Chapter 4

Gavin tidak melepaskan pelukannya seakan Lea akan hilang, sedangkan Lea masih terdiam tidak membalas pelukan cowok itu.

“ Gavin lepasin..” ucap Lea lirih. Jantungnya sejak tadi terus berdetak kencang.

“ Nggak mau, nanti kamu pergi lagi..” tolak Gavin.

“ Aku nggak kemana-mana.. ayo lepasin.”

Gavin menggeleng, dia malah menciumi pipi Lea.

“ Gavinnn.. nanti anak aku keteken.” rengek Lea membuat Gavin langsung melepas pelukannya namun dia kembali menunduk ke arah perut Lea.

“ Halo anak Ayah, Ayah mau jemput kamu sama Bunda.” ucap Gavin di depan perut Lea.

“ Ini anak aku, bukan anak kamu…” ucapan Lea membuat Gavin menoleh.

“ Ini anak aku juga sayang, tepatnya anak kita..”

“ Bukan..!! kita udah selesai, kamu juga nggak sayang sama aku jadi kamu nggak berhak sayang sama ‘dia’.. aku bisa rawat dia sendiri.”

“ Nggak sayang, maafin aku.. aku salah udah ngomong gitu.” ucap Gavin sambil menciumi punggung tangan Lea.

“ Buburnya udah jadi, kamu makan dulu ya.. subuh tadi kamu kan muntah jadi perut kamu kosong kasian dede bayinya.” ucap Umi masuk membawa semangkok bubur.

“ Nggak mau Umi, nanti aku mual lagi..”

“ Sayang, kalau kamu nggak makan nanti kamu sakit, baby kita juga kasian nggak ada nutrisi.. aku suapin ya?” ucap Gavin mengambil mangkok bubur dari tangan Umi.

“ Aku nggak mau di suapin sama kamu..” tolak Lea.

Gavin menghembuskan nafasnya, dia memberikan lagi mangkok itu pada Umi. Gavin memutuskan untuk keluar dari kamar Lea menunggu Umi selesai menyuapi Lea.

Tak lama Umi keluar dari kamar Lea, meletakkan mangkok di dapur lalu duduk di depan Gavin.

“ Saya Umi nya Lea, Lea sudah cerita semua pada saya.. apa kamu lelaki itu?”

“ Iya Umi, saya Gavin.. sebelumnya saya minta maaf untuk semua kesalahan saya karena sudah menyakiti hati anak Umi dan izinkan saya menebusnya.”

“ Saat Lea cerita semuanya sama Umi, jujur Umi marah sama kamu.. Lea itu gadis berhati lembut, dia sambil menangis tetap membela kamu dan Umi tidak bisa berbuat apapun karena Lea sendiri sudah memaafkanmu.”

“ Maafkan saya Umi.. saya menyesal.”

“ Kalau niat kamu ke sini untuk menebus kesalahan kamu, Umi akan izinkan tapi kamu janji jangan buat Lea menangis lagi.”

“ Gavin janji Umi, Lea sepertinya tidak mau bertemu saya..”

“ Sebaik apapun hati Lea, saat kecewa dia pasti akan lebih waspada, Umi rasa dia bukan tidak mau melihat kamu tapi Lea menjaga hatinya agar tidak kembali terluka.”

“ Saya akan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Lea lagi Umi.. mohon restunya.”

“ Lebih baik kamu sekarang istirahat, Umi mau masak dulu buat makan siang nanti.”

“ Baik Umi, terima kasih sudah mengizinkan saya tetap di sini..” Gavin melangkah untuk mengambil tas di dalam bagasi lalu masuk ke dalam kamar.

Dari dalam kamar Lea mendengar semua, Gavin dengan rasa menyesalnya dan kebesaran hati Umi untuk memaafkan kesalahan Gavin. Benar kata Umi, saat ini dia sedang membentengi hatinya agar tidak kembali terluka. Kedatangan Gavin secara tiba-tiba tentu membuatnya kaget, sedangkan Gavin sendiri yang ingin hubungan mereka berakhir karena sudah berhasil memenangkan taruhan. Tidak mau memikirkannya lagi, Lea memutuskan untuk memejamkan matanya.

Lea terbangun dari tidurnya saat mendengar suara di depan rumahnya, dia mengambil jepitan rambutnya lalu melangkah menuju kamar mandi. Di depan Umi sedang berbicara dengan Asep dan Fabian.

“ Umi..”

“ Sini neng.. Asep bawa rujak buah buatan Ambu.”

Lea berbinar saat membayangkan buah-buah itu di cocol dengan sambel kacang, air liurnya serasa ingin mengalir.

“ Wah, buahnya banyak banget Sep..”

“ Iya teh, tadi ambu buat untuk pesanan eh masih ada sisa jadi Asep bawa aja buat Umi..”

“ Ehmm pedas tapi enak banget..”

“ Kamu jangan banyak-banyak makan pedas sayang, nggak baik buat perut kamu.” ucapan Gavin tiba-tiba membuat Lea menoleh, kenapa dia jadi cerewet sekarang.

“ Kamu kok masih di sini..?”

“ Aku akan pulang kalau sama kamu sayang..”

“ Ish.. Lea nggak mau.”

“ Yaudah, berarti aku bakalan lama di sini.” Gavin duduk di samping Lea dan mengambil piring kecil untuk memisahkan buah buat Lea.

“ Kamu makan buahnya aja, nggak usah pakai sambelnya..”

“ Ihh, mana enak rujak nggak pakai sambel.. siniin sambelnya.” rengeknya.

“ No, aku nggak izinin..”

“ Umiiiii…” adu Lea pada Umi.

Umi hanya bisa terkekeh melihat interaksi Lea dan Gavin.

“ Aa yang tadi pagi di lumbung ya..?” tanya Fabian.

“ Iya, saya Gavin.. calon suami Lea.”

“ Eh, Lea mau nikah..?” ucap Fabian kaget.

“ Bohong Bi..” ucap Lea sambil menggelengkan kepalanya.

“ Sayangg…” protes Gavin menatap tajam ke arah Lea.

Lea menjulurkan lidahnya lalu terkekeh melihat tingkah Gavin, cowok minim ekspresi itu jadi banyak ngomong. Kosakata yang keluar dari mulutnya juga lebih dari tiga kata, biasanya Lea yang sering aktif mengajaknya berbicara.

“ Kamu kenapa jadi cerewet gini sih..?” ucap Lea sambil menyumpal mulut Gavin dengan buah.

TBC..!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!