Plakk..
Itulah respon pertama yang Ayah berikan setelah Gavin selesai bercerita, dia mengakui semuanya pada Ayah. Tamparan yang tidak sepadan dengan kesalahannya.
“ Ayah nggak pernah ngajarin kamu jadi cowok pengecut Gavin.. bercanda kalian sudah tidak lucu lagi, kamu bukan hanya melukai hati gadis itu tapi juga hati Ayah dan Bunda.”
“ Maafin Gavin Yah..”
“ Ayah akan bantu kamu menemukan Lea agar kamu bisa tebus kesalahan kamu dan berjanji untuk berpikir ribuan kali sebelum melakukan hal seperti ini lagi.”
“ Iya Yah, Gavin janji akan bertanggung jawab atas kebahagiaan Lea dan bayi kami.”
“ Kamu tau perjuangan ibu hamil trimester pertama..?” Gavin menggeleng.
“ Kamu cari tau sendiri, semoga itu tidak menambah rasa bersalah kamu.”
Gavin langsung naik ke kamarnya setelah berbicara dengan Ayah, saat ini Bunda belum tau karena permintaan dari Ayah sebagai syarat membantunya mencari keberadaan Lea.
Tubuh dan pikirannya terasa lelah, Lea berhasil menjungkir balikan hidupnya. Sejak kepergian Lea, fokus Gavin tidak jauh dari usahanya menemukan Lea.
Mengingat ucapan Ayah, Gavin membuka laman pencarian mencari info tentang kehamilan. Dia baca dengan teliti semuanya, dan saat dia sudah selesai membacanya hatinya terasa teriris membayangkan kondisi Lea dan bayi mereka meskipun Gavin mengharapkan Lea tidak mengalami kendala di trimester pertama kehamilannya.
^^^
Hoek.. hoek..
Lea kembali memuntahkan makanannya, sejak adanya kehidupan di perut Lea, dia selalu mengalami morning sickness. Saat tiba di desa dan bertemu dengan Umi, dia hanya bisa menangis setelah menceritakan semuanya pada Umi. Umi dengan besar hati menerima keadaan Lea saat ini, Lea butuh seseorang yang menopangnya dan itu hanya di dapatkan dari Umi, orang tua tunggal yang di miliki Lea setelah Abah meninggal.
“ Mual lagi neng..?”
“ Iya Mi..”
“ Ini di minum dulu tehnya biar perutnya hangat..”
“ Nuhun Mi..”
Lea meminum teh itu, mualnya sudah sedikit berkurang. Mata Lea berkaca-kaca saat mengingat kembali semua yang sudah terjadi. Jauh di dalam hatinya ada rasa rindu pada Gavin namun otaknya merespon sebaliknya, dia masih kecewa dengan perbuatan Gavin dan sahabatnya.
Dia yang sebelumnya tidak pernah berpacaran di buat terpesona dengan wajah tampan Gavin, hatinya berbunga- bunga saat cowok itu menyatakan cinta. Semua perhatian yang Gavin berikan membuat Lea terlena hingga berani memberikan hal berharga di hidupnya untuk Gavin.
Lea tidak menyesali karena menyesal pun tak kan mengembalikan semua seperti sebelum bertemu Gavin.
“ Bunda kangen sama Ayah kamu tapi Bunda juga masih kesal, gimana dong..?” celetuk Lea sambil mengusap perut ratanya.
Dia meminum kembali teh buatan Umi sambil memandang hamparan padi dari jendela kamarnya. Lea sudah lama tidak pulang, setelah lulus SMA dia langsung meneruskan kuliah sambil kerja di cafe. Umi memang rutin mengirimi uang saku untuk kebutuhannya di kota tapi untuk meringankan dia memutuskan untuk bekerja dan di sana lah dia bertemu dengan Gavin dan teman-temannya.
Siang ini Gavin di sibukkan dengan pekerjaannya, jadwal meeting nya juga padat namun dia tetap memantau pencarian Lea. Setelah meeting, dia akan bertemu dengan ketiga sahabatnya.
Di cafe..
“ Hai bro, muka kusut banget..” ucap Faris melihat wajah lelah Gavin.
“ Kalian udah pada mesen..?” tanya Gavin.
“ Udah, lo juga udah di pesenin minuman favorit lo..” jawab Galen.
“ Lo belum dapat kabar soal Lea..?” Gavin menggeleng.
“ Gue udah cerita sama bokap, dia bilang mau bantuin gue.”
“ Lo nggak punya info apapun Vin tentang keluarga Lea..?” Gavin kembali menggeleng. Selama dekat dengan Lea, dia hanya berusaha merayu Lea tanpa peduli tentang hidup gadis itu.
“ Gue cuma tau dia tinggal sendiri di kosan..” jawab Gavin sambil meminum Americano pesanannya.
“ Lo kenapa ngotot buat nemuin Lea? taruhan kita kan udah selesai.” tanya Faris.
“ Lea hamil anak gue..” jawab Gavin membuat ketiganya membelakakan mata.
“ Mampus lo Vin, makin nyesel kan lo..” ledek Faris.
“ Gue juga makin merasa bersalah sama Lea..” ucap Galen.
“ Kalian yang kekeh buat nerusin taruhannya, kalau udah begini gimana? dosa kita nambah kan?” ucap Devian.
“ Semoga dengan bantuan orang-orang Ayah bisa cepet nemuin keberadaan Lea.” ucap Gavin.
“ Kalau perlu gue kerahin anak buah gue buat nyari juga..” ucapan Galen membuat Gavin tersenyum, setidaknya semakin banyak orang yang mencari, semakin cepat juga Lea akan di temukan.
TBC..!!
^^^
Ehmm.. next chapter apakah Gavin bisa menemukan keberadaan Lea..?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments