Bab 4. Kesan Pertama Masuk Desa.
^^^" Hati dan semangat yang patah, bisa mengeringkan tulang. Tapi hati yang gembira ada obat yang manjur"^^^
...☘️☘️☘️...
.
.
.
Jadwal pagi yang di gadang-gadang sebagai awal jam keberangkatan Serafina hanya sekedar wacana saja. Alis nglawus tidak terealisasikan. Setelah bangun kesiangan, gadis itu berbuat onar dengan drama sakit perut yang entah benar atau tidak.
Jika ada predikat wanita yang sangat manja dan semaunya sendiri, itu pantas di sematkan kepada Serafina. Wanita itu terbiasa di layani sejak kecil. Menjadi anak bungsu tentu menjadikan dia begitu dimanjakan oleh Nyonya Lidia.
" Jaga diri kamu, jangan buat Oma kesal. Kamu harus belajar mandiri Fin!!"
Sebenarnya bukan itu yang terpenting untuk Serafina, wanita itu butuh merefresh otaknya yang seolah ingin meledak akibat ulah Riko. Lagipula, ia tentu tak mau bila semua fasilitas di cabut oleh papanya.
" Papa akan kontrol pergerakan uang kamu dari sini. Kerjakan apa yang diminta Oma kamu, dan jangan buat malu nama keluarga kita!"
Serafina bahkan malas untuk sekedar menjawab.
Perpisahan itu tak memiliki kesan sama sekali, hanya tatapan iba yang menguap di atmosfer keluarga Guntoro. Fina masih tak fokus, ia benar-benar dirundung kegalauan akibat Riko.
Mobil yang di kemudian oleh Budi, seroang supir yang sudah loyal kepada keluarga Guntoro selama bertahun-tahun itu, terlihat sudah berjalan meninggalkan rumah besar itu.
Fina tahu, Budi adalah antek alias sekutu papanya. Mustahil dia bisa kabur dari hal ini. Kini ia hanya pasrah, setali tiga uang dengan hidupnya yang terasa kosong, kini ia lebih memilih memejamkan matanya. Ia juga malas kepada Budi, pria datar itu pasti tak akan asyik jika diajak ngobrol.
Gue ke Kalianyar 😏
Fina mengirimkan pesan kepada Dita, lengkap dengan emoticon malas. Merasa tak mendapat balasan, gadis itu menyenderkan kepalanya ke jendela mobil.
Kini bahkan ia tak sempat pamit kepada sahabatnya yang masih mau menjadi cantriknya.
Ia memejamkan matanya seraya menyumpal telinganya, dengan headset yang tengah memutarkan siaran live streaming radio anak muda di kota itu. Dengan VJ kenamaan favorit Fina pastinya.
Ku tak habis fikir
Kurangku dimana
Kau tega melepaskan aku
Jauh ku menatap
Namun terlalu jauh
Imajinasiku terberai
.
Terdiam aku
Beku tanpamu
Dimanakah letak hatimu
.
Kau putuskan
Tuk mendua
Dengan dia
Di belakangku
Padahal ku
Pilih kamu
Jadi cinta terakhir
( Astrid ~ Mendua)
" CK, brengsek!!?" Fina memukul kaca jendela mobilnya demi menyadari lagu yang terputar di track radio itu seolah menyindir dirinya.
Budi yang terhenyak itu menatap Fina dengan alis berkerut melalui kaca rear vision . " Ada apa mbak?" Budi tak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya. Kenapa anak majikannya itu pikirnya.
" Gak ada!" ketus Fina kini mengganti Chanel lainnya. Ia berharap bisa menemukan lagu koplo yang dapat menghiburnya.
Jika cinta dia
Jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyuman mu
Jika cinta dia
" Anjing!!" Fina melepas headset yang tersumpal di lubang cuping telinganya dengan kasar, lalu melemparnya ke bawah. Gadis itu geram lantaran semua lagu yang di putar justru berisikan lagu-lagu yang seolah menjadi original soundtrack dirinya yang sedang hamsyong akibat pengkhianatan.
Budi hanya menggelengkan kepalanya, pria paruh baya itu seolah sudah kebal dengan sikap dan tabiat Fina.
.
.
.
Perjalanan di tempuh empat jam. Belum ada bandara di kabupaten itu. Hanya ada kereta api yang kebetulan dekat dengan lokasi rumah Oma-nya. Membuatnya mau tak mau harus menggunakan transportasi darat yang membuat pinggang serasa patah.
Fina terbangun saat Budi memberhentikan mobilnya di SPBU. " Aku mau ke toilet dulu Pak Bud!" ucap Fina tanpa menoleh ke arah Budi. Ia menuju tempat pembuangan itu karena isi kemihnya telah penuh.
" CK, brengsek pesing banget sih!!!" Fina berdecak, menggerutu dan mengumpat. Wanita itu benar-benar kerap memprotes sesuatu secara terang-terangan.
Ia lupa, itu adalah tempat umum. Dimana para manusia dari segala lapisan menggunakan tempat itu tanpa memperdulikan aspek kebersihan.
.
.
Tepat pukul empat sore ia sampai di tugu desa yang menjadi kawasan tempat tinggal Oma-nya. Ia juga heran, kenapa ibu dari papanya itu malah betah tinggal di tempat seperti itu, sedang anaknya yang notabene adalah papa Serafina memiliki hunian yang baik sekali di kota.
Fina membuka kaca mobilnya, berusaha melihat pemandangan yang sudah lama tak ia lihat. Banyak rumah-rumah warga yang kini lebih bagus dari pada waktu satu tahun yang lalu, saat ia mudik lebaran ke rumah Oma-nya yang menurutnya ' membosankan '.
Ia tak melihat sekumpulan pria, yang tengah asik bermain bola voly di di lapangan yang berada di sisi jalan berbatu itu.
Dug
" Aduh?!!" Fina mengaduh sesaat setelah sebuah bola voli membentur ke kepalanya dengan cukup keras. Benda bulat berwarna biru dan kuning itu tak sengaja terlempar keluar area lapangan voli, karena smash keras dari salah seorang pria yang bermain di lapangan itu.
Budi yang mendengar anak majikannya mengaduh, segera memberhentikan mobilnya secara mendadak.
" Kenapa Mbak Fina?" Budi cemas. Pria itu melihat bila yang tak senagaja nyasar ke dalam mobilnya.
Fina dengan geram langsung membuka pintu mobilnya, lalu turun seraya membawa bola yang dengan kurang ajarnya masuk ke mobilnya dan membuat kepalanya sakit.
Sejumlah pemuda itu kini memandang ke arah mobil yang berhenti di tepi jalan, di depan lapangan bola voli itu.
" Pada gak punya mata ya?" Fina mencak-mencak. Gadis itu kesakitan betulan.
Para pria disana terperangah melihat seorang wanita cantik yang kini membawa bola mereka.
Bidadari
Siapa tuh, gak pernah lihat
Edan, ayu banget ( Gila, cantik banget)
Suara-suara sahutan terdengar dari bibir pria yang terpesona dengan Fina. Tapi tidak dengan perempuan itu.
" Gak jelas banget sih kalian!!!"
" Kurang ajar tahu nggak!!"
" Gak berguna!!"
Fina geram, ia melempar bola itu kepada salah seroang pria tinggi tegap. Pria itu menangkap bola itu dengan sekali tangkapan, sejenak mereka saling menatap bengis. Pria itu tak suka dengan ucapan kasar Fina.
" Aji, udah!" Pandu menenangkan Ajisaka yang terlihat geram.
" Sombong betul, siapa dia?" Pria bernama Ajisaka itu memang tidak terlalu suka dengan wanita yang kasar.
" Kami minta maaf, tapi lain kali anda bisa menutup kaca mobil anda kan. Atau setidaknya pasangan telinga agar bisa mendengar suara kami yang setiap hati berkegiatan seperti ini. Lagipula, jalanan berdebu juga tak baik untuk kulit mulus anda!" ucap Pandu dengan menatap tajam Fina.
" Kau!!!" Fina hendak melayangkan protes kembali. Ia merasa di tantang oleh pria itu.
" Mbak Fina!" Budi mengingatkan anak majikannya itu untuk menjaga batasan. Budi menggelengkan kepalanya memperingati.
" Brengsek!!!" dengan kesal Fina memasuki mobilnya lalu membanting pintu itu dengan keras. Belasan pria lintas usia di lapangan itu sampai terkaget.
Budi hanya menghela napas, sejurus kemudian pria itu membungkuk untuk undur diri kepada para pria yang tengah bermain voli itu.
Wah cantik- cantik galak.
Orang kaya emang ya, gak ada sopan santunnya.
Siapa sih dia, pendatang atau orang lewat?
Fina masih menatap tajam dari jendelanya, pandangannya bertumbuk pada wajah pria yang berani menyahutnya tadi. Pandu.
Pandu menatap wajah gadis cantik yang tidak sopan itu dengan datar. Ia hanya menggelengkan kepalanya, mengapa wajah cantik ayu rupawan tak di barengi dengan moral yang baik.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
dementor
mama eng memang saiful jamil versi wedok.. selalu nyanyi terus saja.. mommy kapan nih bikin album solo???
2023-06-03
0
May Tanty
Baru ikutan baca tampak nya kerren cerita nya
2022-09-30
0
Sulastrie Herlina
suka sih cewek kuat, gak lemah,, tapi gk suka cewek kasar omongan nya,,,
2022-09-28
0