7. Menemukan

Setelah kepergian papa dan mamanya, Alfa masih tetap setia dengan posisinya. Ia kembali merenungkan kata demi kata yang diucapkan oleh mama Ratna tadi. Kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu saat kejadian di restoran, kejadian dimana Maggie yang menangis dan memohon kepadanya untuk tidak ditinggalkan. Itu semua kembali berputar di otaknya. Setelah merasa tenang, Alfa melangkah menuju kamar di mana Mey dan Maggie tempati waktu masih tinggal di Mansion ini.

Ketika pintu kamar itu terbuka, matanya tertuju pada sebuah boneka beruang yang terletak di atas tempat tidur, boneka yang selalu dipeluk oleh putrinya baik saat di meja makan, menonton bahkan saat ia tidur, boneka itu tidak pernah lepas dari tangan kecilnya. Boneka pemberian daddynya saat ia berulang tahun yang pertama.

Alfa semakin merasa tak karuan. Ia kembali melangkah ke arah lemari pakaian lalu membukanya, semua masih utuh, baik pakaian Mey maupun pakaian Maggie semua masih tersusun rapi hanya berkurang beberapa potong baju yang mereka bawa. Semakin sedihlah Alfa.

Iya kembali lagi melangkah ke arah laci nakas yang sedikit terbuka lalu menariknya, di sana ia mendapat satu buah black cart yang pernah diberikan orangtuanya kepada isterinya di awal pernikahan mereka yang belum terpakai sama sekali. ada sebuah kotak perhiasan dan satu buah cincin pernikahan, dan terselib sepucuk surat tulisan tangan Mey

(Hari ini aku dan anakku resmi mengembalikan semua kebahagiaan dan semua waktu terbuang yang pernah kami ambil dari kamu. Goodbye)

Di tempat lain

Sesuai janjinya bahwa ia akan membawa putrinya untuk jalan-jalan dan menikati sunset. Hari ini kedua insan ibu dan anak ini tengah menikmati suasana sore di pinggir pantai sambil memegang ice cream. Keduanya tertawa bahagia seolah tidak ada beban apa-apa. Sampai hari mulai petang baru keduanya kembali ke kontakan mereka. Waktu yang cukup banyak mereka habiskan membuat keduanya lelah. Setibanya dikontrakan Mey langsung membersihkan diri juga pitri kecilnya sebelum mereka menikmati makan malam. Karena terlalu lelah Meggie sampai tepar di atas kuri dekat meja makan.

Malam itu mereka lewati dengan tenang sampai pagi menjelang, walaupun mata keduanya telah terbuka tapi seolah enggan untuk bangun karena hari ini adalah akhir pekan jadi keduanya hanya ingin bermalas-malasan di atas tempat tidur.

Sejak beberapa hari belakangan ini Maggie tidak lagi bertanya tentang daddynya itu membuat Mey agak lega. Namun ia sedikit takut dengan keadaan anaknya nanti, ia takut jika suatu saat anaknya dibully karena Me sudah berencana untuk mendaftarkan putri kecilnya di sekolah PAUD.

Walaupun selama ini anaknya sudah berteman dengan anak-anak tetangga namun masih ada rasa gelisah di hatinya.

“Ade pengen jadi apa nanti besar?” tanya mommy

“Ade mau jadi olang kaya cupaya buat mommy cenang” jawab anak ini polos, dan langsung dipeluk oleh mommynya dan menhadiahkan ciuman bertubi-tubi. Maggie yang kegelian ikut tertawa terbahak-bahak sehingga pagi itu terasa sangat berwarna.

****

Dua minggu sudah berlalu, namun belum ada tanda-tanda soal pencarian ibu dan anak itu. Tuan Albert yang semakin naik darah akibat sang putra yang terus memaksa untuk menikahi Nina, tapi dengan ancaman dicoret dari daftar kartu keluarga, Alfa memilih diam untuk sementara waktu. Tuan besar dan nyonya Ratna juga telah kembali menetap di Indonesia karena proses pencarian akan semakin dipercepat.

Bi Ani juga menghabiskan hari-harinya dengan bekerja karena sejak kepergian putrinya dan cucu kesayangannya membuat wanita paruh baya ini lebih diam. Tidak seperti biasanya yang selalu heboh jika sudah berurusan dengan gadis kecil, siapa lagi kalo bukan maggie yang ada-ada saja tingkahnya setiap hari.

Nyonya Ratna mulai sakit-sakitan, saking meridukan cucu kesayangannya setiap hari ia menghabiskan waktu dikamar yang dulu ditempati mereka. Boneka beruang yang dulu selalu melekat di tangan cucunya kini berpindah ke nyonya Ratna.

Tuan Albert kehabisan cara, selain pusing dengan tingkah anaknya yang tidak tau diri, ia juga kasihan dengan isterinya yang mulai terlihat kurus. Selama itu pula nyonya Ratna enggan bertemu dengan putranya, untuk melihatnya sajapun ia tak sudi.

“Mah, ayo kita makan dulu… bi Ani sudah menyiapkan makan malamnya” ucap tuan Albert

“Mama belum lapar pah” jawab nyonya Ratna

“sampai kapan mama kaya gini.. mama harus sehat supaya papa bisa turun langsung untuk mencari mereka mah” jelas sang suami

“Bagaimana keadaan mereka pah? Apa mereka makan dengan baik, apa mereka tinggal di tempata yang aman? Kasian pah, cucuku masih sangat kecil” nyonya Ratna kembali menangis jika sudah berhubung dengan cucu dan menantunya

“Orang kepercayaan papa sudah sampai ke desa waktu Mey dan neneknya tinggal, tapi ternyata mereka tidak pergi ke sana, entalah sekarang mereka dimana kita doakan yang terbaik buat mereka semoga dalam keadaan baik” Tuan Albert juga sedih tapi ia harus kuat agar isterinya juga kuat

“Iya pah” saat ini Nyonya Ratna sudah menangis tersedu-sedu di dekapan sang suami.”

Waktu terus berjalan, ini hari pertama Maggie masuk sekolah… Mey selalu mengantarnya setiap pagi dan setelah itu ia akan pulang dan kembali menjemput jika sudah waktu pulang.

Seperti biasa Mey bekerja di kedainya sendiri yang selalu ramai karena banyak pengunjung. Mey punya seorang teman yang selalu membantunya, dia adalah anak pak RT namanya Novi. Rumah mereka bersampingan dengan kontrakan Mey dan Maggie jadi hampir setiap hari mereka sama-sama, apalagi sekarng Novi sudah menjadi karyawannya Mey di kedai.

Saat jam pulang anak sekolah, Mey bergegas menjemput Maggie hanya dengan berjalan kaki, kebetulan sekolahnya tidak jauh kira-kira 300m. ketika Mey pergi ada beberapa orang bule yang datang ke kedai tersebut lalu memesan minuman yang dilayani oleh Novi. Sedang asyik menikmati minuman mereka,, tiba-tiba dari arah depan muncul seorang Gadis kecil yang selalu heboh dimanapun dia berada;

“Ta Novi…!! celamat ciang” teriaknya begitu baru sampai di pintu masuk dengan rok payung dan tas bulunya yang menambah keimutannya

“Selamat siang sayang…” jawab Novi yang gemas dan langsung menghampirinya lalu menciunya dan mengacak rambutnya

“Ta Novi ga acyik deh.. jangan dibelantatin nanti cantikna ilang” ucap gadis kecil ini culas

Novi tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan anak kecil tadi. Dari arah luar masuklah Mey yang berjalan dengan santai. Seorang pria bule yang tadi menikmati minuman kaget dan langsung bangun sehingga menimbulkan bunyi kursinya yang terjatuh ke belakang.