Selamat membaca. . .
New York, Amerika Serikat.
Seorang pria tampan dengan setelan abu - abu tengah berdiri menatap pemandangan kota New York dari jendela ruang kerjanya. Ruangan kerja itu di dominasi warna hitam dan abu - abu sesuai dengan sikapnya yang dingin.
George Goldsmith, dialah pria itu. George adalah CEO Goldsmith Company yang begitu digemari banyak wanita karena wajah nya yang tampan dan kekayaan yang berlimpah. Tampan dan kaya membuat pria itu terlihat sempurna. Tidak heran banyak wanita tergila - gila padanya. Bahkan banyak dari mereka rela melakukan apa saja hanya untuk dekat dengan George. Tetapi sesungguhnya George Goldsmith terlalu sulit untuk didekati. Semua wanita yang pernah berhubungan dengan George hanyalah sebatas pemuas nafsunya. Tidak ada yang benar-benar memiliki hubungan serius dengannya kecuali satu wanita di masa lalu.
"Selamat pagi tuan George." sapa Steve, sekretaris pribadinya ketika ia masuk ke ruang kerja George. "Nyonya Grace berada disini."
Steve Challen adalah sekretaris George yang sudah bekerja selama tiga tahun. Pria itu selalu membantu George tanpa mengeluh. Dia tahu bahwa pekerjaan tersulit dalam hidupnya adalah melayani bos yang dingin seperti George Goldsmith. Tetap karena merasa tertantang, Steve mengabaikan semuanya lalu dengan begitu setia mengabdikan diri, melakukan semua pekerjaan yang perintahkan bosnya.
"Hai mom. Kau disini. Senang bertemu denganmu. Apa kabar?" George memeluk erat Grace seperti yang biasa ia lakukan. Sudah cukup lama ibu dan anak itu tidak bertemu. Tinggal dalam satu kota tidak menjamin bisa bertemu setiap hari. Terlebih saat George memilih tinggal di apartemen nya ketimbang tinggal di mansion mewah milik keluarga Goldsmith. Di tambah lagi dengan pekerjaan George sebagai CEO yang menuntut dia bekerja lebih keras dari pada siapa pun. Waktu untuk keluarga pun seolah telah lenyap.
"Aku rasa kau sudah melupakanku." desis Grace.
Seberkas perasaan bersalah menghunjam George. Sudah empat bulan tepatnya ia tak bertemu dengan ibunya. Bahkan untuk menelepon pun tidak. George mendesah. "Tidak sekalipun aku melupakan mu mom. Hanya akhir - akhir ini pekerjaan ku sangat banyak. Maaf aku belum sempat mengunjungi mu. Duduklah," pinta George.
"Kau selalu saja begitu. Bisakah kau mengurangi kesibukanmu?" ucap wanita itu selagi duduk di sofa.
George menarik napas panjang. "Aku tidak yakin tentang itu. Yang aku tahu aku punya tanggung jawab besar yang harus aku jaga. Ribuan orang bergantung padaku, mom. Aku harus bekerja dan menjaga perusahaan kita agar terus mendapatkan keuntungan." kata George panjang lebar. "Aku yakin kau datang kesini bukan untuk membahas itu. Jadi, ada apa sebenarnya?" lanjut pria itu.
"Baiklah, aku langsung saja. George, kau tahu mom tidak pernah meminta apa - apa darimu kan." ucap Grace lembut.
Selagi mengambil posisi duduk di depan Grace, George mengamati wajah wanita itu yang tampak begitu serius. George mengangguk menyetujui perkataan Grace barusan.
"George, aku ingin kau segera menikah."
"Oh mom, ku mohon jangan bahas masalah itu lagi. Aku tidak ingin berdebat." kata George malas.
"Kau tidak perlu berdebat George. Kau hanya perlu menuruti permintaan mom."
"Ayolah mom. Aku bisa memenuhi permintaanmu, tetapi jangan yang itu."
Pernikahan bukan hal yang baru dibahas oleh George dan Grace. Sejak tahun lalu ibunya selalu bertanya kapan pria itu menikah. Tetapi hingga detik ini George seperti tidak mengindahkan ucapan ibunya itu.
"Mengapa tidak bisa, George? Apa karena kau masih belum bisa melupakan Nicole?"
"Demi Tuhan mom, please jangan mencampuri urusan pribadiku." George mengerang frustasi.
"Kali ini harus George. Maafkan aku, tetapi kali ini aku harus ikut campur dalam masalah pribadimu." ucap Grace penuh penekanan.
Nada suara ibunya yang seperti itu selalu bisa memengaruhi George. Nada suara itu mengandung banyak arti seperti perhatian, kepedulian dan kasih sayang.
"Oh mom, aku tahu kau begitu karena kau menyayangiku. Tetapi sekali lagi please, jangan memaksakan sesuatu yang tidak mungkin. Aku pria bebas, independen dan yang terpenting aku tidak menyukai kerumitan dalam hidup, terutama dalam hal pernikahan, jadi..."
"Lupakan gagasanmu tentang pria bebas." serah Grace cepat dengan nada jengkel dalam suaranya. "Aku tidak peduli. Sebaiknya kau cepat membawa calon istri karena jika tidak bersiaplah dengan perjodohan."
Mata George terbelalak. "Apa?" katanya tak percaya. "Ayolah mom. Jaman apa ini?Perjodohan itu kuno."
"Kalau begitu segera bawa calon istrimu. Bulan depan aku membuat pesta perayaan ulang tahunku. Bawalah pasanganmu di pesta ku itu."
"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Kau tahu persis aku tidak memiliki kekasih. Demi Tuhan, permintaanmu ini membuat ku gila."
"Bagaimana dengan Valeri? Aku rasa dia menyukaimu." ucap Grace sambil tersenyum.
"Hentikan keinginanmu menjodohkan ku, mom. Jangan membuang waktumu." George memberi saran.
Grace melambaikan tangan untuk membuat George diam. "Maaf sayang, tetapi kali ini aku akan memaksamu. Apapun akan aku lakukan agar kau bisa menikah."
Ada jeda panjang.
Mata Grace mendadak berkaca - kaca. "Aku mohon George, turutilah permintaan ku ini."
George tidak bisa melihat ibunya menangis. Setelah menarik napas dalam - dalam George berkata, "Kalau begitu katakan padaku alasan sebenarnya mengapa aku harus menikah? Aku yakin pasti ada hal lain yang membuatmu memaksa ku seperti ini."
"Kau sudah tiga puluh tahun."
"Itu bukan alasan, mom."
"Ketahuilah, itu hanya salah satu alasan. Alasan yang lain adalah ini." Grace memberikan sebuah amplop berwarna putih.
Ketika George membuka amplop itu, Grace menjelaskan, "Itu adalah hasil pemeriksaaan ku, George. Ada penyempitan pembuluh darah dibagian arteri karotis." Grace mendesah pelan. "Beberapa minggu lalu aku terserang sakit kepala yang luar biasa dan tubuhku merasa sangat lemas. Dokter Alex Thompson menyarankan ku untuk melakukan pemeriksaaan lebih lanjut dirumah sakit."
Selagi mendengarkan penjelasan Grace, George memperhatikan keadaan ibunya itu. Sadarlah George bahwa ibunya tampak pucat dan lebih kurus dibanding terakhir kali mereka bertemu.
"Aku turut menyesal, mom. Jadi, apa kau harus di operasi?"
"Ya, Operasi pembedahan arteri karotis. Tetapi sebelum aku di operasi, aku ingin melihat mu menikah. Atau setidaknya aku tahu kau sudah memiliki kekasih yang baik dan siap mengurusmu."
George menelan ludah dengan susah payah. "Mom, menikah dan operasi jelas dua hal yang berbeda. Dan itu sungguh tidak berkaitan."
"Dengarkan baik - baik. Bagimu itu mungkin tidak berkaitan. Tetapi tidak bagiku. Jika terjadi sesuatu yang buruk padaku aku ingin ada seseorang yang merawat dan menjagamu. Kau butuh teman hidup, George."
Kata - kata ibunya sontak membuat George shock. "Tidak akan terjadi apa - apa padamu mom, tenanglah!"
"Aku harap begitu, tetapi aku hanya ingin berjaga-jaga jika seandainya operasi itu tidak berhasil, aku ingin..."
"Hentikan mom." desis George. "Aku yakin semua akan baik - baik saja. Aku akan mencari dokter spesialis terbaik untuk operasi mu."
"Kau tidak perlu repot - repot. Kau pikir aku tidak bisa melakukan nya?"
George mengangguk membenarkan. "Baiklah, kapan operasi nya dilakukan?"
"Bulan depan setelah ulang tahunku. Karena itu aku ingin melihat calon istri mu sebelum aku di operasi. Ku mohon George, penuhilah permintaan wanita tua ini." pinta Grace.
"Baiklah," Ucap George dengan berat hati.
Puas dengan jawaban George, Grace menyungingkan senyum lebarnya.
"Terima kasih, sayang." ucap Grace bahagia.
Dari ambang pintu Steve berdeham lalu berkata, "Permisi tuan, sudah saatnya anda berangkat."
"Oh, ku rasa aku juga harus pergi. Tolong jaga kesehatan mu, nak." Grace kembali memeluk George.
"Kau juga. Aku akan ke Indonesia selama beberapa hari. Setelah itu aku akan langsung menemuimu. Aku harap aku tidak lagi sendirian saat mengunjungi mu." kata George serius.
Ya, George berharap kata - katanya dapat terwujud dengan sebuah keajaiban meski ia sendiri meragukannya.
"Aku pun berharap yang sama." ucap Grace, menutup pembicaraan.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Hai kakak - kakak.
Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca novel ini.
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya 😊😊
Like, comment and vote 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Sintia Dewi
yahh kirain gk esek2 ma wanita lain...hilang respek gw ama lu gorg
2022-10-13
0
kopi pahit
kek nya bkaln ktemu mira di indonesia nh,,,
2020-09-14
0
Mutmainnah
lanjut, suka suka suka
2020-08-23
0