...💋💋💋...
"Mau di sini, atau di kamar?" Naya bertanya dengan suara seperti berbisik.
"Terserah... " Bintang menjawab dengan berbisik juga.
"Obatnya ada di kamar." Ucap Naya sambil menarik tangan Bintang masuk ke dalam kamar.
Bintang menegang dan degup jantung nya semakin bertalu kencang. Dia takut akan terjadi hal-hal yang diinginkan nya, tapi sangat di hindarinya.
Pandangan nya mengelilingi sebuah kamar berukuran kira-kira 4X4 meter, sebuah kasur berukuran cukup besar ada di ujung dekat jendela lalu di sisi sebelah kiri nya terlihat sebuah box yang di tiduri Altaf.
Sebuah lemari 3 pintu dan satu lemari kecil berkarakter binatang sepertinya berisikan pakaian Altaf.
"Duduk, Mas."
Bintang hanya mengangguk, berjalan ke arah ranjang dengan wajah tegang dan hati berdegup kencang.
Naya sedang mengobrak-abrik sebuah kotak berwarna biru. Sepertinya dia sedang mencari obat.
"Nah... ketemu." Ujarnya senang, lalu berjalan ke arah kekasihnya yang menunggu di ujung kasur.
"Buka, Mas." Titahnya lagi sambil memutar tutup sebuah salep berwarna gradasi antara biru dan putih.
Bintang mengangguk malu, malu karena kini daerah yang tadi menjadi tempat penelitian oleh kekasihnya sudah berubah. Pyton nya sudah bangun, tegak sempurna.
Di tariknya si karet pembatas itu, dan muncul lah sesuatu yang tegak menantang.
"Loh, kok jadi berubah?" Naya menahan tawanya saat melihat sesuatu yang gagah menantang.
"Dia, sensor touching nya level hard." Bintang tersipu sambil tangannya mencoba menutupi bagian yang sedang sombong menantang itu. "Bagus kan? pyton ku berubah jadi kobra yang bisa berdiri siap menyemburkan bisa nya." Dia terkekeh sendiri atas ucapannya. Perempuan di sebelah nya hanya menggeleng dengan sikap konyolnya.
**
Naya sesaat keluar dari kamar itu, lalu datang kembali dengan semangkuk air hangat.
"Jadi tisu sirih itu?" Naya bertanya sambil menyiapkan beberapa alat untuk mengobati iritasi yang di alami kekasihnya.
"Iya untuk mengusap ini, aku nggak liat kegunaannya aku fokus ke tulisan anti bacteri." Jelasnya.
Kekasihnya yang berprofesi seorang perawat itu hanya tertawa kecil mendengar kepolosan dan tingkah konyol pria tampan di depannya.
Naya mendekat dan mencondongkan tubuhnya ke arah bagian gatal itu, kembali menelisik.
"Jangan di garuk terus, nanti malah jadi bruntusan." Dia melap pyton itu perlahan, Bintang begitu menikmati.
"Kalo bruntusan bukannya bagus?" Katanya berbisik sambil memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut dan hangatnya handuk hangat itu.
Naya mendongak menatap Bintang dengan wajah penuh tanya, dengan kata-kata yang meluncur begitu saja dari sang kekasih. "Kenapa?" keningnya berkerut.
Bintang ikut menunduk menatap Naya, "Jadi nggak perlu balon yang bergerigi itu." Dia tertawa.
Naya melotot menatapnya lalu dia mencubit pinggang lelaki yang sedang tertawa itu.
"Aww... ampun sayang... " Dia menahan tangan yang sedang mencapit pinggang nya tersebut.
Sesaat keduanya hanya saling memandang, lalu sepersekian detik bibir itu telah menyatu dan saling memagut. Bahkan Bintang menarik tubuh Naya hingga duduk di pangkuannya dengan menindih si pyton yang bangun menjelma kobra.
Naya mengalungkan tangannya di pundak kekasihnya. Mereka masih saling berpagut dan saling membelit di dalam sana.
Hanya erangan kecil yang tertahan keluar dari keduanya. Hingga kegiatan itu terhenti karena mereka kehabisan pasokan udara. Kening mereka menempel dengan tatapan mata sayu dari keduanya.
"Aku, nggak bisa... walaupun aku pengen meminta lebih... " Bintang menggumam.
Naya juga mengangguk kecil, "Aku juga takut, dan belum siap." Katanya membalas ucapan Bintang.
"Tapi... "
"Iya, kalo ketemu kamu pasti gini. Apalagi kamu pegang2 ambyar udah pertahanan nya." Kembali memagut bibir sensual itu.
Lalu tak lama terhenti, "Udah ah, aku ngga kuat."
Naya pun turun dari pangkuan kekasihnya. Dan mulai mengobati area yang masih tegak itu, dia menekan isi salep ke ujung jari telunjuk nya. "Ini sebenarnya obat buat ruam pada bayi, tapi di lihat dari jenis yang, Mas alami. Kayaknya bisa, secara obat untuk bayi lebih lembut tapi bagus, bahkan adik ku kalo batuk atau flu minumnya obat buat anak-anak." Jelasnya sambil melumuri salep itu ke bagian pyton kekasihnya. Gerakan nya membuat Bintang tak tahan.
"Aduh... "
"Kenapa?"
"Gerakan tangan kamu yang maju mundur gitu, bikin aku makin nggak kuat." Bintang mendongak kepalanya menahan sesuatu yang semakin mendesak.
"Sekalian aja, yank... sekalian bantuin buat ngeluarin, pegel itu dari tadi gitu." Suaranya parau.
Naya terkikik, "Ya terus, masa aku totol2 in doang kan harus di ratain."
"Iya, tapi... aku ngga kuat," Bintang memegangi tangan Naya agar kembali ke aktivitas nya.
"Di percepat aja, keburu adik kamu pulang." Bintang malah merebahkan tubuhnya terlentang.
Naya pun menuruti apa kemauan kekasihnya, dia kembali menggerakan tangannya.
"Ughhh.... " lelaki itu mele*nguh dan memejamkan mata menikmati.
"Iya, sebent... ahh... " Dan akhirnya ledakan kenikmatan itu dia capai.
Naya masih terdiam tangannya masih menahan leburan itu menahan milik kekasihnya yang masih berkedut. Kini tangannya berlumur sesuatu nyang lengket hasil dari si pyton yang menjelma jadi kobra yang menyemburkan bisa nya."
Bintang terengah masih dengan posisi terlentang, tangannya mengusap paha naya yang duduk di samping nya dan telah melakukan sesuatu yang indah untuk nya. "Makasih sayang... " Dia menyeringai puas.
...---oOo---...
Kini mereka duduk di teras rumah Naya, arus saja urusan obat mengobati selesai.
"Makasih ya, obat gatal dan obat malarindu nya." Bintang terkekeh saat mereka berpisah di pagar rumah Naya.
Naya tersenyum dan mengunci pagar itu, adiknya baru saja pulang bertepatan mereka yang baru saja duduk di depan teras.
Jadi drama masuk kamar tidak ingin ketahui penghuni rumah.
"Eh, berapa harga kontrakan nya?" Bintang yang akan melangkah ke mobil memutar kembali tubuhnya mendekat k arah pagar.
"15 juta, rumah ini suamiku yang bayar waktu itu untuk dua tahun, saat kami baru menikah." Jelasnya.
Entah kenapa bintang terasa panas mendengar ucapan Naya yang membawa-bawa nama pria yang sudah tidak ada.
"Udah, kirimkan nomor rekening kamu. Biar aku yang bayar... "
"Nggak usah, kita bukan siapa-siapa. Bukan tanggungjawab kamu." Naya menolak segera.
"Udah nggak apa-apa. Aku tunggu nomor nya." Bintang berlari kecil ke arah mobil.
"Mas... " Naya berlari mengejarnya.
Lalu dia ikut masuk ke dalam mobil, "Kamu nggak mikir karena aku udah bantu muasin kamu, jadi kamu ngasih uang ke aku kan?"
"Tuh kan, pikiran kamu jelek terus sama aku." Bintang mendengus tak terima.
"Aku takut, kamu anggap aku kayak gitu. Ok, fine aku terima... thankyou... tapi aku minjem ya, kalo dari tempat kerja ku keluar acc peminjaman, langsung aku balikin ke kamu."
"Nggak usah... "
"Harus... "
"Nggak, cukup kamu jadi pacar aku yang setia dan manis udah cukup buat aku." Bintang mengelus pipi itu.
Dan Naya langsung menghambur ke pelukannya, "Makasih kamu kayak dewa penolong ku, Mas. Sekarang tinggal nyari buat Biaya semester nya Nia." Katanya masih memeluk Bintang.
"Sekalian aja, Berapa total semua?" tantang lelaki itu.
Naya melepaskan pelukannya. Lalu menggeleng kuat. "nggak usah, udah cukup rumah ini aja." Tolak nya.
"Nurut, deh... "
"Nggak ah aku nggak enak."
"Ya, enakkin aja. Berapa uang semesternya?"
"Ehmmm.. Ini beneran?"
Bintang mengangguk. " Berapa?" tanyanya lagi.
"5, 5 juta."
"Ya udah aku kirim 22 juta ya, sisanya buat Altaf." cicitnya.
"Aku pinjam ya... " Naya merasa tidak enak telah merepotkan.
"Nggak, kalo kamu balikkin harus jadi 3 kali lipat." Ancamnya.
Naya membulatkan matanya. "Dapet dari mana aku uang segitu?" keluhnya dengan wajah memelas.
Bintang kembali mengusap pipi kekasihnya itu dan menarik tengkuknya mendekat, lalu pautan itu kembali terjadi.
Namun tak lama, Bintang melepaskan pautan itu.
"Udah lah, nanti dia bangun lagi." Matanya menunjuk ke arah bawah.
"Mas, makasih banyak ya... "
"Menikah sama aku, biar aku bisa nanggung semua beban hidup kamu. Biar kamu bisa bersandar di pundak , Mas. Saling berbagi susah senang." Bintang kembali mengutarakan keinginannya untuk menikahi kekasihnya itu.
Naya terdiam, "Iya, aku minta waktu sebentar lagi." Kata-katanya memberi angin sejuk untuk Bintang.
"Aku, tunggu saat itu tiba." Bintang tersenyum lebar.
Naya pun keluar dari mobil kekasihnya. Dan mobil itu pun berlalu menjauh dari hadapan nya.
"Makasih ya, Mas... " Naya tersenyum menatap mobil yang semakin menjauh.
❤❤❤
Hai.... Hai... ketemu lagi sama itti yang baik hati dan sholehah. Sekarang kita ceritain kisah Bintang dan lika liku kehidupannya ya....
Semoga feel menghibur ku nyampe ya bikin kalian semua terhibur 🥰🥰🥰.
Yang belum tau siapa Bintang. Cuzzzz baca dulu karya aku dengan judul Kisah Mentari yak nih cerita adiknya, tapi dari situ kalian udah aku kenalin siapa Bintang.
Dah lah kita mulai aja ya.... 💪💪
Bismillah yuk... bisa, yukkk... ngakak... biar bisa ngan*kan*🤭😘💪
Mohon maaf kalo ada typo2 dan penulisan nama yang terbawa-bawa dari masa lalu🤣🤣🤣
Jujur aku susah moveon dari nama laki-laki, karya pertama iqbal sering ke bawa ke cerita Dafa, dan si Dafa masih sering ngintilin Bintang 🤣🤣 maafkan🙏🙏😌😌😌.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Lina Purwati
enak kali ya, Nemu laki Kyak si bintang ini 😁
2024-08-06
1
nuri
baik banget si bintang
2022-09-05
1
Emi Wash
bintang.... nachal ye.....
2022-03-19
2