"Papa...." Vaola menangis dalam pelukan Roby, Vaola tidak menyangka jika ayahnya akan datang secepat ini.
"Kita akan kembali ke Inggris sekarang, papa akan membawa mu ke rumah sakit hebat." Ucap Roby dengan terburu-buru.
"Papa... Aku baik-baik saja, aku ingin disini. Aku mohon...." Pinta Vaola dengan memegang tangan Roby yang langsung terdiam beberapa saat.
"Tidak, kau harus di rawat oleh dokter terbaik! ayah tidak bisa menjamin nya jika kau ada disini." Paksa Roby.
"Maafkan saya tuan, saya dokter Theo. Kebetulan saya dokter yang melakukan pemindahan dari Jepang kemari, jika anda berkenan maka biarkan saya yang merawat nona Vaola." Ucap dokter Theo dengan tersenyum kecil.
"Kau dokter dari Jepang?" Tanya Roby untuk memastikan.
"Ya tuan, saya dokter jantung." Angguk Theo dengan sungguh-sungguh.
"Ayah dengar? aku akan tetap disini, aku harap ayah mengerti...." Ucap Vaola dengan penuh harap.
"Hhh baiklah, tapi ayah akan tetap memantau kondisi kesehatan mu." Pasrah Roby.
"Terimakasih ayah..." Senyum Vaola dengan begitu tulus.
"Ahh iya, mereka adalah teman sekaligus orang terdekat ku ayah. Dia Lolita, sahabat ku. Dan itu, bibi Ana dan paman Alif." Jelas Vaola pada mereka yang langsung menundukkan kepalanya.
"Terimakasih karena sudah berada di samping putri saya.." Ucap Roby dengan tersenyum hangat.
"Sama-sama tuan." Kompak mereka.
"Di mana kau tinggal? ayah akan menyiapkan penthouse yang besar untuk mu tinggali."
"Ehh tidak usah ayah, aku tidak ingin penthouse atau mansion lagi. Aku sudah punya rumah..." Cegah Vaola.
"No! jika kau ingin disini maka harus dengarkan apa kata ayah!"
"Tap..."
"Tidak ada tapi tapian, atau jika tidak? kau ikut pulang bersama ayah...."
"Ahh baiklah...." Pasrah Vaola dengan menghembuskan nafas berat.
Sepeninggal nya Roby, Lolita mencolek tangan Vaola hingga membuat wanita itu menatapnya heran.
"Ada apa?"
"Itu, tadi ayah mu?" Tanya Lolita untuk memastikan.
"Ya." Angguk Vaola.
"Ganteng La!! gilaaaaa!! gimana kalo aku jadi mama tiri mu?" Goda Lolita membuat Vaola melotot.
"Sembarangan!" Ketus Vaola membuat Lolita terkikik geli.
"Nona, apa ayah nona belum tahu jika nona..." Tanya Ana yang langsung mendapatkan pelototan dari Vaola.
"Sutt, jangan berisik bibi. Di depan pasti banyak pengawal papa." Potong Vaola membuat Ana langsung menutup mulutnya.
"Maaf nona, saya tidak sengaja."
"Tidak apa-apa, sebaiknya jangan katakan hal seperti itu saat ini. toh sebentar lagi aku akan berpisah dengan nya." Gumam Vaola dengan memejamkan matanya.
"Apa maksudmu?" Kaget Lolita.
"....." Namun Vaola hanya diam, Lolita melirik Ana yang hanya menggelengkan kepalanya saja. Mereka berpikir bahwa ini ada hubungannya dengan sakit Vaola yang kambuh.
•••
Pagi ini Lolita harus menjaga toko bunga, sedangkan Ana dan Alif harus kembali untuk membersihkan rumah. Jadi nya Vaola hanya seorang diri disini, dia menatap luar jendela yang nampak cuaca yang cerah.
"Permisi..." Sapa dokter Theo dengan tersenyum manis pada Vaola yang ikut tersenyum.
"Sudah mulai membaik? mau jalan-jalan?" Tawar dokter Theo dengan memeriksa kondisi tubuh Vaola.
"Ehh bolehkah?" Tanya Vaola dengan mata yang berbinar.
"Tentu." Angguk Theo dengan tersenyum dan membantu Vaola untuk duduk di kursi roda.
Dengan penuh kesabaran, dokter Theo membawa Vaola ke arah taman yang nampak banyak pasien yang sedang berjemur. Banyak para suster yang menyapa dokter Theo dan semuanya kompak melirik Vaola yang memang menjadi pasien utama nya.
"Ehh, apakah di wajah saya ada sesuatu dok? kenapa mereka terus melihat ke arah saya?" Heran Vaola dengan mendongakkan kepalanya untuk menatap dokter Theo dari bawah.
Dokter Theo yang melihat Vaola seperti itu hanya terkekeh kemudian mengetuk kening nya agar tidak mendongak lagi.
"Tidak ada, kau sangat cantik meskipun belum mandi." Balas dokter Theo dengan terkekeh.
Blush
Vaola memerah mendengar ucapan dokter Theo yang memang benar adanya bahwa dirinya belum mandi, dan lagi dia belum melihat wajahnya sejak kemarin. Apa memang ada yang salah dengan wajahnya?
"Ahh dokter...... Bisa pinjamkan saya cermin? saya benar-benar tak nyaman sebelum melihat wajah saya." Rengek Vaola.
"Bagaimana jika kamera ponsel? saya tidak punya cermin." Ucap dokter Theo dengan memberikan ponselnya pada Vaola yang langsung menerima nya.
"Tidak apa-apa." Angguk Vaola dan segera melihat wajahnya, tidak ada yang salah. Hanya bibirnya saja yang terlihat pucat dan matanya yang nampak sayu.
"Kan saya sudah bilang bahwa anda masih terlihat cantik." Ucap dokter Theo dengan duduk di kursi dan Vaola yang ada di depannya.
"Kan saya hanya memastikan nya saja dokter." Cemberut Vaola dengan memberikan ponselnya.
"Baiklah baiklah.... Apa dada mu sudah mulai membaik?" Tanya nya dengan kembali memeriksa denyut nadi Vaola.
"Ya, tapi masih terasa nyeri sedikit...."
"Tuan Roby bilang anda akan secepatnya melakukan transplantasi jantung, karena kondisi anda akan semakin sakit kedepannya...." Jelas dokter Theo dengan menatap Vaola yang mendadak diam.
"Sebenarnya saya selalu menolak untuk melakukan nya dokter, bukan karena apa tapi karena saya tahu.... Donor jantung yang cocok untuk saya sangat langka, sudah banyak sekali jantung yang berhasil papa dapatkan namun semuanya tidak pernah cocok. Hingga sampai sekarang papa masih terus mencari...." Jelas Vaola dengan tersenyum ketir.
"Ya, saya sudah mendengar nya. Tapi, percayalah.... Papa anda pasti ingin anda kembali sehat seperti semula tanpa adanya keluhan apapun, jadi.... Jangan mengecewakan nya oke?" Senyum Theo dengan mengelus rambut Vaola yang ikut tersenyum.
"Tentu, terimakasih dokter.... Tapi saya lapar." Keluh nya dengan mengelus perutnya, hal tersebut membuat dokter Theo memalingkan wajahnya dengan terkekeh.
"Baiklah tuan putri, mari kita kembali..."
"Ehh tidak tidak!! saya ingin makan disini saja dok, bisa kan?" Pinta Vaola yang lagi-lagi membuat dokter Theo mengangguk saja.
"Baiklah.."
Sepergi nya dokter Theo, Vaola hanya bisa menundukkan kepalanya. Sebenarnya dada Vaola terasa sakit terus-terusan hanya saja dia tidak ingin jika mereka mengetahui kondisi nya yang sekarang, akhirnya Vaola memilih untuk memendamnya saja dan mengatakan bahwa hanya sedikit nyeri.
"Hei kau!" Panggil seseorang dengan melemparkan sesuatu pada Vaola.
"Ehh?" Vaola merasakan cangkang kacang di rambutnya, dia melihat ke arah laki-laki yang sedang duduk di kursi roda juga dengan kaki yang di perban.
"Apa kau sakit juga?" Tanya nya dengan mendekati Vaola dengan menggerakkan sendiri kursi roda nya.
"Apa kau tidak melihatnya?" Tanya nya dengan mendengus kesal.
"Tidak, kau nampak baik-baik saja. Apa kau berbohong?" Tanya nya dengan penuh selidik, sebelah kakinya ia naikan ke atas kursi dan sebelahnya lagi masih berada di tempat karena memang itu yang terluka.
"....." Vaola hanya diam tak menanggapi nya, siapa juga mau berurusan dengan laki-laki tak jelas seperti nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
happy oktavia
hmmm... vaola ada yg nggangguin? siap2 ngadepin pengawalnya 😅😅
2022-02-25
2
happy oktavia
haaiiissshh.. 😍😍
2022-02-25
1
happy oktavia
eheeemmm💞💞💞
2022-02-25
1