Aku mengantar pria ini keluar rumah, setelah bicara panjang lebar. Ayah meminta waktu sampai besok untuk memberikan keputusan nya. Dan aku tahu, nanti malam aku pasti di interogasi perihal ini.
"Mana ponsel mu!" serunya membuat ku tersentak kaget.
"Bisa gak sih kalau ngomong tuh pelan aja, ngagetin terus dari tadi!" protes ku lalu memberikan ponsel ku padanya.
Dia mengetik sesuatu disana, mungkin saja nomer ponselnya, aku juga tidak terlalu perduli. Aku masih bingung harus bagaimana bicara pada ayah dan ibu nanti.
"Kamu bekerja dimana?" tanya nya karena aku memang memakai kaos bertuliskan toko Buku ko Acong sambil menyerahkan ponsel ku kembali kepada ku.
"Di toko buku depan gang!" jawab ku apa adanya.
"Kamu ikut saya dulu, ada yang saya mau jelaskan pada mu!" ucapnya, sepertinya itu bukan sebuah permintaan tapi perintah.
"Sekarang?" tanya ku ragu.
"Ck... kebiasaan orang kelas menengah kebawah itu memang seperti ini ya? ucapan sepele seperti ini saja tidak mengerti! kamu kuliah dimana sih?" tanya nya dengan nada yang mulai tidak bersahabat.
Seperti nya dia sedang membuka topeng nya yang sedari tadi berusaha bersikap baik. Sekarang sifat aslinya keluar, dia bilang apa kelas menengah ke bawah. Memangnya kenapa kalau kelas menengah kebawah, kami ini justru orang-orang yang mengucurkan keringat kami demi sesuap nasi. Rasanya bahkan lebih membahagiakan dan menyenangkan, rasanya ada kepuasan tersendiri atas usaha kami itu. Sombong sekali dia.
"Sudah tahu kelas menengah kebawah, kenapa juga harus berurusan dengan ku?" tanya ku menggumam.
Sebenarnya aku tidak berharap sama sekali dia mendengar nya, tapi ternyata apa yang aku katakan barusan bisa dia dengar.
"Kamu jangan bertingkah ya, waktu mu untuk mengganti rugi hanya setengah jam lagi! jika tidak ingin melakukan itu, juga tidak ingin merasakan dinginnya jeruji besi! sebaiknya cepat masuk ke dalam mobil!!" bentak nya.
Aku segera bergegas, setengah berlari membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya. Orang ini benar-benar menunjukkan sifat aslinya. Galak dan dingin sekali. Menjadi istrinya bukankah sama saja aku akan spot jantung setiap hari, atau bahkan tiap jam, atau jangan-jangan tiap menit pula. Seandainya jarum jam itu bisa berputar ke arah kiri, rasanya aku menyesal sudah menawarkan diri untuk membeli makan siang kami bertiga tadi.
***
Author POV
Sementara itu di toko buku ko Acong.
"Min, si Naira kemana sih? ini udah hampir dua jam loh! ya kali rame banget tuh gerai sampai dia harus ngantri lama banget gini?" tanya Haris pada Mini yang masih sibuk membungkus buku baru yang datang.
"Gak tahu juga, telpon aja!" sahut Mini.
"Ih iya, kenapa gak kepikiran ya. Bentar aku telepon dulu Naira!" seru Haris lalu sedikit menjauh dari Mini.
Mini mendengus kesal.
'Ih kenapa cuma mau telepon Naira aja ngejauh gitu sih?' tanya Mini dalam hati.
Beberapa kali terdengar nada jika telepon harus tersambung dengan telepon Naira.
"Halo!" ucap Naira.
"Nai, kamu beli ayam geprek nya langsung di peternakan ayam pak Haji Sholeh ya? lama amat!" keluh Haris langsung pada apa yang tujuannya menghubungi Naira.
"Aduh, maaf Haris. Itu ayam geprek kamu sama Mini ada di keranjang sepeda aku, di depan gerai Indah. Maaf ya, aku ada urusan mendadak ini, penting banget. Kamu ambil aja di keranjang sepeda ku ya!" jawab Naira.
"Kamu gak papa kan? apa ada masalah yang terjadi, kamu dimana?" tanya Haris panik.
Haris sangat mencemaskan Naira, karena diam-diam sebenarnya Haris ini telah menaruh hati pada Naira sejak setahun lalu, sejak mereka sama-sama masuk dan bekerja di toko Buku ko Acong.
"Gak papa Ris, sekali lagi maaf ya!" ucap Naira dengan nada yang sedih. Sepertinya dia sungguh sungguh merasa sangat bersalah pada Haris dan Mini.
"Serius kamu gak papa? kamu sudah makan siang belum?" tanya Haris lagi.
Mini yang sejak tadi memperhatikan raut wajah paniknya ketika menghubungi Naira, jadi agak sewot karena merasa cemburu.
"Gak papa, kamu gak papa kan kalau ambil nasinya ke gerai Indah, serius aku ada urusan penting sekarang...!"
"Ekhem!"
Mata Haris membulat ketika mendengar suara deheman seorang pria di ujung telepon.
"Kamu lagi sama siapa Nai?" tanya Haris tambah cemas, bahkan dia lebih panik daripada tadi.
"Matikan telepon nya sekarang!" teriak pria itu lagi.
"Nai..." Haris makin panik
"Maaf Ris, sampai ketemu lagi!" jawab Naira lalu memutuskan panggilan telepon.
Haris berusaha menghubungi Naira lagi, tapi sepertinya ponselnya sudah dimatikan. Haris terduduk di kursi yang berada di depan meja kasir.
"Kenapa Ris, gimana Naira? kok muka kamu jadi tegang gitu sih?" tanya Mini yang juga ikut cemas.
"Gak papa, aku ambil makan siang kita dulu ya, kalau ko Acong nanya, bilang Naira ijin gak enak badan. Oke!" seru Haris sambil bergegas keluar dari toko buku.
Mini masih menatap bingung ke arah kepergian Haris.
"Apa kamu juga akan sepanik itu kalau itu aku?" gumam Mini.
Author POV end.
Aku masih menatap kesal pada pria itu, dia mengambil ponsel ku dan mematikannya. Lalu dia meletakkan ponsel ku itu di kantong kemejanya.
"Kenapa? tidak suka?" tanya nya dengan wajah dingin.
"Saya cuma mau bilang sama teman saya kalau makan si...!"
"Saya tidak perduli!" ketus nya.
Aku langsung memalingkan wajah ku ke arah jendela, yang benar saja. Belum-belum saja sudah seperti ini. Aku tidak bisa bayangkan selanjutnya akan seperti apa. Aku rasa aku hanya akan di jadikan pelayan dengan kedok istri. Hih, mengerikan sekali.
Cukup lama kami berada di dalam mobil, perjalanan ini lumayan jauh juga ya. Aku bahkan belum makan siang, dan sekarang aku lapar.
Aku mendengar suara ponsel berdering, aku tahu itu bukan dari ponsel ku. Karena ponsel ku tadi sudah dimatikan oleh pria tukang perintah ini.
"Halo sayang!" ucap Samuel dengan lembut pada seseorang yang ada di ujung telepon nya.
Aku langsung melihat ke arahnya sekilas lalu memalingkan wajah ku lagi.
'Sayang?' batin ku penasaran sangat sangat penasaran.
"Iya, aku sudah menemukan seseorang seperti katamu itu...tidak itu tidak mungkin, dia bukan tipe ku. Dan aku sangat mencintaimu.."
'Apa katanya tadi? wah gak bener nih orang!' gumam ku dalam hati.
"Iya, aku sangat merindukanmu. Aku akan selalu mendukungmu, love you!" ucap nya begitu lembut bahkan dia tersenyum begitu tulus.
'Dia sudah punya kekasih, lalu kenapa dia mau menikah dengan ku, aku harus tahu alasannya!' batin ku mulai geram.
Setelah dia menutup panggilan teleponnya, aku memutar tubuh ku menghadap ke arahnya.
"Tuan sudah punya kekasih?" tanya ku berhati-hati.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 322 Episodes
Comments
Anonim
semoga pacarnya selingkuh disana wkwkwk
2023-03-30
1
himawatidewi satyawira
lg ngejar ayamnya jg barusan
2022-12-14
0
Henny Kesumawati
next
2022-08-30
0