BAB I

Selamat membaca . . .

    Jumat, minggu terakhir di bulan januari, adalah hari yang sibuk bagi Miranda Starlin. Selain harus ke kantor, wanita itu juga harus pergi ke Star departemen store mengurus pesanan Nona Luna, salah satu pelanggan VIP departemen store tempat dia bekerja. Sebagai seorang manager marketing, Miranda selalu mengutamakan kepuasan pelanggan untuk meningkatkan penjualan.

Hari ini Miranda tidak membawa mobil. Kendaraan yang diberikan perusahaan untuknya harus di service  di bengkel. Taksi adalah transportasi terbaik untuk aktivitas nya yang yang padat.

Waktu menunjukan pukul sepuluh pagi ketika Miranda berada di depan Star Departemen Store. Setelah membayar taksi, Mira berhenti sebentar di area parkir, memandang langit yang cerah, menarik napas dalam - dalam lalu berkata dengan penuh semangat, "Saatnya bekerja."

Setelah tiba di departemen store, Mira memanggil beberapa kepala counter untuk berkumpul di sebuah ruangan yang cukup besar, ruangan yang disediakan khusus untuk para pelanggan VIP.

"Setelah makan siang, Nona Luna akan datang kesini. Siapkan koleksi pakaian merek Armand yang terbaru. Ingat, nona Luna sensitif dengan ukuran pakaiannya. Jadi, pastikan pakaiannya sesuai dengan ukuran tubuhnya. Ukuran pakaiannya small, tapi dia benci jika pakaiannya terlalu pendek. Jadi, lewatkan pakaian yang terlalu pendek. Mengerti ?" Kata Mira pada Bella, kepala counter Armand brand.

"Baik Bu." Jawab Bella.

"Untuk tas nya, tunjukan koleksi merek Golds. Mereka sudah mengirimkan koleksi terbaru kemarin. Tunggu dulu, dimana Sintia ?" Tanya Mira pada kedua kepala counter itu.

"Dia tidak ada disini."Jawab Dona.

"Kenapa ? Apa dia sakit ?"

"Tidak. Apa kau tidak mendengar kabar terbaru tentang dia?"

"Tidak." Ucap Mira sambil berpikir.

Dona menggelengkan kepalanya."Wanita itu sudah mengundurkan diri."

"Bella, kau boleh pergi." Ucap Mira sebelum menjatuhkan dirinya di atas sofa berwarna merah di ruangan itu.

"Benarkah? Kenapa? Apa karena promosi ini ?" Lanjut Mira.

"Bukan salahmu jika kau yang dipromosikan terlebih dahulu. Lagi pula dia berhenti bukan karena itu. Dia akan segera menikah."

Miranda, Sintia dan Dona mulai bekerja di tahun yang sama. Sintia begitu mendambakan posisi sebagai manager, tetapi faktanya Miranda lah yang terpilih. Setelah itu, telah tercipta jarak antara keduanya meski selama enam tahun ini mereka bersahabat baik.

Miranda tersenyum kaku. "Baiklah, kalau begitu, tolong kau urus tas dan sepatunya. Tunjukan saja semua koleksi terbaru merek Golds padanya. Apa kau bisa ?"

Dona menarik napas dalam - dalam. "Kapan wanita bar - bar itu datang?"

"Jangan berkata begitu. Dia adalah pelanggan VIP kita. Dan aku yakin kau akan melakukan yang terbaik untuk nya. Jadi, jangan mengeluh."

Dona cemberut. "Emosi wanita itu menyiksaku. Jam berapa dia kesini?" tanya Dona.

Mira tersenyum. "Setelah jam makan siang. Kau masih memiliki banyak waktu untuk melatih kesabaranmu." jawab Mira.

"Ya, aku akan melakukannya. Tetapi kau harus menangani penyambutan di pintu. Belakangan ini banyak pengeluhan tentang itu." Ucap Dona sambil berlalu meninggalkan Mira.

Mira hanya mengangguk setuju karena rasanya tidak ada gunanya ia membuka mulut dan bersuara karena Dona telah hilang dalam pandangan matanya hanya dalam waktu sekejap.

***

    Malam sudah menyambut Mira ketika wanita itu selesai bekerja. Mira mendesah pelan untuk melepaskan  kelelahan nya. Setelah itu ia mengambil ponsel dari dalam tas nya lalu menelepon.

"Hallo sayang. Aku sudah selesai bekerja. Dimana kamu ?"

"Aku masih di jalan. Kita bertemu di cafe X saja."

"Baiklah, aku kesana sekarang. Aku . . ."

"Kalau begitu sampai jumpa disana." Ucap Dion cepat lalu memutuskan sambungan telepon.

Tak butuh waktu lama bagi Mira untuk berada di cafe X. Lokasi cafe itu hanya beberapa meter dari departemen store tempat ia bekerja.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Dion menampakkan batang hidungnya. "Di sini." Ucap Mira sambil melambaikan tangannya ke arah pria itu.

Dion berjalan menghampiri Mira. Ketika pria itu menarik kursi untuk duduk, Mira bertanya. "Kamu mau pesan apa?" Wanita itu tampak sibuk melihat buku menu makanan.

"Tidak perlu. Aku tidak akan lama disini." jawab Dion singkat.

Mira menegakkan tubuhnya dan memandang serius. Wajah kekasihnya itu tampak muram. "Ada apa? Ada terjadi sesuatu?" tanya Mira lembut.

Ketika tatapan mereka bertemu, dengan tegas Dion berkata, "Mari kita putus. Aku ingin hubungan kita berakhir disini saja. Jangan hubungi aku lagi."

Wajah Mira menegang. "Sayang jangan bercanda. Itu tidak lucu."

"Aku tidak bercanda. Aku serius. Aku ingin kita putus, Mira." Nada suara Dion datar dan tegas.

Seperti tersengat listrik, hati Mira bergejolak tak karuan. "Tetapi mengapa? Mengapa tiba - tiba ingin putus ? Apa aku melakukan kesalahan ?" kata Mira terbata karena mulai menangis.

"Tidak." ucap Dion. "Ini bukan salahmu. Maafkan aku, ini juga berat untukku, tetapi... "

"Jika berat kenapa harus putus ?" Ucap Mira dengan nada suara meninggi.

"Maaf, aku tidak bisa lagi bersamamu karena aku akan menikah. Itulah alasan kenapa kita harus putus."

Mira tidak pernah membayangkan hubungan cintanya selama enam tahun dengan Dion harus berakhir dengan cara seperti ini.

Sedari awal pembicaraan mereka, Dion sudah melihat wajah Mira berubah menegang karena ucapannya. Akan tetapi, ia tidak peduli. "Terima kasih atas cinta dan perhatianmu selama ini.  Itu akan menjadi kenangan termanis dalam hidupku." lanjut Dion.

Mira hanya diam mendengar kata - kata Dion. Gelombang perasaan sedih dan rapuh tiba- tiba saja melanda dirinya. Akan lebih baik bagi Mira jika dia membenci dan memaki Dion. Sakit hatinya mungkin akan sedikit berkurang. Tetapi bagaimana bisa itu terjadi jika cintanya jauh lebih besar dari pada rasa benci.

Sambil memutuskan kontak mata, Dion kembali berkata, " Sekali lagi maafkan aku dan terima kasih untuk semua. Aku beharap kamu bisa menemukan kebahagiaanmu. Aku berharap kau menemukan pria yang lebih baik dariku.  Aku pergi."

Mira memejamkan mata, menyerap semua perkataan Dion tadi. "Kau benar - benar tahu bagaimana cara menyakitiku." Gumam Mira pelan. Butuh beberapa menit bagi Mira untuk mendapatkan kekuatan untuk berdiri. Dia harus keluar dari ruangan ini karena napasnya mulai sesak. Tapi lebih dari pada itu, ia harus mengejar Dion dan meminta lebih banyak penjelasan. Ia pun segera mengejar Dion.

Ketika berada diluar, jantung Mira nyaris berhenti berdetak ketika sekilas ia melihat Dion bersama seorang wanita di dalam mobilnya. Wanita itu tampak familier, tapi Mira tidak benar - benar tahu secara pasti siapa wanita itu.

***

Selama dalam perjalanan menuju apartemen nya, Mira terus saja menangis. Alunan lagu Januari milik Glend Fredly yang terdengar di radio mobil semakin melengkapi kesedihan wanita itu. Sepertinya penggalan kata dari lagu itu benar. Separuh napas jiwa Mira benar - benar telah sirna. Hati siapa yang tidak akan sakit apabila hubungan cinta yang sudah terjalin begitu lama tiba - tiba saja harus berakhir seperti ini, karena orang ketiga.

***

    Mira langsung tersungkur di lantai setelah menutup pintu apartemen. Air matanya merebak tak tertahankan. Untunglah apartemen nya kedap suara sehingga meski menangis tersedu - sedu tidak akan mengganggu siapapun.

Mira sadar bahwa hal ini sangat sulit diterima. Tetapi dia harus bisa menerimanya. Perlahan Mira mulai mencoba menenangkan dirinya. Setelah merasa cukup tenang, Mira mengambil ponsel dari dalam tasnya. Selagi menunggu yang di telepon menerima panggilannya, Mira bejalan ke kamar dan merebahkan dirinya di atas tempat tidur.

"Hallo sayang, ada apa menelepon malam - malam begini ?" tanya si penerima telepon.

Mira menelepon tanpa melirik jam. Sementara yang baru saja berbicara di telepon tahu bahwa ini sudah hampir tengah malam.

Hening . . .

"Sayang, apa kau disana? Apa terjadi sesuatu padamu ? Sayang, apa kau mendengar mama ?"

"Ma . . ." Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut Mira.

"Hei, ada apa ? Apa terjadi sesuatu ? Apa kau sakit ? Apa kau terluka?" Stella melontarkan banyak pertanyaan tetapi tak satupun dijawab oleh Mira. Hanya isakan yang terdengar dari mulut wanita itu.

Stella, mama nya Mira seolah paham bahwa putrinya tidak sedang dalam keadaan baik - baik saja sekarang. Tetapi itu membuat wanita itu khawatir. "Menangislah jika menangis mampu mengurangi kesedihanmu. Tapi setelah itu, kau harus menceritakan apa yang terjadi." ucap Stella lembut.

Butuh waktu cukup lama bagi Mira sebelum menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Wanita itu benar - benar tidak pandai menutupi kesedihannya. Selagi bercerita, air mata Mira terus saja keluar membasahi pipinya.

Mira yang malang.

Setelah mendengarkan cerita Mira, Stella mengerti bahwa yang dirasakan putrinya adalah patah hati. Tidak ada bisa ia lakukan sekarang selain memberi semangat dengan kata - kata. "Jangan bersedih sayang. Jangan patah semangat. Di balik semua yang terjadi ini pasti ada rencana Tuhan yang indah buat kamu. Dion mungkin tidak ditakdirkan untukmu. Namun, kamu harus yakin bahwa Tuhan pasti sudah menyiapkan pria yang baik untuk kamu."

Jarak diantara kedua wanita itu membuat tidak ada pelukan hangat di tengah hati yang sedih. Akan tetapi nasehat ibunya itu cukup membuatnya tenang. "Baiklah ma, aku rasa aku sudah terlalu lama menangis. Aku lelah, aku ingin beristirahat." Suara Mira berubah sedikit serak.

"Iya sayang. Sekarang istirahatlah. Mama akan mengunjungimu nanti."

Setelah menutup telepon, Mira menghela napas dalam - dalam lalu berbicara sendiri. Aku akan tidur pulas malam ini seperti seorang bayi dan besok aku akan hidup seperti tidak terjadi apa- apa. Mungkin aku belum bisa melupakanmu, tetapi bukan berarti aku tak bisa memulai dari awal. Semoga kau dan aku bisa menemukan kebahagiaan meskipun kita tak lagi bersama, katanya menyemangati diri sendiri.

.

.

.

;

.

.

.

Hallo Kakak - kakak, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca novel saya ini.

jangan lupa like dan komentar nya ya.

Di bawah ini saya juga tuliskan cara untuk vote.

Pertama - tama kumpulkan poin dulu, pada bagian profil pilih pusat misi lalu klik poinku. Disana nanti ada misi yaitu waktu online lebih dari 10menit, 20 menit, 30 menit dan akumulasi waktu membaca novel.

Kakak - kakak harus menyelesaikan misinya dulu baru bisa mendapatkan poin.

Jika poin sudah terkumpul, kakak - kakak bisa klik Vote pada bagian depan novel, disamping nama author.

Setelah itu klik pilihannya, yaitu 10/100/1000

Kemudian klik Vote Author.

Vote bisa dilakukan berkali - kali jika poin kakak - kakak mencukupi.

Sekali lagi terima kasih buat kakak - kakak yang setia mendukung saya.

Salam sayang untuk kalian semua :)

Terpopuler

Comments

🌷Mita Sari 🌷

🌷Mita Sari 🌷

mampir thor.. salam kenal.. 😊😊

2022-12-07

1

Sintia Dewi

Sintia Dewi

gila udh diputusin ditusuk dr blakang lg ma sahabat...jngan sintia ini dendam karna gk naik jabatan jd dia niat buat mira sakihati dgn rebut pacarnya..klok iya double kampret bgt tu sintia..mana nama gw sintia 😂

2022-10-13

1

Queen

Queen

aku mampir, semoga ceritanya memuaskan sampai akhir

2021-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!