Lantunan musik yang begitu indah dan mellow mulai mengiringi dan menemani perjalanan Zen dan kak Kai menuju suatu tempat. Bukan jalan arah pulang ke appartment. Melainkan ke suatu tempat yang lain.
"Musiknya sungguh membuatku mengantuk!" celutuk Zen yang kemudian menyandarkan kepalanya pada kursinya dengan posisi santai. Kedua tangannya saling disilangkan di depan dadanya, sementara sepasang matanya kini mulai terpejam.
"Ini adalah lagumu, Zen!" kak Kai menyauti dengan tersenyum samar, "Apa kau juga melupakan karyamu?" imbuhnya dengan tawa kecil.
"Hhm? Benar sekali! Aku tidak mengingatnya ..." sahut Zen dengan intonasi yang sedikit menurun.
"Huft ..." kak Kai menghembuskan nafas kasarnya ke udara. "Bagaimana kuliah hari ini?"
"Lumayan menyenangkan ... Aku juga merindukan masa kuliah kok." sahut Zen dengan jujur.
"Tidak terjadi masalah di kampus kan?" kini kak Kai sedikit melirik Zen yang masih memejamkan matanya.
"Tidak ada ... Aku bahkan tidak mengenal banyak dari mereka."
"Syukurlah. Kakak takut kau akan sedikit kesulitan."
"Mulai sekarang jangan terlalu mengkhawatirkan aku deh ..."
"Tetap saja kakak akan selalu khawatir padamu donk. Kau adalah tanggung jawab kakak sepenuhnya."
"Aku bukan anak-anak! Jadi jangan berlebihan!"
"Karena kau seorang Idol! Dan kakak yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadapmu!"
"Huft ... Baik! Baik! Terserah saja!" kini Zen mulai meraih ponselnya dari saku jaketnya. Jemarinya yang begitu indah mulai mengusap benda pilih itu.
Dia membuka sebuah social media dan mengetik sesuatu di dalam kolom pencarian. Entah kenapa tiba-tiba saja dia mulai teringat dengan istri dan kedua anak kembarnya yang kini berusia 2 tahun.
Zen mulai berseluncur untuk melihat social media milik istrinya. Post terakhir adalah masih satu bulan yang lalu. Yaitu foto bersama dia, istri dan kedua anak kembarnya.
Huft ... Apakah saat ini dia juga masih bersedih? Maafkan aku istriku Yuna ... Aku belum bisa mengunjungimu saat ini. Tapi aku akan segera pergi untuk melihatmu. Tolong bersabarlah sedikit.
Batin Zen yang mulai memperlihatkan wajah sedihnya tanpa dia sadari.
"Zen. Kau baik-baik saja?" ucap kak Kai yang membuyarkan angan Zen. "Kau sedang lihat apa?" imbuhnya sedikit melirik Zen lagi.
Dengan cepat Zen segera menyimpan ponselnya kembali dan berusaha untuk bersikap wajar. Pandangannya menatap sekitar, menatap gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi kota Beijing.
"Kota yang menakjubkan!" ucap Zen mengalihkan pembicaraan.
"Yeap. Kau benar! Beijing memang begitu menakjubkan!" kak Kai menyauti tanpa merasa curiga sedikitpun. "Zen ..."
"Hhm ..."
"Soal kekasih ... Aku harap kau benar-benar tidak sedang menjalin ikatan dengan seorang gadis manapun." ucap kak Kai pelan.
"Memang kenapa?" Zen mengernyitkan keningnya menatap pria berkacamata yang duduk di sebelahnya itu.
"Karena seorang Idol tidak diperbolehkan untuk berpacaran."
"Haa? Apa? Kehidupan macam apa itu?!" celutuk Zen sidikit tak terima. Matanya membulat menatap kak Kai dengan rasa tak percaya. Peraturan macam apa itu?! Hingga membatasi masalah pribadi seperti itu ...
"Tentu saja itu adalah salah satu peraturan perjanjian dalam kontrak kerja." sahut kak Kai pelan. "Di dunia artis ada larangan untuk berpacaran, karena bisa menghilangkan pamor. Selain khawatir akan menjadi pemicu perang antar fansmu, itu juga akan sangat merugikan perusahaan dan negara." jelas kak Kai yang masih fokus mengemudikan Ferrary merah menyala itu yang sedari tadi membelah jalanan kota yang cukup ramai dengan lalu lalang mobil.
"Peraturan macam apa itu sampai mengekang kehidupan pribadi seperti itu?!" Zen kembali mendengus dengan kesal dan sedikit tidak terima.
Kak Kai hanya tersenyum tipis sambil sedikit melirik Zen. "Bukankah selama ini kau tidak ada masalah dengan semua peraturan itu?" ucap pria berkacamata itu menggoda Zen dengan nada jenaka.
"Kalau punya istri boleh nggak?" celutuk Zen asal, namun sebenarnya dia hanya sedang merasa sedikit kesal.
"Kekasih saja tidak boleh! Apalagi seorang istri!" kini kak Kai sedikit tertawa mendengar celoteh dari artisnya itu. "Lagian kamu masih terlalu muda untuk menikah. Masih sangat jauh perjalananmu, Zen! Sebaiknya kau fokus dan kejar mimpimu dulu saja! Soal wanita ... Mereka akan datang saat kau siap nanti."
Masih terlalu muda? Apa kau sedang bercanda, Bocah? Aku ini malah sudah punya seorang istri! Bahkan aku sudah memiliki baby twins yang sungguh sangat menggemaskan.
Batin Zen yang menatap kak Kai dengan sedikit kesal. Sesekali Zen mendengus kesal lalu kembali memperhatikan gedung-gedung di sepanjang jalan, "Sekarang kita mau kemana lagi?" celutuknya.
"Hari ini akan ada pemotretan untuk sebuah brand pakaian pria."
"Pemotretan lagi?"
"Yeap. Setelah itu kau harus menghadiri sebuah acara talk show."
Zen terihat begitu shock mendengarkan jadwal padat dari bocah yang saat ini menjadi cangkang dari jiwanya. Matanya membelalak dan mulutnya sedikit menganga menatap kak Kai.
"Aiiishh! Banyak sekali schedule-nya! Kapan selesainya hingga aku bisa terbang ke Yokohama?!" celutuk Zen dengan kesal lalu menatap gedung-gedung di sebelahnya lagi.
Ternyata bocah ini hebat juga ya. Selama ini bisa melakukan semua pekerjaannya dengan baik. Namun mengapa dia begitu rapuh hingga ingin bunuh diri?
Batin Zen yang masih menatap gedung-gedung di sampingnya yang telah dilaluinya.
...⚜⚜⚜...
20 menit kemudian sebuah Ferrary merah menyala mulai terparkir di depan sebuah gedung mewah yang cukup luas dengan bangunan 20 lantai. Di depan bangunan itu terpampang besar nama dari butik besar tersebut, Andrew Fashions.
Selain dijadikan sebagai butik utama, tempat ini juga digunakan untuk semua kegiatan yang bersangkutan dalam proses produksi brand-brand Andrew Fashions. Mulai dari gudang kain yang baru datang, penjahitan, foto shoot, hingga penjualan. Hanya saja gedungnya-gedungnya sedikit terpisah, hingga menjadi beberapa blok. Mereka memakai sekitar 30 blok dan 20 lantai. Wow!! Amazing!!
Ada beberapa cabang butik ini di beberapa daerah di China, dan juga ada yang di eksport.
Seorang pria muda yang sangat tampan, dengan gaya casual namun sangat bersinar kini terlihat turun dari sebuah Ferrary merah menyala itu.
Sementara dari sisi lainnya, seorang pria yang terbilang masih cukup muda juga, dengan memakai setelan jaz yang begitu rapi dan memakai kacamata minusnya mulai turun dari Ferrary merah menyala itu. Dia mententeng sebuah tas pipih pada tangan kanannya.
Pria yang tak lain adalah Zen dan kak Kai itu mulai melenggang memasuki gedung mewah itu. Keduanya disambut hangat oleh karyawan-karyawan Andrew Fashions.
Kak Kai berjalan sedikit di depan Zen, sementara Zen terus mengikutinya di belakangnya. Kini mereka sudah sampai di depan sebuah lift VIP yang hanya bisa digunakan oleh orang-orang tertentu saja.
Kak Kai mulai mengambil sesuatu dari dalam kantong kemejanya. Sebuah card berwarna gold, dan sepertinya itu adalah sebuah card untuk akses menggunakan lift itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 365 Episodes
Comments
ℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥ 𝙹𝙸𝙽 ◌ᷟ⑅⃝ͩ●
woy visualnya ga kalah keren dr Jinn
2024-09-17
0
ℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥ 𝙹𝙸𝙽 ◌ᷟ⑅⃝ͩ●
wkekekek parah memang hidupnya yang sekarang bang Kagami
2024-09-17
0
ℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥ 𝙹𝙸𝙽 ◌ᷟ⑅⃝ͩ●
aturan klise! dunia entertainment selalu memaksa laki2 secara tdk langsung mematikan jiwa kelelakiannya!
2024-09-17
0