Pesta Tunangan Impian Para Gadis

"Kring... Kring..."

Bel sekolah berbunyi, pertanda waktu istrahat telah tiba. Seperti biasa, Gendhis dan teman-temannya keluar kelas, sekedar untuk melepas penat, atau menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin sekolah.

"Kamu nggak keluar, Dis?" Tanya Tina, teman sebangku Gendhis.

"Nggak ah, aku lagi males keluar." Jawab Gendis sembari membaca buku novel yang ia pinjam di perpustakaan.

"Ya udah, aku ke kantin duluan ya sama temen-temen." Pamit Tina.

"Okey..." Jawab Gendhis.

Ketika sampai di depan pintu Tina berkata, "Dis... Dicariin Mas Lintang..."

"Eh, udah. Biar aku aja yang masuk." Kata Lintang sambil berjalan menuju meja di mana kekasihnya itu duduk

Senyum lembut mengembang dari wajah cantik nya. Gendhis menyapa kekasihnya. "Ada apa, Mas Lintang nyariin Gendhis?"

"Aku pengen ngomong, Dis..." Lintang duduk di kursi depan meja Gendis.

"Ya, Mas. Kenapa?" Gendis menutup buku yang sedang dibacanya.

"Soal tadi malam... " Kata Lintang.

Gendhis faham apa yang hendak kekasihnya itu sampaikan.

"Mungkin, ucapan terimakasih saja nggak akan cukup untuk menebus apa yang sudah kamu lakukan untuk ku tadi malam, Dis." Hingar bahagia terpancar dari raut wajah Lintang.

"Ah... Mas Lintang terlalu berlebihan." Gendhis tersipu malu.

"Aku serius, Dis. Kalau bukan karena kamu yang membujuk Bapak dan Ibu tadi malam, mungkin saat ini aku pmasih bingung bagaimana harus meyakinkan mereka." Ucap Lintang.

"Gendhis hanya menyampaikan apa yang Gendhis rasa tepat kok, Mas." Gendhis menjawab.

"Bukan hanya tepat lagi, Dis. Kamu tahu kan sejak kecil itulah impian terbesarku. Menjadi seorang TNI. Dan kamu... telah mewujudkannya untuk ku. Terimakasih..." Lintang menatap wajah kekasihnya dengan penuh rasa bangga.

"Iya, Mas... Itu adalah impian Mas Lintang, perjuangkan itu, do'a ku selalu ada untukmu." Gendhis turut berbahagia untuk kekasihnya.

"Baik, Dis. Aku berjanji. Akan menjaga kepercayaan kalian, aku juga akan belajar dengan sungguh-sungguh, agar aku cepat selesai dan kita... bisa segera menikah." Janji manis itu keluar dari mulut Lintang tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Gendhis tersenyum lega mendengar ucapan manis Lintang. Ia hanya berharap tak ada sesuatu pun yang akan menghalangi hubungan mereka sampai tiba waktunya nanti.

"Kring... Kring..."

Bel sekolah kembali berbunyi. Waktu istirahat telah usai. Lintang pun pergi meninggalkan Gendhis lalu kembali masuk di kelasnya.

*****

Gendhis turun dari sepeda motor yang membawanya pulang dari sekolah. Dengan siapa lagi kalau bukan dengan Lintang, calon tunangannya. Gendhis terkejut, karena saat dia berangkat sekolah pagi tadi halaman rumahnya yang berseberangan dengan rumah Lintang masih sangat sepi. Dan lihat sekarang... Sudah banyak hiruk pikuk orang kesana kemari dengan segala aktivitasnya.

"Sudah pulang Mbak Gendhis?" Tanya seorang wanita paruh baya sembari membawa panci berisi daging yang penuh.

"Iya, Mbak... Sudah." Jawab Gendhis tersenyum sambil berjalan di halaman rumahnya.

Nampak bukan seperti halaman lagi. Baik halaman rumahnya atau rumah Lintang, dipenuhi dengan tenda berkelambu hijau army. Rumah mereka yang hanya dipisahkan oleh jalan kampung itu, disulap oleh WO (wedding organizer) menjadi satu halaman yang menakjubkan. Tampak seperti bukan dua keluarga yang sedang punya hajatan, tapi satu anggota keluarga.

Di depan rumah Lintang terpampang dekorasi pelaminan dengan aneka bunga krisan dan bunga mawar yang berwarna warni. Taman kecil dengan suara gemercik air dari kolam taman buatan itu membuat dekorasi semakin hidup. Lampu hias berwarna putih berkelipan, dan sepasang kursi di pelaminan, semuanya tampak sejuk dipandang mata.

Di depan rumah Gendhis, panggung hiburan pun tak kalah menariknya. Dengan berbagai macam dekorasi juga tanaman hias berwarna wani. Lalu di tengah-tengah halaman mereka, terdapat kursi dan beraneka macam hidangan tertata rapi di atas meja tamu yang dibungkus kelambu warna army muda dipadukan dengan pita cantik warna merah muda. Tak salah memang Lintang memilih WO waktu itu. Seleranya memang sangat modern, sehingga membuat seluruh warga kampung takjub melihatnya. Tak heran jika para gadis di kampung nya sangat memimpikan pesta pertunangan nan megah seperti pesta Lintang dan Gendhis.

"Beruntung sekali ya Pak Ratno dapat calon besan seperti Pak Argo. Sudah baik, dermawan, kaya pula. Lihat Bu, baru acara pertunangan saja sudah semewah ini. Apalagi kalau menikah nanti..." Kata seorang ibu di dapur rumah Gendhis. Orang itu tampak menengok ke kanan dan ke kiri seolah memastikan bahwa tidak ada dua pihak keluarga yang mendengar ucapannya.

"Iya, katanya besok setelah acara pertunangan ada acara pengajian, dan yang akan memeriahlan acara besok katanya grup qosidah ternama dari Semarang lho, nasi... nasi... nasi apa namanya?" Tambah ibu-ibu yang lain.

"Nasi uduk?" Jawab ibu-ibu yang sedang mengupas bawang merah.

"Hus... Nasi uduk. Nasidaria lho bu..." Ibu yang pertama memulai percakapan itu menjawab.

"Nah, betul... Nasidaria. Terus malamnya lagi akan ada pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dari Jogjakarta lho, Bu." Kata salah satu ibu.

"Iya, beruntung sekali ya Bu Sari." Ketiga ibu-ibu itu pun saling berkomentar tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya Gendhis mendengar percakapan mereka dari balik pintu.

Kemudian datang Bu Rati membawa panci yang habis ia cuci di samping rumah Gendhis.

"Eh, Bu Ibu... Bukan cuma Bu Sari yang beruntung, Bu Parti juga beruntung lho dapat calon mantu seperti Mbak Gendhis. Sudah cantik, baik, ramah, pinter masak, rajin bantu orang tua, berpendidikan, sekolah juga pandai... Wes, benar-benar calon mantu idaman."

"Iya... Betul ibu-ibu, memang Mas Lintang dan Mbak Gendhis itu pasangan yang sempurna. Nyaris ndak ada kurangnya lho, cantik dan ganteng..." Tambah ibu-ibu yang lain.

Gendhis masih berdiri di belakang pintu dapur. Ketika ibu-ibu selesai membicarakannya, Gendhis memutuskan untuk masuk rumah melalui pintu dapur.

"Permisi, ibu-ibu..." Seolah Gendhis tak mendengar apapun tentang percakapan mereka.

Ibu-ibu itupun terkejut melihat Gendhis yang ternyata sudah berdiri di depan pintu.

"Eh, Mbak Gendhis sudah pulang ya..." Tanya Bu Rati.

"Iya, Bu Rati. Monggo ibu-ibu, saya numpang lewat." Dengan ramah, Gendhis melewati kerumunan ibu-ibu yang sedang memasak untuk tamu undangannya.

"Iya, Mbak..." Jawab ibu-ibu.

"Eh, kira-kira Mbak Gendhis denger nggak ya ucapan kita tadi?" Salah satu dari mereka berbisik.

"Mudah-mudahan saja ndak, ya. Ah... Sudah... sudah, bergosipnya, nanti ayam gorengnya gosong lho, Bu." Jawab Bu Rati.

Mereka pun melanjutkan pekerjaannya. Tradisi dan kekeluargaan di Kampung Merangi memang masih sangat kental. Terlihat ketika salah satu warga ada yang sedang punya hajatan. Saat diminta bantuan untuk datang kerumah, mereka langsung berbondong-bondong datang membantu. Meninggalkan pekerjaan di ladang mereka, dari pagi hingga larut, sampai semua pekerjaan dapur terselesaikan.

Bukan untuk imbalan, mereka melakukan ini dengan ikhlas, karena mereka menempatkan segala sesuatu pada posisinya. Mereka sadar suatu saat nanti pasti juga akan mengalami hal yang sama, yaitu menjadi tuan rumah hajatan. Dan biasanya, sebagai ucapan terimakasih, sang pemilik rumah akan memberikan timbal balik berupa sembako atau makanan yang diberikan kepada warga setelah semua acara selesai. Itulah tradisi Kampung Merangi.

*****

Malam itu suara musik terdengar cukup keras di sekitar rumah Pak Argo juga Pak Ratno. Beberapa warga masih disibukkan dengan sederet persiapan untuk acara minggu pagi. Ibu-ibu di dapur mempersiapkan makanan, sedangkan bapak-bapak di luar ada yang masih asyik mengobrol sambil menikmati secangkir kopi. Remaja kampung yang juga teman-teman Lintang itu terlihat asyik bermain PlayStation yang di bawanya dari kamar Lintang.

Sementara di tempat lain, Gendhis termenung sendirian duduk di depan cermin meja rias yang ada di kamarnya. Bu Sari membuka pintu kamar hendak mengajak putrinya makan malam. Bu sari sedikit heran melihat putrinya berwajah muram menjelang hari pertunangannya.

"Nduk... ada apa? Sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu. Apa... kamu lagi terngiang acara besok pagi jadi nggak bisa tidur ya?" Bu Sari tersenyum menggoda mendekati putrinya.

"Eh... Ibu... nggak kok Bu, Gendhis cuma sedang berfikir." Jawab Gendhis dengan suara lemah.

"Kamu mikirin apa Nduk?" Bu Sari penasaran.

"Gendhis merasa... apa tidak terlalu berlebihan?" Ucapannya terputus.

"Apanya yang berlebihan, Nduk?" Bu Sari masih belum mengerti.

"Ya, semuanya Ibu. Ayah dan Ibu bahkan tidak bertanya, Gendhis mau acara tunangan seperti apa." Nampak ada sedikit kekecewaan dari wajah cantiknya.

Bu Sari duduk di atas dipan tempat tidur putrinya.

"Gendhis, kenapa tiba-tiba kamu bicara seperti itu, Nduk? Apa yang membuat Gendhis tidak menyukai pesta ini?" Ucap Bu Sari mulai khawatir.

"Ibu... Bukannya Gendhis nggak suka." Jawab Gendhis.

"Lalu?" Bu Sari balik bertanya.

"Gendhis berterimakasih karena Bapak sama Ibu sudah mengadakan pesta pertunangan untuk Gendhis. Tapi... apakah harus semewah ini? Ini kan baru tunangan, Bu..." Jawab Gendhis.

Bu Sari membelai rambut panjang putrinya.

"Sayang... ini semua Pak Argo dan Nak Lintang yang mengurus. Bahkan Bapak sama Ibu ndak bisa menolaknya karena mereka bersi kukuh untuk tetap membuat pesta untuk kalian. Mulai dari acara, dekorasi, hiburan semua mereka yang atur." Ucap Bu Sari mencoba menenangkan Gendhis.

"Iya... tapi ibu sama bapak kan bisa tanya sama Gendhis dulu..." Ucap Gendhis.

"Gendhis... ibu minta maaf karena Ibu sama Bapak ndak sempet ngomong sama kamu, karena kami pikir, kamu akan suka dengan pesta ini." Jelas Bu Sari.

"Oh... Ibu... yang mau tunangan itu Gendhis kan Bu, Gendhis cuma nggak mau anggapan warga tentang keluarga kita jadi salah faham. Bagaimana jika mereka mengira kita memanfaatkan keluarga Pak Argo dengan kekayaan dan kebaikannya? Meskipun kita hidup dari keluarga yang sederhana, tapi bukan berarti kita harus menerima semua pemberian Pak Argo pada kita, Ibu..." Jelas Gendhis sambil memegang jemari ibunya.

Bu Sari terkejut dan berkata, "Memangnya ada Nduk yang bicara begitu? Siapa, Nduk?"

"Sudah lah bu, ndak penting juga siapa yang bilang. Toh memang kenyataan nya kita sudah menerima semua pemberian Pak Argo." Gendhis diam-diam masih memikirkan perkataan ibu-ibu siang tadi di dapurnya.

"Gendhis... ibu sama bapak minta maaf ya... karena tidak memberitahukan hal ini sebelumnya." Bu Sari nampak menyesal.

Gendhis hanya menganggukkan kepala.

"Ya sudah, sekarang makan dulu yuk..." Bu Sari mengajak putrinya.

"Tadi sore Gendhis sudah makan dan sekarang masih kenyang, Bu." Jawab Gendhis.

"Ya sudah, sekarang kamu tidur aja. Besok kan harus bangun pagi untuk persiapan." Kata Bu Sari.

Gendhis pun hanya menganggukkan kepalanya.

Bu Sari pergi meninggalkan Gendhis di kamarnya.

Dalam hati gadis itu berkata,

"Bapak, Ibu... kalian terlalu baik. Semua yang kalian berikan untuk ku baik, bahkan terlalu baik. Kalian pilihkan jodoh untuk ku, bahkan di saat aku belum pernah melihat isi dunia. Bagaimana tidak, kalian memilih jodoh untukku saat aku masih berumur delapan bulan dalam kandungan mu, Ibu... Jangankan bertanya padaku inginkan pesta pertunangan seperti apa, bahkan kalian pilihkan jodoh untuk ku tanpa bertanya apakah aku mau menikah dengan laki-laki itu? Syukurlah... laki-laki yang kalian pilih adalah lelaki yang baik, dan keluarga yang baik. Semoga aku tetap bisa menjadi putri kalian yang bisa selalu menuruti kehendak Bapak dan juga Ibu. Karena aku yakin... semua yang kalian lakukan semata-mata hanya demi kebahagiaan putrinya, hingga tak pernah terfikir orang akan berkata apa, asal melihat anak-anaknya bahagia, kalian pasti bahagia. Terimakasih Bapak... Ibu..."

Malam semakin larut. Udara dingin di puncak Sumbing menembus melalui celah jendela kamar yang sedikit masih terbuka. Suara alunan musik perlahan mulai melemah, mengantarkan jiwa-jiwa yang lelah setelah seharian berkutat dengan persiapan pesta pertunangan. Gendhis pun memejamkan kelopak matanya, seraya berdoa, semoga esok menjadi awal hari yang baik untuk hubungannya dengan Lintang, jodoh masa kecilnya yang sebentar lagi akan resmi menjadi tunangannya.

*****

Terpopuler

Comments

Maminya Nathania Bortum

Maminya Nathania Bortum

hadir lagi y utk memberi dukungan

2022-04-15

0

Wartini Wartini

Wartini Wartini

cus lanjut aja 👍👍👍

2022-03-03

1

Quensly

Quensly

halo kak aku mampir, sejauh ini alurnya bagus tapi ada satu masalah.

Aku mau kasih sedikit saran, bukannya menggurui atau apa. Tapi, agar PUEBBI nya makin bagus aja.

Habis percakapan itu sebaiknya pakai hurup kecil. Seperti di percakapan pertama yang ini.

"Kamu nggak keluar, Dis?" Tina, teman sebangku Gendhis.

Segitu aja sih saran dari ku, semangat ya kak.

2022-02-23

1

lihat semua
Episodes
1 Jalan Setapak di Puncak Sumbing
2 Sajadah Merah
3 Sepasang Cincin Tunangan
4 Pesta Tunangan Impian Para Gadis
5 Antara Gendhis dan Dewi Shinta
6 Lintang Vs. Ketua OSIS
7 Silancur Highland... I'm Coming
8 Strategi Cinta Sang Ketua OSIS
9 Menikmati Indahnya Sunrise yang Berujung Ucapan Cinta
10 Lintang Vs. Ketua OSIS Part. 2
11 Berita Penghianatan Gendhis jadi Trending Topik di Kampung
12 Sidang di Ruangan Pak Agung
13 Dilabrak Trio Centil
14 Kejujuran Berbuah Manis
15 Trio Centil Kembali Berulah
16 Permintaan Maaf Lintang
17 Calon Mantu Kesayangan
18 Kejutan untuk Kesayangan
19 Melepas demi Cita-citamu
20 Pantang Mundur
21 Malam Perpisahan
22 What's? Kita Pacaran???
23 Merayu Bu Alma
24 Selamat Datang Kak Gala
25 Libur Pesiar
26 Panggil Aku Sayang
27 Atur Strategi Mundur Teratur
28 Mulai Tergoda
29 Kebohongan Pertama
30 Cari Kesempatan
31 Berlabuh di Dua Hati
32 Gejolak Hati
33 3 S ~Sabarlah Sebentar Saja~
34 Lepas dari Jeratan
35 Menaklukkan Pandangan
36 Bidadari tak Bersayap
37 Ternyata Mas Dosen itu Kamu?
38 Kebohongan di Balik Tabir
39 Firasat
40 Seuntai Pesan untuk Kaum Hawa
41 Mas Lintang... Aku Datang
42 Aku ini Siapa Bagimu?
43 Kan Ku Hapus Air Matamu
44 My Little Gravity
45 Malam Akrab (Makrab)
46 Malam Akrab Part. 2
47 Jerat Cinta Si Gadis Kota
48 Undangan Keluarga
49 Memilih Tanggal dan Hari Baik
50 Khumairah
51 Siapa Lelaki itu?
52 Pertemuan Lintang dengan Gala
53 Jangan Tanya Kenapa
54 Istikharah Cinta
55 Upaca Siraman Jelang Midodareni
56 Malam Midodareni
57 Kenyataan Terpahit ketika Menjadi Jodoh Masa Kecilmu
58 Takdir Cinta untuk Cintaku
59 Ku Kembalikan Cincin dan Cintaku padamu
60 Pengantin Pengganti
61 Mawar di Tepi Jurang
62 Membuka Memori Lama
63 Persaingan Sehat... Dimulai...
64 Pertemuan tak Diduga
65 Prahara Hati
66 Cinderella dari Puncak Sumbing
67 Mencari Alasan
68 Dua Cinta Satu Gendhis
69 Menjemput Impian
70 Nepal Van Java
71 Mangli Sky View
72 Will You Marry Me
73 Tak Bisa Ke Lain Hati
74 Dilamar Kakak Adik
75 Ambil Hati Camer
76 Bimbang dan Ragu
77 Menanti yang tak Pasti
78 Banyu Langit
79 Ku Pinang Kau dengan Bismillah
80 Bukan Gadis Sempurna tapi Istimewa
81 Bertemu Calon Menantu
82 Antara Bahagia dan Duka
83 Tikungan tak Terduga
84 Aku Ikhlaskan Dia
85 Menjauh untuk Mendekat
86 Aku Bukan Jodohnya
87 Mencari Kebenaran
88 Dusta di Balas Dusta
89 Kembali Pulang
90 Ku Jemput Tulang Rusuk Ku
91 Subhanallah... Cantiknya
92 The First Night
93 Menunaikan Kewajiban
94 Bahagiamu, adalah Dukaku
95 Salah Faham
96 Permintaan Maaf Gendhis
97 Bersyukur Memilikimu
98 Menyelamatkan
99 Masih Tentang Gendhis
100 Kejutan Manis
101 Kabar Bahagia
102 Sambut Kedatangan Riko
103 Pertemuan
104 Pertunangan Riko
105 Jemput Shaza di Bandara
106 Kejadian Tak Terduga
107 Mencari Gendhis
108 Bingkisan Kecil
109 Hello
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Jalan Setapak di Puncak Sumbing
2
Sajadah Merah
3
Sepasang Cincin Tunangan
4
Pesta Tunangan Impian Para Gadis
5
Antara Gendhis dan Dewi Shinta
6
Lintang Vs. Ketua OSIS
7
Silancur Highland... I'm Coming
8
Strategi Cinta Sang Ketua OSIS
9
Menikmati Indahnya Sunrise yang Berujung Ucapan Cinta
10
Lintang Vs. Ketua OSIS Part. 2
11
Berita Penghianatan Gendhis jadi Trending Topik di Kampung
12
Sidang di Ruangan Pak Agung
13
Dilabrak Trio Centil
14
Kejujuran Berbuah Manis
15
Trio Centil Kembali Berulah
16
Permintaan Maaf Lintang
17
Calon Mantu Kesayangan
18
Kejutan untuk Kesayangan
19
Melepas demi Cita-citamu
20
Pantang Mundur
21
Malam Perpisahan
22
What's? Kita Pacaran???
23
Merayu Bu Alma
24
Selamat Datang Kak Gala
25
Libur Pesiar
26
Panggil Aku Sayang
27
Atur Strategi Mundur Teratur
28
Mulai Tergoda
29
Kebohongan Pertama
30
Cari Kesempatan
31
Berlabuh di Dua Hati
32
Gejolak Hati
33
3 S ~Sabarlah Sebentar Saja~
34
Lepas dari Jeratan
35
Menaklukkan Pandangan
36
Bidadari tak Bersayap
37
Ternyata Mas Dosen itu Kamu?
38
Kebohongan di Balik Tabir
39
Firasat
40
Seuntai Pesan untuk Kaum Hawa
41
Mas Lintang... Aku Datang
42
Aku ini Siapa Bagimu?
43
Kan Ku Hapus Air Matamu
44
My Little Gravity
45
Malam Akrab (Makrab)
46
Malam Akrab Part. 2
47
Jerat Cinta Si Gadis Kota
48
Undangan Keluarga
49
Memilih Tanggal dan Hari Baik
50
Khumairah
51
Siapa Lelaki itu?
52
Pertemuan Lintang dengan Gala
53
Jangan Tanya Kenapa
54
Istikharah Cinta
55
Upaca Siraman Jelang Midodareni
56
Malam Midodareni
57
Kenyataan Terpahit ketika Menjadi Jodoh Masa Kecilmu
58
Takdir Cinta untuk Cintaku
59
Ku Kembalikan Cincin dan Cintaku padamu
60
Pengantin Pengganti
61
Mawar di Tepi Jurang
62
Membuka Memori Lama
63
Persaingan Sehat... Dimulai...
64
Pertemuan tak Diduga
65
Prahara Hati
66
Cinderella dari Puncak Sumbing
67
Mencari Alasan
68
Dua Cinta Satu Gendhis
69
Menjemput Impian
70
Nepal Van Java
71
Mangli Sky View
72
Will You Marry Me
73
Tak Bisa Ke Lain Hati
74
Dilamar Kakak Adik
75
Ambil Hati Camer
76
Bimbang dan Ragu
77
Menanti yang tak Pasti
78
Banyu Langit
79
Ku Pinang Kau dengan Bismillah
80
Bukan Gadis Sempurna tapi Istimewa
81
Bertemu Calon Menantu
82
Antara Bahagia dan Duka
83
Tikungan tak Terduga
84
Aku Ikhlaskan Dia
85
Menjauh untuk Mendekat
86
Aku Bukan Jodohnya
87
Mencari Kebenaran
88
Dusta di Balas Dusta
89
Kembali Pulang
90
Ku Jemput Tulang Rusuk Ku
91
Subhanallah... Cantiknya
92
The First Night
93
Menunaikan Kewajiban
94
Bahagiamu, adalah Dukaku
95
Salah Faham
96
Permintaan Maaf Gendhis
97
Bersyukur Memilikimu
98
Menyelamatkan
99
Masih Tentang Gendhis
100
Kejutan Manis
101
Kabar Bahagia
102
Sambut Kedatangan Riko
103
Pertemuan
104
Pertunangan Riko
105
Jemput Shaza di Bandara
106
Kejadian Tak Terduga
107
Mencari Gendhis
108
Bingkisan Kecil
109
Hello

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!