BAB 3

POV : JEMIMA

Matahari sudah hampir mencapai puncak ketika Jemima baru membuka mata dari tidur lelapnya. Ia menggeliat sebentar meregangkan tubuh rampingnya itu. Sejurus kemudian ia duduk dan meraih segelas air putih di atas nakas yang sudah ia siapkan semalam dan langsung menenggak habis.

"Ah...nikmat sekali rasanya bangun tidur tanpa alarm," ucap Jemima riang.

Hari ini ia tidak ada jadwal pekerjaan dan latihan sehingga ia bisa bebas melakukan apa saja. Sungguh hal yang langka karena Ibra mengizinkannya. Sangking senangnya Jemima telah menulis daftar apa saja yang ingin ia lakukan. Tidak lupa semalam ia mengirimkan coklat mahal kesukaan Tita  sebagai sogokan kepada sang manager agar tidak cerewet menanyakan keberedaannya. Meski mengomel, Tita akhirnya berjanji tidak akan mengganggu Jemima.

"Pakai masker kacamata hitam jika kau ingin lebih tenang," saran Tita tadi malam yang langsung diiyakan oleh Jemima.

Jemina sudah siap dengan outfit casual kesukaannya, jeans dan t-shirt. Ia mengenakan sneakers sebagai pelengkap penampilannya.

"Dengan begini tidak akan ada yang mengenalku," ujar Jemima di depan cermin.

Ia kini mengenakan topi dan masker, tidak lupa kacamata hitam. Setelah siap, ia segera keluar. Jemima memilih menggunakan taksi.

Jemima masuk langsung masuk begitu taksi yang ia pesan tiba. Tak lama kemudian lagu miliknya mengalun dari radio. Ia tersenyum senang karena lagu Rahasia Hati yang ia ciptakan masih trending sejak di rilis tiga bulan lalu.

Bisakah kau sejenak berhenti

Mendengar suara kalbu yang tertatih

Merayu dan memanggil namamu

Karena kau bertahta di hatiku

Hanya Tuhan dan aku yang tahu

Rahasia terbesar hatiku

Sungguh menginginkan dirimu

Yang tak tergapai olehku

Jemima bergumam pelan menyanyikan reff lagunya itu. Ia ingat betul saat memberitahu produser tentang lirik yang ia tulis. Jemima kira ia akan ditentang. Namun ternyata produsernya tersentuh dengan lirik lagu yang mendalam, tentang mencintai dalam diam.

"Apa ini pengalaman pribadimu?" Tanya Arfan, sang produser.

"Hmm...tidak. Aku mendapat inspirasi dari drama Korea yang ku tonton," jawab Jemima kala itu.

Dengan tangan dingin Arfan, lirik lagu yg ditulis Jemima menjelma menjadi lagu yang indah. Alunan melodi berpadu suara lembut Jemima benar-benar sebuah karya. Setidaknya itu yang dikatakan Arfan. Terbukti saat launching lagu tersebut langsung trending dan viral di semua  aplikasi media sosial, yang tentu saja semakin melambungkan nama Jemima.

Jemima tiba di sebuah cafe dan memilih tempat di sudut menghadap jendela. Ia bersyukur karena tidak ada yang mengenalinya termasuk pelayan yang sedang mencatat sebenarnya.

"Bisakah mau memberiku segelas air hangat?" Tanya Jemima sebelum si pelayan pergi yang jawab dengan anggukan kepala.

Jemima menatap keluar jendela dan terkejut karena tiba-tiba hujan turun. Ia tersenyum. Melihat hujan dari balik kaca adalah favoritnya. Rasanya begitu menenangkan. Apalagi jika ditemani secangkir coklat hangat kesukaannya. Ia akan betah bermain dengan angannya.

"Terimakasih," ucap Jemima saat pelayan mengantarkan makanannya sepuluh menit kemudian.

Tak menunggu lama Jemima menyantap spageti carbonara kesukannya itu setelah membuka masker. Perutnya terasa sangat lapar karena belum terisi makanan sejak tadi malam. Tanpa sadar ia menggoyangkan kepalanya dan mengayunkan sendok karena spagetinya terasa sangat enak. Ia terus makan sambil sesekali menyeruput milkshake coklat dengan whipcream di atasnya. Jemima tidak sadar ada sepasang mata yang terus memperhatikannya bahkan tersenyum melihat Jemima makan dengan lahap.

"Oh Tuhan aku rasa perutku akan meledak," gumam Jemima yang sudah menghabiskan spageti dan sepotong cheesecake sebagai pencuci mulut.

Meski kekenyangan, ia tidak lengah segera memakai masker agar tidak ada yang mengenalinya. Jemima lalu berdiri dan berjalan ke arah kasir untuk membayar makanannya namun tiba-tiba terdengar sebuah ledakan kencang.

Suasana cafe mendadak gaduh dan mencekam karena muncul api yang berkobar membakar dinding-dinding cafe. Jemima berteriak ketakutan dan mencoba berlari. Sayangnya pengunjung cafe yang panik tidak sengaja menabrak sehingga ia terjatuh. Tidak mudah bagi Jemima untuk berdiri karena ia terjepit  antara kerumunan orang yang berusaha menyelamatkan diri. Tuhan aku takut, selamatkan aku, pekik Jemima dalam hati. Ia mulai menangis dan kakinya terasa lemah. Tiba-tiba seseorang meraih tubuh Jemima dan menggendongnya keluar cafe. Jemima tak berkutik karena ia begitu lemas karena ketakutan. Ia lalu dimasukkan ke dalam mobil dan orang yang menggendongnya segera menyalakan mesin untuk segera meninggalkan cafe yang sedang di lalap api.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya seseorang yang menyelamatkan Jemima itu.

Tidak ada jawaban. Ia lalu menoleh dan mendapati Jemima tak sadarkan diri.

"Oh, ****," umpatnya. Ia lalu memacu mobilnya lebih kencang agar segera dapat memberi pertolongan pada Jemima yang terkulai.

***

Jemima perlahan membuka mata. Kepalanya terasa pusing. Ia melihat sekeliling dan heran karena tidak mengenali tempat ia terbaring saat ini.

"Dimana aku? Kenapa aku di sini?" Gumamnya. Jemima berusaha duduk namun ia terkejut tangannya terpasang infus.

"Kau sudah sadar?" Tiba-tiba suara seorang pria mengejutkan Jemima.

Ia menoleh. Darahnya berdesir ketika mendapati Alezo berdiri di depan pintu.

"Alezo? Bagaimana...apa yang terjadi? Kenapa aku di sini?" Cecar Jemima tak sabar.

Alezo yang sedang mengenakan tshirt dan topi hitam lalu berjalan mendekati Jemima.

"Kau pingsan saat kebakaran di cafe. Aku membawamu ke rumahku karena akan sangat riskan jika kita ke rumah sakit," jelas Alezo.

Jemima mencerna ucapan Alezo. Ah ya, otaknya baru mengingat kembali kejadian mengerikan saat di cafe. Ia memejamkan mata dan menghela nafas. Lalu bagainana Alezo bisa ada disana dan menyelematkannya?

"Ehm..."

Sebuah suara mengejutkan mereka berdua. Jemima mengernyitkan dahi karena tidak mengenal sosok pria  yang kini bergabung dengan mereka.

"Ini Neil, dokter yang kupanggil untuk mengobatimu," ujar Alezo seakan bisa membaca pikiran Jemima.

"Oh, ya. Halo, Dokter," sapa Jemima ramah. Akhirnya terjawab pertanyaan dalam benaknya dari tadi, siapa yang memasangkan infus?

"How do you feel now?" Tanya Neil pada Jemima.

"Better. Hanya sedikit pusing,"

Neil mengangguk. "Tidak ada masalah berarti dengan kesehatanmu. Kau mengalami serangan panik saat kejadian tadi. Dan jika kau saat ini sedang melakukan diet, saranku sebaiknya hentikan sementara. Kau perlu menjaga stamina dengan makanan bergizi hingga kondisimu terjaga,"

Jemima mengangguk. Ia merasa tertampar karena memant pola makannya berantakan. Neil lalu melepaskan jarum infus yang sudah hampir habis.

"Well, kalau begitu aku harus kembali ke rumah sakit. Pria menyebalkan ini benar-benar memaksaku untuk datang kesini secepat kilat," gurau Neil sambil menunjuk Alezo yang berdiri melipat tangan.

Usai berkata demikian, Neil berlalu meninggalkan mereka berdua.

"Dia sahabatku," cetus Alezo seolah ingin memberitahu Jemima.

"Ah, begitu. Pantas dia berani mengataimu,"

Alezo tersenyum. "Sebaiknya kau lanjutkan istirahat sampai merasa betul-betul fit. Apa kau ada jadwal pekerjaan hari ini?"

Jemima sejujurnya ingin segera pulang. Tapi kepalanya benar-benar sakit dan tubuhnya masih lemas. Namun berlama-lama di  rumah Alezo juga bukan sesuatu yang baik.

"Aku free. Yah...sepertinya aku terpaksa merepotkanmu setidaknya beberapa jam lagi sampai pusingku hilang,"

"Nevermind. Istirahatlah. Panggil aku jika kau butuh sesuatu," tukas Alezo santai. Ia lalu keluar kamar meninggalkan Jemima yang tampak kuyu.

"Tunggu,"

Alezo lalu menghentikan langkah dan menunggu kalimat Jemima.

"Bagaimana kau bisa ada di cafe dan membantuku?" tanya Jemima.

"Aku sedang makan siang dengan kerabatku di sana dan saat kebakaran kebetulan aku melihatmu terjatuh,"

"Oh...Begitu rupanya," respon Jemima.

Alezo lalu melanjutkan langkahnya dan menutup pintu. Sepeninggal Alezo, Jemima masih terpaku tidak menyangka bahwa ia berada di kamar Alezo. Matanya menyapu sekeliling dan seketika merasa takjub dengan kamar Alezo yang luas dan rapi. Interior dengan dominan abu-abu itu bernuansa maskulin yang meneduhkan. Di tambah lagi aroma parfum khas Alezo yang begitu memanjakan hidung Jemima sehingga ia tidak tahan menahan kelopak mata untuk tetap terbuka. Ia tertidur.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!