaligus meminta ijin agar Novi tinggal lebih lama bersama mereka.

Novi dan Maggie menhabiskan waktu di dalam ruangan itu tanpa beban walau si kecil sangat berisik tapi opanya memaklumi. Saat jam makan siang, rombongan ini kembali keluar mencari makan sekaligus mengantar pulang Novi dan Maggie ke mansion karena gadis kecil itu mulai lelah dan mengantuk.

****

Masih di hotel dengan posisi yang sama. Pria paruh baya itu mengusap kepala putrinya sambil menjelaskan semua rencana mereka.

"Orang yang ayah kirim ke kantornya sudah mulai melakukan tugasnya jadi kamu jangan khawatir baby. Jika sudah tiba saatnya maka kita akan meledakan bomnya hahaha" ucap pria itu sambil tertawa.

"Aku percaya sama ayah. Aku juga lelah terus berpura-pura". jawabnya sambil membenanamkan wajahnya di dada bidang sang ayah sehingga aktifitas terlarang itu kembali terjadi.