Istri Kontrak CEO
Kring... Kring...
Suara lonceng sepeda yang sedang ku kendarai menuju ke sebuah toko buku di ujung gang, di perempatan dekat jalan raya. Dimana aku bekerja.
Nama ku Naira putri, usia ku 20 tahun beberapa bulan yang lalu. Dan sekarang, di pagi yang cerah ini di antara kesibukan semua orang di pagi hari, aku sedang mengayuh sepeda ku menuju ke tempat kerja favorit ku.
"Pagi Nai!" sapa Kaktus setelah aku sampai di tempat kerja ku.
Aku serius ya, namanya memang Kaktus. Usianya sekitar 22 tahun lebih tua dua tahun dari ku. Kakak laki-laki Mini, teman kerja ku di toko buku.
Aku memarkirkan sepeda ku di tempat biasa. Aku tak perlu menguncinya, karena siapa juga yang mau mengambil sepeda ku yang sungguh mencolok ini. Aku sengaja mendekor nya layaknya akan ikut pawai tujuh belasan. Aku yakin tidak ada yang begitu percaya diri mengendarai nya selain aku.
"Pagi Kak Tus!" sapa ku.
"Udah sarapan belom? kita mojok yuk di mamang pisang goreng depan!" ajaknya sambil menunjuk ke gerai pisang goreng yang ada di seberang toko buku.
"Ini masih pagi Kak, ngajakin mojok aja. Gak malu tuh sama kain pel?" ucap ku sambil melirik kain pel yang ada di pojokan toko buku.
Dia malah terkekeh.
"Udah hampir setahun kakak ini coba ngajakin kamu nge date, gak pernah berhasil! sebenarnya cowok kayak apa sih yang kamu pengenin jadi pacar kamu? Mini juga bilang, katanya Si Haris tuh temen kerja kalian mau deketin kamu juga susah!" tanya nya padaku dengan raut wajah begitu penasaran.
Aku terkekeh geli mendengar pertanyaan nya itu.
"Aduh geli dengernya, berasa gimana gitu aku ini ya? sebenarnya gak muluk-muluk kak, Nai itu cuma pengen punya cowok yang matanya dua, kupingnya dua...!
"Tangannya dua, kakinya juga dua!" sambung Mini yang baru keluar dari dalam toko.
"Ih, semua cowok juga gitu kali Nai! kamu lihat tuh kakak ku yang ngenes ini. Matanya dua, kuping nya dua, jarinya sebelas malahan tuh!" seru Mini kesal seperti nya.
"Ih, apaan!" protes Kak Kaktus yang jari tangannya memang hanya ada sepuluh.
"Udah sono pulang Kak, ngapain sih gangguin Naira terus? aku adeknya sendiri gak pernah di gangguin?" tanya Mini.
Aku terkekeh mendengar ucapan Mini.
"Stress dong kakak kalau gangguin adek sendiri. Udah ah mau pulang aja, mau bantuin Abah bikin batu bata. Kamu kalau pulang telepon kakak ya, nanti kakak jemput!" seru kak Kaktus sambil menoleh ke arah Mini.
Sedetik kemudian dia menoleh ke arahku.
"Calon makmum ku, kakak pulang dulu ya. Kamu hati-hati ker...!"
Plak
Belum kelar tuh si kak Kaktus ngomong, sudah keburu di gaplok tangannya sama Mini.
"Udah buruan pulang, calon makmum.. calon makmum, Mini bilang Abah ya, disuruh ngaji aja ka...emmpt!"
Protes Mini, dan sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya. Kak Kaktus membungkam mulutnya. Mungkin karena tak ingin Mini mengatakan sesuatu yang tak boleh ku dengar.
Kak Kaktus pulang, aku dan Mini masuk ke dalam toko. Ini masih pukul 7 pagi dan toko sebenarnya belum buka, karena toko Ko Acong ini buka jam 8 pagi.
Aku dan Mini masih menyapu dan mengepel lantai ketika Haris datang.
"Selamat pagi selir-selir ku!" sapa Haris sambil meletakkan tasnya di loker kami di dekat meja kasir.
Haris segera melaksanakan tugasnya mengecek mesin fotocopy dan juga menyalakan semua komputer yang memang di rental disini.
Aku hanya mendengus tawa, tapi Mini memeluk gagang sapunya sambil melihat ke arah Haris yang tengah sibuk dengan pekerjaan nya. Aku tahu Mini memang suka dengan Haris, tapi dia tidak pernah mau mengutarakan tentang perasaan nya itu. Meski dia jujur padaku, tapi dia melarang ku mengatakan nya pada Haris. Aku sangat menghormati keputusan nya itu, jadi aku tak ikut campur lagi meskipun sebenarnya aku ingin membantunya.
"Selamat pagi semuanya!" sapa ko Acong yang baru keluar dari dalam kantor nya.
"Selamat pagi ko!" jawab kami bertiga lalu berkumpul.
Kami semua berdoa bersama, seperti biasanya setiap pagi ko Acong akan memimpin doa, tapi sesuai dengan kepercayaan kami masing-masing.
"Berdoa mulai!" seru ko Acong dan kami berempat menundukkan kepala kami.
Beberapa menit kemudian.
"Selesai, semoga hari ini Tuhan memberikan Riski dan keberkahan untuk kita dan toko buku ini. Amin!" ucapnya lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Amin!" sahut kami bertiga, aku, Mini dan juga Haris lalu melakukan apa yang ko Acong lakukan. Mengusap wajah kami dengan kedua telapak tangan kami.
Kami lanjut bekerja, tak terasa jam demi jam berlalu. Hari ini lumayan ramai, dan sekarang sudah waktunya makan siang. Tapi pelanggan toko masih sangat ramai.
"Wah, gak bisa makan siang nih banyak yang masih rental komputer!" keluh Haris.
"Eh, aku kan gak sibuk nih, aku aja yang beli makan siang buat kita. Mau pada makan apa ini?" tanya ku pada Haris dan juga Mini.
"Ayam geprek aja pakai nasinya dobel!" jawab Haris lalu mengambil uang dari saku celananya.
"Nih!" tambahnya sambil menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan pada ku. Aku meraihnya lalu beralih ke Mini.
"Kalau kamu Mini?" tanya ku.
"Samain aja, tapi nasinya seporsi aja!" jawab Mini malu-malu saat melirik Haris.
"Wokeh, aku berangkat ya!" seru ku setelah Mini menyerahkan selembar uang kertas pecahan dua puluh ribuan juga padaku.
Aku keluar dari dalam toko buku, menghampiri sepeda lucu ku lalu mengayuhnya ke gerai ayam geprek yang berada tak jauh dari toko buku. Sesampainya di gerai itu, pelayan disana yang sudah mengenal ku segera bertanya pesanan ku.
"Kayak biasanya Nai?" tanya Indah salah satu karyawan di sana yang juga adalah tetanggaku.
Aku dengan cepat menganggukkan kepalaku.
"Iya, ini!" jawab ku sambil membayar.
Aku duduk sebentar menunggu pesanan ku dibuat, dari sini aku bisa melihat ke arah luar. Dan ada pemandangan yang begitu membuat ku terfokus ke arah sana. Ada seorang wanita bergaun merah, sangat minim mengejar seorang pria yang sedari tadi terus menepis tangannya dan berusaha menjauhi nya.
Aku menggidikkan bahu ku melihat nya, aku hanya merasa kalau sebagai wanita tidak perlu seperti itu mengejar pria kan.
"Ini Nai, gimana toko buku? Rame?" tanya Indah sambil meletakkan pesanan ku di atas meja.
"Alhamdulillah Ndah, gimana disini?" tanya ku berbasa-basi padahal aku lihat dari tadi pengunjung datang dan pergi.
"Alhamdulillah juga!" jawabnya.
Setelah itu aku keluar dari gerai ayam geprek menuju sepeda ku. Ternyata karena sangat ramai, pengunjung lain parkir nya berdekatan sekali. Aku agak kesulitan saat akan mengeluarkan sepeda ku.
Brakk
"Astaga!" pekik ku ketika aku berhasil mengeluarkan sepeda ku tapi sebuah sepeda motor besar jatuh dan menimpa sebuah mobil mewah yang terparkir di sebelahnya.
Aku meninggalkan sepeda ku dan melihat ke arah mobil mewah itu.
"Yah, ke gores parah! aduh gimana nih!" gumam ku panik sambil menutup mulut ku.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 322 Episodes
Comments
Zinevi Evi
aduhhh gawat
2023-02-01
1
Soraya
mampir dulu ya thor bru buka
2022-09-16
2
Henny Kesumawati
next
2022-08-30
1