"Baiklah, kalian boleh pulang, hati-hati di jalan ya anak-anak!" Ucap guru TK Yami.
"Huah, ya ampun akhirnya selesai juga, aku sangat ingin tertidur sekarang..." Ucap Yami dengan wajah cemberut, lalu menyiapkan barang-barangnya untuk pergi pulang ke rumah.
"Woah ini pertama kalinya aku melihat kau tidak tidur di kelas, apakah ada hal yang bagus, jika kau tidak tertidur di kelas?" Ucap Nana sambil menatap ke arah Yami.
"Tidak ada, lagi pula apakah kau tidak ingin pulang." Ucap Yami sambil melihat ke arah Nana.
"Hehe tentu saja aku ingin pulang, lagi pula mama sudah ada di depan." Ucap Nana dengan tersenyum.
"Lalu pulanglah, kau ini selalu aneh." Ucap Yami yang berjalan menuju ke pintu keluar.
"Eh! Yang anehkan Yami-kun!" Ucap Ucap Nana dengan wajah sombong.
"Uh terserah, aku akan pulang." Ucap Yami yang berjalan ke arah Ibunya.
"Sampai jumpa besok Yami-kun!" Ucap Nana sambil melambaikan tangannya, kepada Yami dan ibunya, Ibu Nana dan Himi yang melihat hal tersebut menjadi tersenyum tipis, lalu mereka berdua saling menganggukkan kepala, kemudian berjalan ke rumah masing-masing.
"Bagaimana, apakah kau tertidur lagi di kelas?" Ucap Himi yang bertanya dengan penuh perhatian kepada Yami.
"Tidak, aku ingin janjiku di tepati!" Ucap Yami sambil tersenyum lebar.
"Tentu tentu, nah apa saja yang sudah kau pelajari di sekolah." Ucap Himi dengan penasaran, sebab ini pertama kalinya anaknya tidak tertidur di kelas, yang berarti putranya akan memperhatikan yang di katakan oleh Senseinya bukan.
"Aku belajar bahwa anak-anak itu menyebalkan, mereka berisik dan sering bermain dengan tanah." Ucap Yami dengan nada mengejek, yang di mana hal itu membuat bibir Himi berkedut.
"Lalu kau ini apa, bukan anak-anakkah, sigh... Kenapa kau tidak ingin bermain dengan anak-anak yang seumuranmu." Gumam Himi dengan wajah tidak berdaya.
...
...
...
...
...
"Di mana Kertas Jimat dan alat tulisnya Bu." Ucap Yami yang telah selesai mengganti pakaiannya, dan turun ke bawah dan bertanya kepada Ibunya.
"Oh itu, tunggu sebentar." Ucap Himi lalu berjalan menuju ke atas meja makan, lalu mengambil Kertas Jimat, tinta dan kuas untuk menulis, yang kemudian Himi berikan kepada Yami.
"Nah ini barang yang kau minta, apakah kau mau ibu ajarkan caranya menulis dengan baik." Ucap Himi dengan penasaran dan penuh perhatian.
"Tidak, aku bisa! Aku ini sangat hebat, terimakasih soal barang-barangnya Bu!" Ucap Yami lalu berjalan menaiki tangga menuju ke arah lantai dua, yang di mana di sana terdapat kamar Yami.
Sesampainya di kamar, Yami mengunci pintu kamarnya, lalu menatap ke sekitar, melihat bahwa, tidak ada Roh Jahat satupun di dalam kamarnya, Yami kemudian bersiap untuk membuat Senjata Supranatural.
Pertama Yami meletakkan Kertas Jimat di lantai, lalu Yami membuka tutup tinta, kemudian mencelupkan ujung kuas untuk menulis, lalu Yuki mengirimkan sedikit Energi Roh miliknya ke ujung kuas, kemudian Yami mulai menuliskan Mantra Dukun, tapi menggunakan bahasa Jepang.
"Shāman jumon: Sutēji ichi: Shīrudo." Yang tertulis di Kertas Jimat, yang ditulis oleh Yami.
(Note: Artinya, Shāman jumon \= Mantra Dukun, Sutēji ichi \= Tahap Satu, Shīrudo \= Perisai)
"Piuh...! Satu selesai, karena aku mendapatkan dua puluh Kertas Jimat, maka aku akan membuat semuanya menjadi Barang Supranatural." Ucap Yami yang mengelap keringat, yang berada di dahinya.
Lalu Yami melanjutkan untuk membuat sembilan belas Barang Supranatural yang tersisa, Yami membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat semua Kertas Jimat menjadi Barang Supranatural, sebab setiap kali membuat Barang Supranatural, Yami akan menggunakan kekuatan Energi Rohnya, yang membuatnya kelelahan.
Oleh karena itu, Yami membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat semuanya menjadi Barang Supranatural, karena jika Energi Rohnya habis, maka dirinya perlu beristirahat dan memulihkannya secara perlahan.
...
...
...
...
...
"Shāman jumon: Sutēji ichi: Seinaru hi."
"Shāman jumon: Sutēji ichi: Sourushīru."
"Shāman jumon: Sutēji ichi: Bakuhatsu."
(Note: Artinya, Seinaru hi \= Api Suci, Sourushīru \= Segel Jiwa, Bakuhatsu \= Ledakan)
Setiap mantra, yaitu total empat mantra, yang masing-masingnya terdiri dari lima Kertas Jimat.
"Akhirnya selesai juga, kuharap dengan begini aku dapat melindungi diri, jika sewaktu-waktu bertemu dengan Roh Jahat Tingkat Bawah Tahap Tiga, dan menggunakan semua ini untuk melarikan diri, atau bahkan berusaha dengan keras untuk melenyapkan mereka." Gumam Yami dengan wajah lelah, sambil menyandarkan punggungnya kepada pintu.
"Nah sekarang, aku hanya harus mencobanya, tapi aku tidak akan melakukannya untuk saat ini, karena aku terlalu lelah." Ucap Yami sambil menatap ke arah Kertas Jimat.
"Hem... Apakah aku perlu meminta kepada ibu, untuk membelikannya lebih banyak lagi?" Ucap Yami sambil merenung.
"Yah, lebih banyak lebih baik bukan, baiklah aku akan memintanya, dan menunjukkan beberapa hal yang mungkin akan membuatnya menyetujui permintaanku." Ucap Yami sambil tersenyum lebar, lalu Yami mulai membersihkan semua hal yang sudah tidak dapat digunakan, lalu membawanya ke lantai bawah, dan kemudian membuangnya ke plastik sampah.
...
...
...
...
...
"Yami apakah kau sudah selesai memakai bajunya, jika sudah, cepat ke sini makan malam sudah siap." Ucap Himi yang mengajak Yami untuk makan malam, Yami yang mendengarnya segera bersiap untuk turun, lalu Yami mulai makan bersama dengan kedua orang tuanya.
Selesai makan Yami, melihat ke arah Ibunya yang sedang mencuci piring, sementara ayahnya sedang melihat ke arah televisi.
"Ayah ibu, aku ingin memperlihatkan sulap!" Ucap Yami yang menarik perhatian ayah dan ibunya.
"Wah benarkah, apakah kau bisa sulap." Ucap Shino yang terkejut dan menatap Yami dengan mengangkat alisnya.
"Ya, cepat sini ibu, aku akan memperlihatkannya, tapi dengan syarat!" Ucap Yami yang menyuruh Himi untuk mendekat ke ruang tamu.
"Apakah ini trik sulap yang kau katakan menggunakan Kertas Jimat?" Ucap Himi dengan wajah penasaran.
"Ya."
"Baiklah, apa syaratnya." Ucap Himi yang melihat ke arah Yami.
"Ibu harus membelikan seratus Kertas Jimat untukku, bagaimana apakah ibu menerimanya." Ucap Yami dengan tersenyum.
Shino yang melihat hal itu, menjadi terdiam sebelum menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju, Himi yang melihat suaminya setuju, hanya bisa ikut menerimanya.
"Baiklah, saksikanlah." Ucap Yami yang memegang Kertas Jimat, Shāman jumon: Sutēji ichi: Seinaru hi, lalu tiba-tiba saja kertas tersebut terbakar dengan api yang berwarna putih.
Lalu Yami mengeluarkan Kertas Jimat, Shāman jumon: Sutēji ichi: Bakuhatsu.
Yang kemudian Yami lempar dan menciptakan ledakan kecil, yang penuh dengan berbagai warna seperti kembang api, lalu Yami mengeluarkan empat kertas tersisa dari Shāman jumon: Sutēji ichi: Seinaru hi, lalu melempar ke empatnya di sekitarnya, yang membuat Yami terlihat sangat keren.
Lalu di akhir Yami melepaskan kertas yang tersisa dari Shāman jumon: Sutēji ichi: Bakuhatsu, yang menciptakan berbagai ledakan kecil, yang penuh dengan warna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
DEWA IBLIS
seni adalah ledakan
2022-06-27
1
John Singgih
uji coba pertama yang sukses
2022-06-26
0
.
b
2022-04-09
0