BAB 3. Pertikaian

Hawa sejuk masih tercium segar, tampak pula jalanan yang mulanya kering sekarang masih lembab dan basah akibat guyuran hujan semalam. Pagi-pagi sekali orang menggeliat memulai aktivitasnya di awal pekan ini. Begitu juga satu keluarga yang menempati rumah permanen yang lumayan besar dengan rerumputan hijau, pohon yang rindang serta tanaman bunga yang warna-warni terlihat semarak dan asri.

Aku masih mematut-matut diri di depan cermin, memastikan apakah penampilanku sudah oke. Tidak ketinggalan, aku menyemprotkan parfum supaya wangi. Sekarang giliran buku-buku yang aku jejalkan rapi masuk ke dalam tas. Helm berwarna biru yang terletak di sudut kamar tidak luput dari pantauanku

“Oke, sekarang semua sudah siap, waktunya cuss!” ucapku semangat.

Dengan gaya santai dan cuek aku berjalan keluar menuju garasi.

“Bu, Nisa berangkat!” teriakku berpamitan dengan ibu sambil bersiap-siap menunggangi motor matic.

“Eh, Nisa sarapan dulu!” teriak ibu pula, saat melihatku sudah ada di atas motor.

“Nanti aja Bu, di sekolah!” jawabku segera.

Sekarang helm full face berwarna biru sudah menutupi wajahku yang manis.

“Iya hati-hati dijalan, kau jangan ngebut-ngebut ya!” pesan Ibu yang sedang membeli sayur di depan.

“Iya Bu. Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam”

Dengan perasaan senang dan bahagia yang menyelimuti hari ini, aku langsung menggember motor matic menembus jalanan. Dengan tujuan utama menjemput Fey karena pagi-pagi sekali ia meneleponku untuk dijemput karena motornya tiba-tiba mogok.

Setelah lebih kurang lima belas menit aku sudah tiba di depan rumah Fey yang berada di Gang Mangga No.5, rumahnya tampak besar dan mewah. Fey merupakan anak kedua dari seorang pengusaha konveksi dan ibu Fey adalah seorang dokter. Tidak heran dengan pekerjaan yang mapan, tentu akan membuat pundi-pundi rupiah mengalir dengan deras dan mudah.

“Nisa!” suara Fey memanggil sambil melambaikan tangan ke arahku.

“Buruan Fey!” pekikku.

Fey segera mempercepat langkahnya. “Kamu turun, sini biar aku yang bawa,” ujar Fey dengan tangan sudah memegang stang motor.

“Oke,” jawabku singkat.

Aku duduk membonceng di belakang Fey. Dengan sigap ia menarik tuas gas motor dan berpacu melawan pengendara lain. Aku memegang erat pinggang Fey dari belakang.

Akselerasi Fey dijalanan baru berhenti ketika motor kami dihadang lampu merah. Saat motor berhenti, Fey dikejutkan oleh tepukan yang mendarat dipundaknya, secara bersamaan aku dan Fey menoleh ke pengendara yang ada di sebelah. Sebuah motor Vixion hitam yang dikendarai Azzam. Guru kami.

“Eh, Ustadz." Fey menyapa sopan kala tahu di sebelah ada gurunya.

“Hati-hati bawa anak perempuan orang,” nasihat Azzam dengan mata mentap ke arahku sembari sengulas tersenyum. Aku membalas demikian.

Mata yang melihat ke arahku itu seperti bukan pandangan biasa. Matanya seperti sedang berbicara. Tapi aku kurang tahu pasti maksudnya. Aku yang merasa sedikit agak risih, langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Obrolan singkat dijalan raya akhirnya terpotong juga oleh lampu merah yang menyala hijau. Kami pun bersiap kembali menembus jalanan.

Dari kejauhan beberapa siswa berjalan dengan terburu-buru karena sedikit lagi pintu gerbang sekolah akan tutup. Ya, sekitar satu menit lagi. Aku mencubit pinggang Fey, supaya membawa motor lebih cepat lagi, jangan sampai aku terlambat hanya karena menjemputnya tadi.

“Iya-iya tenang, lagian kita sudah deket kok, ya nggak mungkin terlambat lah,” ucap Fey penuh yakin.

Motor matic ku sudah masuk ke pekarangan sekolah. Fey memarkirkan motor dengan hati-hati dan rapi di antara motor-motor siswa lainnya.

“Ini kuncinya.” Tangannya menyodorkan kunci motor dengan gantungan aklirik digital cutting bergambar pemandangan berbentuk huruf D bersamaan dengan sebuah coklat. ”Aku sebenarnya udah simpenin ini buat kamu semalam, tapi aku lupa bawanya. Jadi, ya aku bawa sekarang aja.” Senyum Fey begitu merekah ketika mengangsurkan bungkusan coklat itu.

Aku menyambut pemberian Fey. Tangan kirinya sekarang juga turut menggenggam tanganku. Sekarang tangan kami tertaut. “Terima kasih untuk kebahagiaan semalam."

Aku tersenyum simpul. “Aku juga terima kasih karena sudah mempercayakan hati itu untuk aku," kataku dengan rikuh.

Kalau di bandingkan dengan taman yang di ramaikan dengan bunga, agaknya hati kami lebih semarak dan berwarna hari ini. Kita tidak bisa menyembunyikan itu satu sama lain. Senyum bahagia memancar dan tampak jelas raut wajah yang terus bersemu merah seperti tomat.

Dooorrr ...

Tepukan Jovan mengejutkan kami dari belakang.

“Hey, selamat ya!" Jo menyapa dengan semangat 45. Lalu berjalan dua langkah, hingga ia sekarang berdiri tepat dihadapan kami. "Jangan lupa PJ-nya!" tangannya menengadah, dengan alis sebelahnya dinaikkan.

Alisku tertaut. "PJ?" ucapku seolah-olah tak tahu maksud kata itu.

“Pajak Jadian, ya elah Nisa!” umpat Jovan kesal.

“Kenapa minta ke aku, minta aja ke dia," protesku, lalu melempar tatapan ke arah Fey. Yang dibalasnya dengan senyum getir.

Kringgg ...

Bel sekolah begitu nyaring, memutus obrolan kami di parkiran. Suara riuh tiba-tiba terdengar dari arah ujung koridor sekolah. Siapa sih pagi-pagi sudah buat heboh.

Karena penasaran, aku berjalan menuju koridor. Di sana, beberapa siswa sedang berkerumun. Tubuh mungilku menyalib masuk di antara siswa-siswa lain. Tepat, sekarang aku sudah berdiri dibarisan paling depan. Mata seketika membulat saat melihat kejadian di depan mataku. Sadam dan Ranggaspatih sedang adu jotos.

Tidak tahu apa yang melatar belakangi mereka berdua melakukan keributan itu. Yang jelas aku tahu kalau Ranggaspatih adalah laki-laki yang kerap buat onar di sekolah. Keluar masuk BP sudah menjadi pemandangan lumrah bagi laki-laki itu.

Tak berselang setelah itu, suara Pak Herwin yang menggelegar. Wajahnya yang serius, matanya yang berkilat-kilat, alisnya hampir bertemu dengan otot geraham bertonjolan, diikuti jari telunjuknya yang mengacung ke arah dua anak laki-laki yang sedang beradu jotos, menunjukkan kalau Pak Herwin sangat marah besar dan tidak menyenangi adanya keributan yang tercipta pagi-pagi.

“Hei! hei! Apa yang kalian buat hah! Pagi-pagi sudah buat gaduh satu sekolah!" tegur Pak Herwin dengan wajah garang.

Seketika pertikaian itu berhenti. Belum ada dari mereka yang menjawab. Aku melihat Sadam masih mengatur napasnya yang naik turun sedang menahan amarah dan emosi.

“Sekarang juga kalian bedua ikut Bapak! Yang lain cepat masuk kelas, tidak ada lagi yang berada di luar!” suaranya yang keras dan lantang, membuat siswa begidik ngeri dan membubarkan diri.

Pak Herwin menggiring Ranggaspatih dan juga Sadam ke ruangan untuk meminta penjelasan mereka.

Aku sebenarnya hendak ikut menyusul ke ruangan untuk mengetahui perihal apa yang membuat emosi keduanya tersulut. Tapi niatku itu aku cegah karena teringat kalau hari ini ada ulangan Matematika dengan Bu Lydia. Jika telat sedikit saja. Tamatlah sudah. Bisa-bisa kami disuruh belajar di luar.

Aku menepuk-nepuk pundak Fey berkali-kali. “Itu Ibu Lydia sudah keluar dari ruang guru, mendingan kita balik ke kelas nanti lagi kita cari tahu tentang Sadam.”

Fey menyetujui keputusanku. Kami melangkah cepat menuju ruang kelas yang berada di lantai dua.

Ujian kelulusan memang tinggal beberapa bulan lagi, tidak heran jika siswa-siswi kelas tiga Madrasah Aliyah tampak sibuk dengan kegiatan belajar yang lebih intensif. Begitu pun Bu Lydia yang sekarang kerap memberikan kami soal-soal simulasi ujian nasional khususnya mata pelajaran yang diampunya, yaitu Matematika. Sama seperti halnya hari ini.

Satu jam sudah berlalu...

“Ayo waktunya tinggal tiga menit lagi, yang sudah silahkan kumpulkan lembar jawabannya,” kata Ibu Lydia seraya merapikan tumpukan kertas setinggi dua senti yang ada di meja depan.

Hari ini ada empat mata pelajaran. Salah satunya mata pelajaran yang diajarkan Azzam. Tepatnya jam pelajaran kedua setelah pelajaran Matematika. Aku manarik napas dalam-dalam. Lega rasa ujian Matematika dalam hitungan detik akan segera berakhir dan cukup membuat siswa-siswi pusing tujuh keliling.

Fey mencolek punggungku dari belakang. “Nisa, ujian tadi berapa soal yang bisa kamu jawab?”

“Hmm, sekitar dua puluh lima nomor, kamu Fey?” jawabku pelan, supaya tidak kena tegur dengan Bu Lydia yang masih duduk di depan.

Fey mengetuk-ngetuk pulpen ke jidatnya, yah katanya untuk meminimalisir rasa sakit yang yang tiba-tiba mendera kepalanya setelah menjawab soal Matematika tadi.

“Aduh! Aku kayaknya cuman lima belas nomor deh,” bisiknya.

“Apa cuma lima belas?” kataku tak yakin.

“Yee, kayak nggak tau aja, kalau aku kan lemah Matematika, nggak kayak kamu bisa bidang eksak,” keluh Fey dengan wajah kusutnya.

Aku menghela napas panjang. “Makanya belajar dong sama Sadam, jangan ngandelin orang doang,” ejekku. “Eh, ngomong-ngomong Sadam apa kabar ya? kenapa sudah satu jam pelajaran dia juga belum kembali ke kelas.”

Fey mengangkat kedua bahunya cepat. "Nggak tau, mungkin masih diintrogasi," balasnya dengan sibuk menjejal buku ke dalam tas. "Eh, iya. Jihan tumben hari ini nggak ada kabar jugakan?” Fey menghentikan sejenak aktivitasnya, ketika tahu Jihan belum menampakkan batang hidungnya.

Aku menggeleng. “Entahlah, yang jelas pilihannya sekarang hanya ada dua, antara dia sakit atau terlambat,” kataku menduga-duga.

Tok...tok...

Panjang umur. Baru kami usai membicarakannya dia muncul dari balik pintu 12-A dan melangkah pasti menemui Bu Lydia di depan.

“Permisi Bu,” kata Jihan dengan menampakkan raut wajah cemas ingin menghadap Bu Lydia yang terkenal tegas dan disiplin.

“Kenapa kamu terlambat, sudah pukul berapa?” tanya Ibu Lydia sambil menjeling ke Jihan. Jihan hanya memasang muka pasrah dan memelas, sembari kepala masih terus tertunduk.

“Maaf Bu, tadi di tengah jalan ban motor saya pecah.”

“Kenapa sampai sejam telatnya?” tanya Bu Lydia lagi seperti kurang puas dengan jawaban Jihan.

“Saya harus menunggu Kakak saya untuk menjemput dan mengantarkan ke sekolah. Jadi, saya terlambat Bu."

“Tolong setelah ini kamu menghadap saya di ruang guru untuk ujian ya!” Kita tercengang, Jihan beruntung. Tidak biasa Bu Lydia bersikap demikian. Aku kira dia akan memberi hukuman ke Jihan dengan membuat 20 kalimat pernyataan tidak telat. Tapi mungkin alasan Jihan cukup logis, dan mampu diterima Bu Lydia, makanya dia maklum.

Terpopuler

Comments

S.ALJ

S.ALJ

ko ceritanya kaya telefilem malaysia yang judulnya suamiki ustazz

2020-07-05

2

Nununa07

Nununa07

pertikaian memang kadang jadi bumbu dalam kehidupan💪💪💪

2020-05-26

2

Epron Putra

Epron Putra

aq bwain like dan komen

2020-05-26

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. Kerelaan
2 BAB 2. Kontingen Hati
3 BAB 3. Pertikaian
4 BAB 4. Permintaan Menikah
5 BAB 5. Janji Kita Bersama
6 BAB 6. Keputusan
7 BAB 7. Sah
8 BAB 8. Malam Pertama
9 BAB 9. Sorry I’am Late
10 BAB 10. Si putih, Mou
11 BAB 11. Kasih Bertepuk Sebelah Tangan
12 BAB 12. Mashita!
13 BAB 13. Mirip Tawanan
14 BAB 14. Siraman Rohani Dadakan
15 BAB 15. Munakahat
16 BAB 16. Siratan Kenangan
17 BAB 17. Jiwa yang Sunyi
18 BAB 18. Surga Dunia
19 Bab 19. Sebuah Luka Lama
20 BAB 20. In The Kitchen
21 BAB 21. Nikah-Nikahan
22 BAB 22. Kamu Cantik, Istriku
23 BAB 23. Masih Sabar
24 BAB 24. Bertemu Kembali
25 BAB 25. Pingsan
26 BAB 26. Drama Amnesia
27 BAB 27. Rasa Bersalah
28 BAB 28. Fitting Baju
29 BAB 29. Acara Makan-makan
30 BAB 30. Kejadian Buruk
31 BAB 31. Perkelahian
32 BAB 32. Mimpi Buruk
33 BAB 33. Cewek Agresif
34 BAB 34. Percakapan Itu
35 BAB 35. Inspeksi Bulanan
36 BAB 36. Secarik Kertas
37 BAB 37. Hilang
38 BAB 38. Perkara Pakaian Takwa
39 BAB 39. Ada yang Beda
40 BAB 40. Keributan Kecil
41 BAB 41. Mengakui
42 BAB 42. Kalung Liontin
43 BAB 43. Tempat Indah
44 Bab 44. Berbagi Cerita
45 Ilustrasi
46 BAB 45. Berangkat
47 BAB 46. Ketahuan
48 BAB 47. Apa Iya Rindu?
49 BAB 48. Gelisah
50 BAB 49. Di Bully
51 BAB 50. Virus Merah Jambu
52 BAB 51. Cinta Sebenarnya
53 BAB 52. 'Andai'
54 BAB 53. Mencari Cara
55 BAB 54. Harapan
56 BAB 55. Semua Untukmu
57 BAB 56. Perasaan Sarah
58 BAB 57. Sakit
59 BAB 58. Cemburu
60 BAB 59. Honey
61 BAB 60. Kekalahan
62 BAB 61. Tebaik
63 BAB 62. Study Group
64 BAB 63. Tulus
65 BAB 64. Ikhlasku
66 BAB 65. Saling Mengungkapkan
67 BAB 66. Berjuang
68 BAB 67. Bahagia karena Cinta-Nya
69 BAB 68. Menunaikan Kewajiban
70 BAB 69. Memancing Asmara
71 BAB 70. Muroja'ah
72 BAB 71. Kelulusan
73 BAB 72. Rumah Baru
74 BAB 73. Kenalan Tetangga Baru
75 BAB 74. Modus
76 BAB 75. Panti Asuhan 1
77 BAB 76. Panti Asuhan 2
78 BAB 77. Sick
79 BAB 78. Canda Pagi
80 BAB 79. Resah
81 BAB 80. Lancang
82 BAB 81. Berubah
83 BAB 82. Foto yang Lenyap
84 BAB 83. Bahagia itu
85 BAB 84. Harus Pulang
86 BAB 85. Permintaan
87 BAB 86. Curiga
88 BAB 87. Penjelasan
89 BAB 88. Kiriman Foto
90 BAB 89. Temuan Foto
91 BAB 90. Kunjungan
92 BAB 91. Pujian
93 BAB 92. Hadiah Spesial
94 BAB 93. Pilihan
95 BAB 94. Prahara Rumah Tangga
96 BAB 95. Jebakan (1)
97 BAB 96. Jebakan (2)
98 BAB 97. Jebakan (3)
99 BAB 98. Back to Home
100 BAB 99. Keputusan itu
101 BAB 100. Part Spesial 17-an (1)
102 BAB 101. Part Spesial 17-an (2)
103 BAB 102. Kabar Duka
104 BAB 103. Bukan Kesengajaan
105 BAB 104. Suasana Duka
106 BAB 105. Mengungkap Kasus
107 BAB 106. Puzzle Kerinduan
108 BAB 107. Teman Berbagi
109 BAB 108. Pembongkaran
110 BAB 109. Bazar
111 BAB 110. Pemilik Suara
112 BAB 111. Manisnya Kesabaran
113 BAB 112. Tindakan Operasi
114 BAB 113. Halal Love
115 BAB 114. Saving Private Baby (1)
116 BAB 115. ....... Baby (2)
117 BAB 116. ..... Baby (3)
118 BAB 117. ..... Baby (4)
119 BAB 118. Extra Part [End]
Episodes

Updated 119 Episodes

1
BAB 1. Kerelaan
2
BAB 2. Kontingen Hati
3
BAB 3. Pertikaian
4
BAB 4. Permintaan Menikah
5
BAB 5. Janji Kita Bersama
6
BAB 6. Keputusan
7
BAB 7. Sah
8
BAB 8. Malam Pertama
9
BAB 9. Sorry I’am Late
10
BAB 10. Si putih, Mou
11
BAB 11. Kasih Bertepuk Sebelah Tangan
12
BAB 12. Mashita!
13
BAB 13. Mirip Tawanan
14
BAB 14. Siraman Rohani Dadakan
15
BAB 15. Munakahat
16
BAB 16. Siratan Kenangan
17
BAB 17. Jiwa yang Sunyi
18
BAB 18. Surga Dunia
19
Bab 19. Sebuah Luka Lama
20
BAB 20. In The Kitchen
21
BAB 21. Nikah-Nikahan
22
BAB 22. Kamu Cantik, Istriku
23
BAB 23. Masih Sabar
24
BAB 24. Bertemu Kembali
25
BAB 25. Pingsan
26
BAB 26. Drama Amnesia
27
BAB 27. Rasa Bersalah
28
BAB 28. Fitting Baju
29
BAB 29. Acara Makan-makan
30
BAB 30. Kejadian Buruk
31
BAB 31. Perkelahian
32
BAB 32. Mimpi Buruk
33
BAB 33. Cewek Agresif
34
BAB 34. Percakapan Itu
35
BAB 35. Inspeksi Bulanan
36
BAB 36. Secarik Kertas
37
BAB 37. Hilang
38
BAB 38. Perkara Pakaian Takwa
39
BAB 39. Ada yang Beda
40
BAB 40. Keributan Kecil
41
BAB 41. Mengakui
42
BAB 42. Kalung Liontin
43
BAB 43. Tempat Indah
44
Bab 44. Berbagi Cerita
45
Ilustrasi
46
BAB 45. Berangkat
47
BAB 46. Ketahuan
48
BAB 47. Apa Iya Rindu?
49
BAB 48. Gelisah
50
BAB 49. Di Bully
51
BAB 50. Virus Merah Jambu
52
BAB 51. Cinta Sebenarnya
53
BAB 52. 'Andai'
54
BAB 53. Mencari Cara
55
BAB 54. Harapan
56
BAB 55. Semua Untukmu
57
BAB 56. Perasaan Sarah
58
BAB 57. Sakit
59
BAB 58. Cemburu
60
BAB 59. Honey
61
BAB 60. Kekalahan
62
BAB 61. Tebaik
63
BAB 62. Study Group
64
BAB 63. Tulus
65
BAB 64. Ikhlasku
66
BAB 65. Saling Mengungkapkan
67
BAB 66. Berjuang
68
BAB 67. Bahagia karena Cinta-Nya
69
BAB 68. Menunaikan Kewajiban
70
BAB 69. Memancing Asmara
71
BAB 70. Muroja'ah
72
BAB 71. Kelulusan
73
BAB 72. Rumah Baru
74
BAB 73. Kenalan Tetangga Baru
75
BAB 74. Modus
76
BAB 75. Panti Asuhan 1
77
BAB 76. Panti Asuhan 2
78
BAB 77. Sick
79
BAB 78. Canda Pagi
80
BAB 79. Resah
81
BAB 80. Lancang
82
BAB 81. Berubah
83
BAB 82. Foto yang Lenyap
84
BAB 83. Bahagia itu
85
BAB 84. Harus Pulang
86
BAB 85. Permintaan
87
BAB 86. Curiga
88
BAB 87. Penjelasan
89
BAB 88. Kiriman Foto
90
BAB 89. Temuan Foto
91
BAB 90. Kunjungan
92
BAB 91. Pujian
93
BAB 92. Hadiah Spesial
94
BAB 93. Pilihan
95
BAB 94. Prahara Rumah Tangga
96
BAB 95. Jebakan (1)
97
BAB 96. Jebakan (2)
98
BAB 97. Jebakan (3)
99
BAB 98. Back to Home
100
BAB 99. Keputusan itu
101
BAB 100. Part Spesial 17-an (1)
102
BAB 101. Part Spesial 17-an (2)
103
BAB 102. Kabar Duka
104
BAB 103. Bukan Kesengajaan
105
BAB 104. Suasana Duka
106
BAB 105. Mengungkap Kasus
107
BAB 106. Puzzle Kerinduan
108
BAB 107. Teman Berbagi
109
BAB 108. Pembongkaran
110
BAB 109. Bazar
111
BAB 110. Pemilik Suara
112
BAB 111. Manisnya Kesabaran
113
BAB 112. Tindakan Operasi
114
BAB 113. Halal Love
115
BAB 114. Saving Private Baby (1)
116
BAB 115. ....... Baby (2)
117
BAB 116. ..... Baby (3)
118
BAB 117. ..... Baby (4)
119
BAB 118. Extra Part [End]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!