5. Kepergian Mey dan Maggie

****

Ting

Bunyi pesan masuk di ponsel Mey

Mas Alfa: Urus aja anakmu sendiri, jangan bawa-bawa aku soal anak sialan itu. Hari ini aku ada urusan. Hari ini Nina kembali dan kamu tunggu surat cerai dariku

Deg

Aku sudah siap menerimanya mas, aku tidak mau jadi benalu dalam keluargamu lagi. Aku akan membawa pergi anak yang kamu anggap sebagai pembawa sial. Aku bertekad akan mengubahnya menjadi berlian yang sulit dijangkau oleh siapapun termasuk kamu daddynya. Pikir Mey dengan berusaha tegar

Pandangan matanya tertuju pada putri kecilnya yang lagi terlelap karena kelelahan menangis, bahkan perutnya saja belum terisi apa-apa sejak bangun tidur.

Kamu yang sabar ya nak, mommy janji setelah ini kamu akan melupakan semuanya. Setelah ini hanya ada kita berdua, Maggie dan mommy selamanya.

Waktu kembali berganti, ini sudah hari yang ke lima Mey dan putrinya berada di rumah sakit dan sore ini mereka akan pulang ke rumah.

Disaat yang sama juga, hari ini adalah hari ke empat Alfa dan Nina tinggal di atap yang sama yakni apertemennya. Awalnya Alfa terkejut mendapati Nina bukan wanita baik-baik saja, tapi karena cinta yang begitu luar biasa terhadap kekasihnya, ia tetap menerima akan hal itu dan akan mendatangi Mey untuk menandatangani surat cerai jika sudah kembali dari rumah sakit.

Malam harinya, Alfa mendapat kabar dari salah satu ART yang bekerja di mansion bahwa Mey dan anaknya telah pulang dari rumah sakit sehingga ia meminta pengacaranya mengantar surat cerai agar ia sendiri yang akan datang untuk memaksa Mey menandatanganinya.

Disisi lain

Di dalam kamar sepasang ibu dan anak lagi saling memberi pengertian.

“Sayang, kalau mommy bilang daddy nggak pernah datang lagi itu tandanya”

“Daddy ga cayang lagi cama ade dan mommy” jawab Maggie yakin

“kalau daddy nggak sayang sama kita lagi, berarti kita harus pergi dari rumah ini… rumah ini punya daddy bukan punya kita sayang.” Ucap Mey yang berkaca-kaca

“Telus kita tinggalna dimana mom?”

“Kita akan pergi jauh, maukan?”

“Tapi talu ade tangen Daddy?” tanya Maggie yang tidak paham maksud orang dewasa

“Kita bawa foto daddy dan satu baju milik daddy, jadi saat Maggie kangen bisa lihat foto daddy atau peluk baju daddy” jelas Mey dengan rasa sesak didadanya

“Ote deh” dengan semangat Maggie mengangkat foto daddynya yang dipajang di atas nakas dan meminta mommy mengambil salah satu kameja milik sang daddy lalu dimasukan ke dalam tas bulu warna pink miliknya.

Melihat anaknya yang seantusias itu membuat hati Mey hancur berkeping-keping.

Nak, mungkin setelah ini kamu tidak akan bertemu dadyy lagi sayang.

“Maggie mau pesan apa sama daddy, mommy rekam biar daddy rindu Maggie daddy juga bisa lihat” ucap Mey

“Baik mom”

“Oke, 3, 2, 1 eksen” rekamanpun selesai diambil

Tepat jam 3 subuh, Mey mengangkat putri kecilnya yang masih terlelap ke dalam kain gendongan lalu tas kecil putrinya dan sebuah tas belakang berisi pakaian mereka berdua. Sebelumnya juga mey telah mendatangi kantor pengadilan untuk menggugat cerai, dan telah berpesan jika proses perceraian nanti dirinya sudah tidak ada.

Dengan penuh hati-hati keduanya berhasil keluar melalui gerbang kecil yang ada di mansion tersebut, tanpa diketahu oleh siapapun termasuk bi Ani. Mey tidak kembali ke kampung neneknya karena ia telah bertekad untuk menghilangkan jejaknya sendiri dengan putri kecilnya. Dua kali mereka berganti bus umum hingga mereka tiba di salah satu desa di pinggir pantai.

Disanalah mereka memulai kehidupan mereka yang baru. Dengan gaji simpanannya waktu menjadi ART di keluarga mantan suaminya selama 2 tahun. ia mulai membuka usaha kecilnya yakni kedai kopi karena Pantai itu banyak dikunjungi para bule.

Mansion Adipaty

Pagi ini Alfa dan Nina melangkah masuk ke dalam mension dengan santai.

Para ART yang melihat tidak bisa berbuat apa-apa, Bi Ani berusaha tenang dan memilih pergi ke kamar utama melihat Mey dan putrinya karena sejak tadi keduanya belum keluar kamar untuk sarapan; saat mengetok pintu tidak ada suara dari dalam, begitu pintu di buka ternyata tidak ada orang disana. Bi Ani tetap positif thingking dan melangkah menuju pintu kamar mandi namun tidak mendapati siapa-siapa di sana. Ia kembali keluar dan memeriksa lemari pakaian namun ada beberapa pakaian Mey dan Maggie tidak ada.

Dengan tergesa-gesa bi Ani berlari menuruni anak tangga, semua orang melihatnya terkejut tak terkecuali Alfa dan Nina. Alfa yang penasaran langsung bertanya

“Ada apa bi,”

“Tuan muda,… Nona muda dan nona kecil tidak ada, sepertinya mereka telah pergi karena ada beberapa pakaian yang sudah tidak ada” jawab bi Ani sambil mengatur nafasnya

Deg

Jantung Alfa berhenti berdetak untuk beberapa detik,

Semua pekerja yang ada disana kalangkabut dan berhambur keluar mencari namun hasilnya nihil.

Alfa tidak mengerti dengan perasaannya, namun ia menyadari bahwa kontak batin antara dirinya dan putri kecilnya sangat kuat; seperti beberapa waktu lalu saat Maggie sakit, ia juga susah tidur karena bayangan putri kecilnya terus mengganngu pikirannya.

Nina yang mendengar dan melihat kegaduhan itu, tersenyum sinis dibalik punggun kekasihnya,

(Tenang sayang, kamu sudah tidak punya saingan lagi) gumam Nina sambil mengusap perutnya yang masih rata. Ya saat Nina kembali sebenarnya usia kandungannya sudah memasuki 2 bulan. Namun karena ia sendiri tidak tau siapapun ayah dari janin ini maka ia memilih pulang walaupun belum selesai kontrak sehingga Alfa harus membayar dendanya, dengan alasan ia mengundurkan diri karena ingin menikah.

Tok tok tok

“Selamat siang, kami dari kantor pengadilan mengantarkan surat panggilan gugatan cerai dari saudari Meylani Larasaty kepada saudara Alfaro putra Adipaty” ucap salah satu polisi

Deg

Dengan tangan gemetar, Alfa menerima surat tersebut. Ia sudah lupa dengan surat cerai yang telah ia siapkan… sangat miris apa yang ia dapatkan hari ini, seola-olah takdir tau apa yang ia mau, sehingga semua yang ia pikir nanti akan sulit ternyata mengalir begitu saja tanpa ia usaha.

Berita tentang menghilangnya menantu dan cucu kesayangan serta surat gugatan cerai telah sampai ke telinga tuan dan nyonya besar. Saat itu juga mereka langsung terbang ke Indonesia untuk melihat perkembangan masalah, bahkan tuan besar telah meminta orang kepercayaannya untuk melacak keberadaan menantu dan cucunya.

Dengan berat hati Alfa dan Nina kembali ke apertemen mereka.

Sehari setelah kejadian itu, tuan besar meminta Roky untuk bertemu tanpa sepengetahuan Alfa.

Di dalam ruang kerja tuan besar

“Apa saja yang dilakukan anak tidak tau diri itu selama ini.” Tanya tuan besar tanpa basa-basi

“Tuan muda jarang pulang ke mansion dari beberapa bulan belakangan ini …. ” Roky menceritakan semua tanpa ada yang ditutupi. Menceritakan tentang Maggie masuk rumah sakit, pertemuan di restoran bahkan tentang kedatangan Nina.