BAB 13. Mirip Tawanan

Hari ini kelas begitu riuh dan gaduh karena ada jam kosong. Bapak Lazardi kebetulan tidak bisa masuk untuk mengisi mata pelajaran Biologi di kelas karena menghadiri anaknya yang sedang wisuda S1 di Bandung, katanya.

Terlebih karena suasana hatiku lagi bagus hari ini, jam kosong aku gunakan untuk membuat catatan kecil sebagai bahan hafalan ketika ujian sekolah nanti, hitung-hitung nyicil dari sekarang. Pulpen Zebra Sarasa Clip sering aku gunakan bergonta-ganti warna untuk menulis dan menandai hal-hal yang berbeda-beda tiap point pentingnya. Baru dua bab yang berhasil aku kejar hari ini. Lumayan. Masih ada dua bab lagi.

Rasanya leherku sudah begitu pegal, akhirnya aku memilih untuk merapikan bukuku dan menumpuknya dengan catatan Biologi. Aku menoleh ke arah Jihan yang duduk di sebelah. Dia masih menulis, tapi bukan catatan Biologi sepertiku. Melainkan tulisan Arab yang tidak aku tahu apa itu artinya. ‘Oh mungkin dia lagi mengerjakan latihan Bahasa Arab’ pikirku. Tidak puas, aku menoleh ke belakang melihat apa yang sedang dikerjakan Fey. Ia tampak hanya sibuk bermain gawai yang digenggam di tangannya. Jovan dan Sadam? Aku mencoba menaikkan sedikit leherku untuk melihat mereka yang duduk di belakang Fey. Sepertinya kedua bocah itu, asyik bermain ludo.

Saat mulai bosan dengan aktivitas di kelas, aku hanya membenamkan kepalaku di atas kedua tangan yang aku tumpuk di atas meja.

BRAAKK!

Bunyi suara gebrakan meja dari belakang. Tapi aku tidak mengubrisnya, aku masih berada pada posisi nyamanku saat ini, membenamkan kapala di atas meja. ‘Rasanya kalau begini enaknya rebahan di kasur’.

“Hoy! coba deh kalian baca ini di artikel-artikel di media massa, berita hari ini, 31 Januari 2020,” suaranya memenuhi seisi ruangan. Fey mulai membacakan inti isi berita yang didapatnya melalui artikel sebuah berita. “Jumlah kematian akibat virus corona di China terus menanjak menjadi 213 orang. Berdasarkan data resmi WHO terkait laporan situasi covid-19 sebanyak, 1.370 kasus positif terjadi di China, 1.370 orang mengalami gangguan kesehatan serius, 170 orang meninggal, dan 12.167 lainnya diduga terjangkit virus tersebut. Virus corona ini sudah semangkin meluas di luar China dari 68 kasus di 15 negara menjadi 82 kasus di 18 negara. Beberapa negara yang melaporkan penambahan jumlah kasus adalah Jepang dari tujuh kasus menjad sebelas kasus, Singapura dari tujuh kasus menjadi sepuluh kasus, Malaysia dari empat kasus menjadi tujuh kasus dan Prancis dari empat kasus menjadi lima kasus.

Suasana kelas hening sebentar, saat Fey membacakan berita barusan.

“Singapura? Malaysia? Waduh! kita tentanggaan dekat lagi dengan dua negara yang sudah kena corona duluan,” celetuk Sadam.

Mendengar kata Singapura, seketika aku mengangkat kembali kepalaku yang terasa berat. Gimana kabar Ayah dan Ibu yah di sana?

“Wah, Indonesia mulai darurat juga nih jangan-jangan ntar, belum lagi masalah nilai tukar rupiah, ditambah lagi masalah corona,” imbuh Charisa, yang sibuk dengan sapu ijuknya sedang menyapu sebagian lantai kelas.

“Ya udah, yang jelas sekarang kita mesti hati-hati aja kalau berinteraksi dengan yang baru kita kenal. Karena kitakan nggak tahu orang itu membawa virus atau tidak. Sekarang kita harus mulai peka untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala awal kalau orang itu sudah terjangkit virus corona,” tambah Aldion, yang turut merespon ucapan Jovan.

“Kalau dari informasi yang aku dapat itu, gejalanya mirip kalau orang sedang terserang flu. Batuk-batuk, bersin, sakit tenggorokan, demam tinggi hingga berminggu-minggu, kemudian lagi dada serasa sesak. Itu sih informasi yang aku dapatin!” seru Jihan, mencoba menyampaikan beberapa informasi yang diketahui dari artikel kesehatan yang juga pernah dibacanya.

Hatchiiii!

Terdengar suara bersin milik Jovan.

“Hah! Jihan bagaimana gini nggak tanda-tandanya kena corona?" tanya Sadam, bermaksud mengibuli Jovan.

Jihan menyungingkan giginya, hingga memperlihatkan giginya yang rapat dan putih. “Yah, kali setiap orang bersin dikatain corona.”

“Tau tuh,” protes Jovan. “Nggak liat tuh di samping, Charisa lagi nyampu debunya banyak gitu,” ujarnya, sembari melirik ke arah Charisa yang sedang menyapu beberapa ubin lantai yang terlihat kotor.

Tak ingin disalahkan Charisa akhirnya ikut nimbrung. “Yah, habis kalian kalau habis dari luar bawa debu pasir banyak banget, padahal keset sudah disediain di depan kelas. Aku nggak mau ya disalahin, ntar dibilang nggak piket lagi!” gerutu Charisa.

Jovan mengangkat bahu. “Tau tuh!”

Melihat Dhanisa yang sedari tadi diam, dan tidak ikut nimbrung dengan obrolan mereka. Membuat Fey sedikit bersemangat untuk mengusiknya.

“Apa Nisa kali, ya?" Mata Fey mengekor ke arahku.

Mendengar namaku disebut, aku langsung melotot ke arahnya. “Heh! kok bawa-bawa Aku! Aku dari tadi diam di sini.” Aku mendengus kesal.

Fey hanya tertawa.

“Teman-teman, minta perhatiannya sebentar, ya!” Rivan, ketua kelas 12-A, mengetuk-ngetuk penghapus ke papan tulis. Masih ada jam kosong tersisa lima belas menit menjelang waktu istirahat. Di muka kelas, Rivan menyampaikan sebuah pesan.

“Tadi Pak Lazardi tiba-tiba nge-WhatsApp, katanya kita diminta untuk bentuk beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya itu terdiri dari lima orang. Kelompok ini dibentuk untuk pembuatan tanaman hidroponik sebagai bahan untuk ujian praktik nanti. Jadi sekarang kita bentuk kelompok dulu,” Rivan diam sebentar, seperti sedang berpikir sesuatu. “Jadi gimana nih menurut teman-teman untuk anggotanya kita pilih sendiri apa, apa sesuai dengan presensi aja?” Rivan bertanya pada semua siswa yang berada di dalam kelas.

Suara riuh begitu terasa kembali, saat beberapa siswa mengeluarkan usulnya supaya kelompoknya dibagi secara heterogen saja, sementara yang lainnya mengusulkan agar diurutkan sesuai dengan presensi.

Kondisi kelas mulai kurang kondusif. Rivan yang melihat teman-temannya nampak gaduh, dan sulit di atur, kembali menepuk penghapus yang dipegangnya ke papan tulis.

“Oke, kayaknya bosan ya kalau kerja kelompok anggotanya nurut presensi terus. Sekarang gimana kalau kita undi aja, biar adil,” usul Rivan, meunjukkan jiwa kepemimpinanya.

“Boleh juga,” sahutku.

“Yang penting adil,” sahut Nabila yang duduk di barisan paling belakang dari pintu.

“Nis, kamu yang nulis nama-namanya di papan tulis dan Aku yang mendiktikan nama-nama siapa saja yang masuk dalam setiap kelompoknya,” pinta Rivan pada sekertaris kelas, siapa lagi kalau bukan Syafahira Dhanisa. Sepertinya teman-temannya cukup mempercapai Nisa hingga ia ditunjuk untuk menjadi sekertaris kelas.

Aku maju ke papan tulis dan membuat tabel pendataan nama-nama kelompok yang akan mengisi kelompok satu sampai dengan lima. Rivan mulai menyebutkan satu per satu nama siswa hingga semua orang di dalam kelas ini terdaftar sesuai dengan jumlah siswa yang tertera di dalam persensi.

Kringg ...

Bel istirahat berbunyi. Lapangan Madrasah Aliyah Mualimin mulai berdengung diisi oleh suara murid-murid yang akhirnya bisa menikmati keceriaan usai belajar hampir tiga jam lamanya. Fey menggulung-gulung buku tulis catatannya kemudian dijadikan sebagai corong, mirip TOA lalu meneriak-neriakkan kata, “Makan! Makan!” ke dekat telinga Dhanisa yang masih sibuk menjejal buku-buku tulis yang tergeletak di atas meja ke dalam tas sandangnya.

“Ih! berisik! kalau aku budeg, kamu tanggung jawab!”

“Nisa, ayo kita makan!” ucapnya masih demikian ke telinggaku. Semangkin aku kesal semangkin dia menjadi-jadi untuk mengusikku.

“Nisa, bakso spesial Mang Danu sudah buka lho,” bisiknya ke telingaku.

"Bener?" tanyaku tak yakin.

Fey mengangguk. “Bener, dan sekarang aku yakin pasti sudah diserbu siswa-siswa lainnya. Aku duluan, ya!"

Fey berlari keluar kelas sambil menjerit-jerit. “Bakso! bakso!”

Bakso spesial buatan Mang Danu memang sudah dua minggu ini tutup. Sepertinya Mang Danu punya resep sendiri untuk membuat bakso supaya terasa enak dan nikmati. Bakso yang dibuatnya masih sama dengan bentuk bakso pada umumnya. Hanya saja yang membedakannya warna bakso yang berwarna ungu dan diikuti kuahnya juga yang berwarna ungu. Maka tidak heran jika jam istirahat pertama kantin tempat Mang Danu berjualan sudah padat dengan siswa yang ingin membeli jualannya.

Aku ingin ikut balapan ke kantin dengan Fey, tapi aku harus memasang sepatuku terlebih dahulu yang sengaja aku lepaskan tadi demi bisa duduk bersila di atas kursi. “Fey, tunggu dong!” teriakku dari kejauhan.

“Jihan, kamu masih lama ke kantin?”

Jihan mengangguk. “Iya. Kalian duluanlah. Nanti aku menyusul.”

“Oke. Susul ke taman sekolah ya, Jihan.”

“Ayoo buruan! siapa cepat dia bakalan dapet duluan!” teriak Fey, suaranya mulai memudar di luar kelas.

“Hei Fey! suruh Mang Danu sisain buat aku!” suara teriakanku juga mulai memudar ketika aku berlari mengejar Fey yang punggungnya sudah mulai menghilang di balik dinding ruang kelas.

Di bangku taman sekolah, aku juga Fey sudah duduk santai di bawah rindangnya pohon taman sekolah dengan ditemani semilir angin yang menyejukkan. Santapan istirahat siang ini begitu aku nikmati dengan semangkuk bakso racikan Mang Danu. Dengan bersusah payah aku tadi antri dan berdesakan, akhirnya aku bisa juga mendapatkannya.

“Nikmat banget makan dengan angin sepoi-sepoi gini, ya!” ujar Fey, yang sudah lebih dulu meracik baksonya.

Aku masih mengaduk-ngaduk isi mangkok sambil mangut-mangut, tanda menyetujui ucapan Fey. Dengan menggunakan garpu bulatan bakso yang mengisi mangkok tadi, mulai mendarat di mulut. “Hm makyus,” gumamku.

Fey yang duduk bersebrangan denganku tampak begitu bersemangat menyuap satu demi satu pentolan bakso masuk ke dalam mulutnya. Melihatnya makan demikian membuat tenggorokanku seketika menjadi haus. Aku lalu menggapai air mineral yang dekat dengan tangan Fey, tapi tanpa sengaja tanganku menyenggol pula Nescafe milik Fey hingga tumpahannya mengenai punggung tangganku. Seketika tangan terasa panas dan perih. Ternyata air yang digunakan untuk menyeduh adalah air panas.

“Ya ampun, Nisa. Gimana panas nggak?” tanya Fey, khawatir.

Fey tampak merogoh sesuatu dari dalam kantongnya. Sebuah sapu tangan berwarna putih polos. Dengan pelan dan perlahan-lahan Fey mencoba menghilangkan sisa-sisa tumpahan minuman yang masih melekat di kulit tangan.

Fey nampak menilik sesuatu dari tanganku yang sedang dipegangnya.

“Nisa! kamu sudah nikah?”

Seketika kedua mataku terbuka sempurna, terkejut dengan pertanyaan Fey barusan.

"Kamu kok bilang gitu, Fay?"

“Tumben kamu pakai innai di kuku sampai ke tangan-tangan segala lagi,” ujarnya, lalu matanya diedarkan ekor matanya ke jari tanganku yang sebelahnya lagi. “Tangan kiri kamu juga sama. Yang aku tau sih, biasanya innai dipakai untuk mempercantik diri, saat menikah."

Mendengar ucapan Fey, ekspresi mukaku seketika berubah menegang, cemas dan panik semuanya menjadi satu. Tapi aku masih mencoba untuk mengontrol gesture tubuhku supaya Fey tidak curiga.

“Oh ini, nggak kok! Ini aku cuma coba-coba aja masang innai dijari-jari aku, kira-kira bagus apa nggak. Yah belajar gitu deh. Eksperimen,” jawabku sedikit terkagok-kagok. Aduh! Semoga dia nggak curiga, kalau sebenarnya aku sudah menikah.

Fey mulai menautkan dahinya yang semula berkerut.

“Ouh, bagus kok. Bagus banget malah hasilnya, Nisa.” Fey memuji.

Aku hanya cengar-cengir menanggapi pujian Fey.

“Hmm udah Fey. Nggak apa-apa, nggak perih-perih amat kok.” Aku menyingkirkan tangan Fey.

“Bener?” tatapan Fey, serius. “Nih, pakai aja sapu tangan ini, untuk meredakan sedikit perihnya.”

Usai pembicaraan itu, kami melanjutkan makan kembali, sebelum jam istirahat habis dan masuk ke kegiatan pembelajaran berikutnya.

Terpopuler

Comments

ʀ𝖍𝒚𝖓𝖆

ʀ𝖍𝒚𝖓𝖆

Yah Nisa Malah Bohong Sama Fey🙂

2022-05-05

0

ZENINDA WULANDARI

ZENINDA WULANDARI

Semangat nge-up. 👍

2020-05-26

0

Lost

Lost

di sini juga ada corona 🤭

2020-05-22

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Kerelaan
2 BAB 2. Kontingen Hati
3 BAB 3. Pertikaian
4 BAB 4. Permintaan Menikah
5 BAB 5. Janji Kita Bersama
6 BAB 6. Keputusan
7 BAB 7. Sah
8 BAB 8. Malam Pertama
9 BAB 9. Sorry I’am Late
10 BAB 10. Si putih, Mou
11 BAB 11. Kasih Bertepuk Sebelah Tangan
12 BAB 12. Mashita!
13 BAB 13. Mirip Tawanan
14 BAB 14. Siraman Rohani Dadakan
15 BAB 15. Munakahat
16 BAB 16. Siratan Kenangan
17 BAB 17. Jiwa yang Sunyi
18 BAB 18. Surga Dunia
19 Bab 19. Sebuah Luka Lama
20 BAB 20. In The Kitchen
21 BAB 21. Nikah-Nikahan
22 BAB 22. Kamu Cantik, Istriku
23 BAB 23. Masih Sabar
24 BAB 24. Bertemu Kembali
25 BAB 25. Pingsan
26 BAB 26. Drama Amnesia
27 BAB 27. Rasa Bersalah
28 BAB 28. Fitting Baju
29 BAB 29. Acara Makan-makan
30 BAB 30. Kejadian Buruk
31 BAB 31. Perkelahian
32 BAB 32. Mimpi Buruk
33 BAB 33. Cewek Agresif
34 BAB 34. Percakapan Itu
35 BAB 35. Inspeksi Bulanan
36 BAB 36. Secarik Kertas
37 BAB 37. Hilang
38 BAB 38. Perkara Pakaian Takwa
39 BAB 39. Ada yang Beda
40 BAB 40. Keributan Kecil
41 BAB 41. Mengakui
42 BAB 42. Kalung Liontin
43 BAB 43. Tempat Indah
44 Bab 44. Berbagi Cerita
45 Ilustrasi
46 BAB 45. Berangkat
47 BAB 46. Ketahuan
48 BAB 47. Apa Iya Rindu?
49 BAB 48. Gelisah
50 BAB 49. Di Bully
51 BAB 50. Virus Merah Jambu
52 BAB 51. Cinta Sebenarnya
53 BAB 52. 'Andai'
54 BAB 53. Mencari Cara
55 BAB 54. Harapan
56 BAB 55. Semua Untukmu
57 BAB 56. Perasaan Sarah
58 BAB 57. Sakit
59 BAB 58. Cemburu
60 BAB 59. Honey
61 BAB 60. Kekalahan
62 BAB 61. Tebaik
63 BAB 62. Study Group
64 BAB 63. Tulus
65 BAB 64. Ikhlasku
66 BAB 65. Saling Mengungkapkan
67 BAB 66. Berjuang
68 BAB 67. Bahagia karena Cinta-Nya
69 BAB 68. Menunaikan Kewajiban
70 BAB 69. Memancing Asmara
71 BAB 70. Muroja'ah
72 BAB 71. Kelulusan
73 BAB 72. Rumah Baru
74 BAB 73. Kenalan Tetangga Baru
75 BAB 74. Modus
76 BAB 75. Panti Asuhan 1
77 BAB 76. Panti Asuhan 2
78 BAB 77. Sick
79 BAB 78. Canda Pagi
80 BAB 79. Resah
81 BAB 80. Lancang
82 BAB 81. Berubah
83 BAB 82. Foto yang Lenyap
84 BAB 83. Bahagia itu
85 BAB 84. Harus Pulang
86 BAB 85. Permintaan
87 BAB 86. Curiga
88 BAB 87. Penjelasan
89 BAB 88. Kiriman Foto
90 BAB 89. Temuan Foto
91 BAB 90. Kunjungan
92 BAB 91. Pujian
93 BAB 92. Hadiah Spesial
94 BAB 93. Pilihan
95 BAB 94. Prahara Rumah Tangga
96 BAB 95. Jebakan (1)
97 BAB 96. Jebakan (2)
98 BAB 97. Jebakan (3)
99 BAB 98. Back to Home
100 BAB 99. Keputusan itu
101 BAB 100. Part Spesial 17-an (1)
102 BAB 101. Part Spesial 17-an (2)
103 BAB 102. Kabar Duka
104 BAB 103. Bukan Kesengajaan
105 BAB 104. Suasana Duka
106 BAB 105. Mengungkap Kasus
107 BAB 106. Puzzle Kerinduan
108 BAB 107. Teman Berbagi
109 BAB 108. Pembongkaran
110 BAB 109. Bazar
111 BAB 110. Pemilik Suara
112 BAB 111. Manisnya Kesabaran
113 BAB 112. Tindakan Operasi
114 BAB 113. Halal Love
115 BAB 114. Saving Private Baby (1)
116 BAB 115. ....... Baby (2)
117 BAB 116. ..... Baby (3)
118 BAB 117. ..... Baby (4)
119 BAB 118. Extra Part [End]
Episodes

Updated 119 Episodes

1
BAB 1. Kerelaan
2
BAB 2. Kontingen Hati
3
BAB 3. Pertikaian
4
BAB 4. Permintaan Menikah
5
BAB 5. Janji Kita Bersama
6
BAB 6. Keputusan
7
BAB 7. Sah
8
BAB 8. Malam Pertama
9
BAB 9. Sorry I’am Late
10
BAB 10. Si putih, Mou
11
BAB 11. Kasih Bertepuk Sebelah Tangan
12
BAB 12. Mashita!
13
BAB 13. Mirip Tawanan
14
BAB 14. Siraman Rohani Dadakan
15
BAB 15. Munakahat
16
BAB 16. Siratan Kenangan
17
BAB 17. Jiwa yang Sunyi
18
BAB 18. Surga Dunia
19
Bab 19. Sebuah Luka Lama
20
BAB 20. In The Kitchen
21
BAB 21. Nikah-Nikahan
22
BAB 22. Kamu Cantik, Istriku
23
BAB 23. Masih Sabar
24
BAB 24. Bertemu Kembali
25
BAB 25. Pingsan
26
BAB 26. Drama Amnesia
27
BAB 27. Rasa Bersalah
28
BAB 28. Fitting Baju
29
BAB 29. Acara Makan-makan
30
BAB 30. Kejadian Buruk
31
BAB 31. Perkelahian
32
BAB 32. Mimpi Buruk
33
BAB 33. Cewek Agresif
34
BAB 34. Percakapan Itu
35
BAB 35. Inspeksi Bulanan
36
BAB 36. Secarik Kertas
37
BAB 37. Hilang
38
BAB 38. Perkara Pakaian Takwa
39
BAB 39. Ada yang Beda
40
BAB 40. Keributan Kecil
41
BAB 41. Mengakui
42
BAB 42. Kalung Liontin
43
BAB 43. Tempat Indah
44
Bab 44. Berbagi Cerita
45
Ilustrasi
46
BAB 45. Berangkat
47
BAB 46. Ketahuan
48
BAB 47. Apa Iya Rindu?
49
BAB 48. Gelisah
50
BAB 49. Di Bully
51
BAB 50. Virus Merah Jambu
52
BAB 51. Cinta Sebenarnya
53
BAB 52. 'Andai'
54
BAB 53. Mencari Cara
55
BAB 54. Harapan
56
BAB 55. Semua Untukmu
57
BAB 56. Perasaan Sarah
58
BAB 57. Sakit
59
BAB 58. Cemburu
60
BAB 59. Honey
61
BAB 60. Kekalahan
62
BAB 61. Tebaik
63
BAB 62. Study Group
64
BAB 63. Tulus
65
BAB 64. Ikhlasku
66
BAB 65. Saling Mengungkapkan
67
BAB 66. Berjuang
68
BAB 67. Bahagia karena Cinta-Nya
69
BAB 68. Menunaikan Kewajiban
70
BAB 69. Memancing Asmara
71
BAB 70. Muroja'ah
72
BAB 71. Kelulusan
73
BAB 72. Rumah Baru
74
BAB 73. Kenalan Tetangga Baru
75
BAB 74. Modus
76
BAB 75. Panti Asuhan 1
77
BAB 76. Panti Asuhan 2
78
BAB 77. Sick
79
BAB 78. Canda Pagi
80
BAB 79. Resah
81
BAB 80. Lancang
82
BAB 81. Berubah
83
BAB 82. Foto yang Lenyap
84
BAB 83. Bahagia itu
85
BAB 84. Harus Pulang
86
BAB 85. Permintaan
87
BAB 86. Curiga
88
BAB 87. Penjelasan
89
BAB 88. Kiriman Foto
90
BAB 89. Temuan Foto
91
BAB 90. Kunjungan
92
BAB 91. Pujian
93
BAB 92. Hadiah Spesial
94
BAB 93. Pilihan
95
BAB 94. Prahara Rumah Tangga
96
BAB 95. Jebakan (1)
97
BAB 96. Jebakan (2)
98
BAB 97. Jebakan (3)
99
BAB 98. Back to Home
100
BAB 99. Keputusan itu
101
BAB 100. Part Spesial 17-an (1)
102
BAB 101. Part Spesial 17-an (2)
103
BAB 102. Kabar Duka
104
BAB 103. Bukan Kesengajaan
105
BAB 104. Suasana Duka
106
BAB 105. Mengungkap Kasus
107
BAB 106. Puzzle Kerinduan
108
BAB 107. Teman Berbagi
109
BAB 108. Pembongkaran
110
BAB 109. Bazar
111
BAB 110. Pemilik Suara
112
BAB 111. Manisnya Kesabaran
113
BAB 112. Tindakan Operasi
114
BAB 113. Halal Love
115
BAB 114. Saving Private Baby (1)
116
BAB 115. ....... Baby (2)
117
BAB 116. ..... Baby (3)
118
BAB 117. ..... Baby (4)
119
BAB 118. Extra Part [End]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!