**Bantu Karya ini agar lebih bersinar dan masuk rangking KARYA Populer 🙏🙏 dengan cara LIKE KOMENTAR VOTE DAN BERI RATING 5 YAH 🙏🙏
Saling bantu kita, Author up tiap hari dan kakak semua Vote, like coment dan beri hadiah 🥰🥰**
...----------------...
Lea berucap lantang tanpa ada keraguan maupun kegugupan karena disaksikan oleh banyak mahasiswa dan beberapa dosen pembimbing.
"Berdasarkan Pasal 49 ayat (2) KUHP mengatur tentang pembelaan diri berbunyi: “Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.”
Note : Pasal yang di atas merupakan pasal Indonesia bukan Prancis.
"Dan posisi terdakwa saat itu sedang mengalami keguncangan jiwa serta merasa terancam nyawanya. Oleh sebab itu terdakwa memilih menyakiti bos nya dengan membenturkan pot bunga ke kepala korban. Jangankan manusia, anak kucing yang tidak memiliki akal pasti akan menggigit kaki manusia apabila menginjak ekornya!"
Lea membusungkan dadanya menatap lekat wajah temannya yang melakoni hakim.
"Saya harap yang mulia bisa mengambil keputusan dengan bijak. Karena masa depan seorang terdakwa atau korban berada di tangan Anda. Jangan sampai pedang keadilan memenggal kepala orang yang tidak bersalah. Karena bila itu terjadi, dunia akan binasa karena di isi manusia bejat yang bergentayangan di atas muka bumi ini. Sekian dari saya, Yang Mulia!" Lea membungkukkan setengah badannya setelah mengakhiri pembelaan nya.
Terlihat para dosen dan mahasiswa yang menyaksikan Lea berdecak kagum. Setiap kata-kata yang keluar dari mulut Lea mampu membungkam mereka semua. Bahkan Lea berlagak seperti pengacara profesional.
Sedangkan Lea sendiri sebenarnya merasa gugup. Namun, karena Ia pandai menyembunyikan kegugupannya membuat orang-orang berpikir Lea sudah sangat hebat dalam praktik.
Oh ya ampun … kapan sidang ini berakhir! Aku kebelet pipis batin Lea menjerit.
Pada akhirnya peradilan semu itu berakhir dengan menangnya Lea. Dalam artian terdakwa bebas dari hukuman dan korbanlah yang mengalami tindak pidana karena terbukti lebih dulu melakukan penyerangan.
Baik teman Lea yang melakoni sebagai hakim, jaksa, korban, dan terdakwa tersenyum lebar. Mereka semua memuji Lea yang sangat pandai membalikkan keadaan.
"Terima kasih." Lea tersenyum malu karena dipuji banyak orang.
Seorang wanita paruh baya berpakaian syar'i yang tak lain adalah salah satu dosen pembimbing yang memperhatikan Lea sedari tadi datang menghampiri Lea. Dia adalah Miss Fatimah seorang dosen muslimah yang berasal dari Turki mengajar sebagai dosen di universitas tempat Lea kuliah.
"Hai Lea!" sapa wanita paruh baya itu.
"Hai Miss Fatimah!" Lea tersenyum ramah.
"Kamu sangat hebat tadi, saya yakin di masa depan kamu akan menjadi seorang pengacara yang hebat!" Miss Fatimah menepuk pundak Lea.
"Saya tidak ingin menjadi pengacara hebat tapi saya ingin menjadi pengacara adil. Taat akan hukum, membela yang benar, merangkul yang lemah dan jujur dalam bekerja." Lea berucap lembut dengan senyuman manis terpasang di wajahnya.
Miss Fatimah yang mendengarnya pun merasa kagum dan semakin menyukai kepribadian Lea yang terlihat good looking. Memiliki wajah cantik dan otak jenius membuat Lea semakin bersinar. Aura keadilan dapat terlihat dari sorot mata Lea dan cara berjalan Lea yang berwibawa.
"Semoga apa yang kamu ucapkan sekarang sesuai dengan tindakanmu di masa depan, Lea. Karena hampir 90 persen mahasiswa saya dulu pernah mengatakan hal yang sama seperti kamu katakan tadi. Namun, kenyataannya mereka sekarang banyak berada di jalan yang salah. Membela orang yang bersalah hanya karena dibayar mahal. Menekan yang lemah karena berkuasa."
"Yang lucunya mereka melakukan sumpah sebelum menjadi pengacara, hakim atau jaksa menurut keyakinan mereka masing-masing. Mereka terlihat gagah dan hebat saat bersumpah atas nama Tuhan dan kitab suci agama mereka. Tapi, setelahnya mereka terlihat seperti makhluk yang paling rendah karena berkhianat kepada Tuhan dan kitab suci mereka."
Miss Fatimah tersenyum getir saat mengingat para anak didiknya yang sekarang telah menjadi pengacara, jaksa bahkan hakim. Namun, banyak di antara mereka yang salah dalam menjalankan amanat.
"Ingat ini! Manusia bisa hidup bila diabaikan tapi akan binasa tanpa keadilan. Lihatlah dunia sekarang! Berapa banyak kasus-kasus kejahatan yang tidak diselesaikan dengan baik oleh aparat hukum yang tamak dan jahat. Begitu juga dengan para narapidana! Tak sedikit dari mereka yang sebenarnya korban tapi di tuduh sebagai terdakwa dan berakhir dalam jeruji besi."
"Berapa banyak anak-anak yang kelaparan karena ayah mereka di tangkap. Para istri harus banting tulang mencari rezeki menggantikan suaminya yang di penjara. Seorang ibu menangisi anaknya yang telah tiada karena di bunuh namun pelakunya tak ditangkap."
Miss Fatimah berkata bijak memberikan nasehat untuk Lea dan teman-temannya, agar kelak tak salah jalan bila menjadi orang sukses dan berguna.
Lea menggigit bibir bawahnya menahan tangis mendengar perkataan Miss Fatimah yang seperti pecutan untuknya agar kelak bisa menjadi pengacara yang adil dan baik.
"Apa tidak ada lagi aparat hukum yang adil dalam menjalankan tugasnya di masa sekarang, Miss?" tanya teman Lea yang melakoni hakim tadi.
"Ada, tapi populasi mereka hanya 30 persen dari seratus persen. Dan saya harap! Kalian menjadi salah satu dari 30 persen itu." Miss Fatimah mengelus puncak kepala Lea lembut.
"Bila di masa depan kalian menjadi pemimpin maka jangan sampai seperti Raja hutan yang memakan rakyatnya sendiri. Bila menjadi polisi atau aparat hukum jangan sampai menjadi seperti anjing yang hanya ber-tuan pada yang punya tulang saja. Bila menjadi menteri jangan sampai seperti serigala yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya! Suatu negara akan maju bila anak mudanya maju. Begitu juga sebaliknya, suatu negara akan hancur bila anak mudanya rusak!"
Miss Fatimah memasang senyum lembutnya seraya menepuk pundak Lea dan teman-temannya satu persatu.
"Terima kasih, Miss. Atas nasihat nya! Bila di masa depan kami salah dalam menjalankan amanat kami. Maka tolong kami dengan mengingatkan kami agar tak berada di jalan yang salah!" Lea berucap sungguh-sungguh membuat Miss Fatimah tersenyum lembut.
"Semoga Allah selalu memberikan hidayah pada kalian semua." Miss Fatimah mengusap wajahnya setelah menengadahkan tangan nya berdoa.
"Aamieen." Para teman Lea mengaminkan sesuai keyakinan mereka.
"Aamiin Allahumma Aamiin." Lea berucap pelan ikut mengusap wajahnya.
"Kamu muslim, Lea?" tanya Miss Fatimah sedikit terkejut karena Lea tidak berhijab.
"Iya, Miss. Saya muslim dari Indonesia!" Lea tersenyum kikuk karena tahu mengapa Miss Fatimah terlihat terkejut.
Miss Fatimah tersenyum lembut seraya mengelus puncak kepala Lea.
"Semoga kamu nyaman kuliah di sini!" ucap Miss Fatimah.
**Bersambung.
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🥰❤️**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
mamae zaedan
good nasehatmu👍👍🫰
2023-12-29
1
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
realita..krn mereka cm bth cuan
2023-03-28
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
bahkan realita lebih menyeramkan dari hukum itu sendiri
2022-08-19
1