2 tahun lalu sebelum kecelakaan maut terjadi..
Sore hari saat Ariela baru saja pulang dari kursus tataboganya ia melihat Ayahnya tengah berbincang akrab dengan seorang kakek tua yang asing baginya di teras depan rumah, mereka tampak harmonis untuk seukuran orang asing "ahh masa bodoh lah aku hanya perlu menyapa sekedarnya saja" pikir Ariela dalam hati.
"Aku pulang Ayah.. Haloo Kakek!" ucap Ariel yang menyapa sekilas sembari terus meneruskan langkahnya memasuki rumah.
"Haloo juga" ucap Kakek Roger dengan suara serak khas orang tua.
"Duh anak itu kebiasaan banget langsung pergi gitu nggak sopan, maaf ya" ucap Ayahnya Ariel, Demian Hubris.
"Nggak papa, namanya juga anak muda untuk apa mengobrol dengan seorang kakek tua sepertiku hehe"
"Anda belum setua itu kok, anda selalu sehat dan bugar seperti dulu"
"Hahaha makasih pujiannya lho meskipun itu hanya untuk menghiburku hahaha"
"Ahahahha"
"Kondisi kesehatanku semakin hari semakin menurun, banyak aktifitas yang sudah tak bisa kulakukan.. yahh namanya orang tua, aku pun merasa sudah cukup untuk hidup"
"Anda tidak boleh bicara seperti itu, saya yakin anda bisa hidup lebih lama dari yang anda kira"
"Hahahaha.. kenapa perbincangan kita menjadi semakin berat ya hahahh.. ngomong ngomong putrimu barusan sangat cantik yaa, apa dia sudah bekerja? Kalo pacar? Apa dia sudah memilikinya?"
"Hahaha.. anda buru buru sekali ingin tahu tentang putriku satu satunya yaa"
"Tentu saja, dia gadis yang sangat cantik dan enerjik kelihatannya"
"Anak itu.. meskipun saya menginginkan dia hidup dengan menjalani keinginan cita citanya sendiri dan mencari kesuksesan lain tanpa harus mengikuti arah keluarganya tapi ia tetap bersikeras ingin membantuku meneruskan bisnis kecil kami, seperti yang Anda tahu sekian lama toko kami tak ada perkembangan yang signifikan"
"Apa salahnya bisnismu itu? Apa perlu kubantu mengembangkannya, saya kan sudah pernah bilang aku akan bantu jika kamu membutuhkannya??"
"Tidak perlu merepotkan anda, meskipun bisnis kami begini begini saja tapi tetap saja ini cukup untuk kami menggantungkan hidup!"
"Padahal saya selalu ingin membantumu, tapi kamu selalu seperti itu!!"
"Dan saya sudah bilang, Anda tak perlu merasa berhutang budi dengan kejadian di masa lalu, sungguh itu akan membuat saya terbebani"
"Baiklah, saya harus pulang sekarang.. Demian.. datanglah ke rumahku sesekali, rasanya aku tak kuat lagi untuk datang kesini"
"Apa yang anda katakan, anda harus terus sehat!! Panggilah saya jika anda ingin bertemu"
"Tit tit" bunyi suara klakson mobil.
"Iyaa.. supirku tiba aku pergi sekarang"
"Mari saya antar" ucap Demian sembari memegangi lengan kakek Roger yang sulit berjalan namun supirnya segera turun dan menghampirinya dengan mendorong kursi roda kakek Roger.
Kakek Roger tersenyum dan melambai dari dalam mobilnya kepada Demian, seolah itu menjadi salam perpisahannya yang terakhir, Demian terus memandang hingga mobil mewah hitam itu tak terlihat.
*
*
2 Bulan kemudian.
"Tok tok tok" suara ketukan pintu rumah keluarga hubris.
Ibu tiri Ariela membukakan pintunya.
"Iyaa?? Anda mencari siapa?" tanya ibu tiri ariel, Evelina.
"Apa benar ini kediaman Pak Demian Hubris? Nama saya Kennan William hubert, saya cucu pertama dari kakek Roger hubert pemilik J Group " ucap pria yang mengenakan setelan jas mewah dan elegan itu.
"Ahh.. jadi begitu(J Group? Wahh orang kaya), ada perlu apa yaa? Oiyaa silahkan masuk dulu, duduklah.. saya akan memanggil suami saya di toko seberang jalan" ucap evelina sembari menunjuk ke arah tokonya.
"Baik.. maaf merepotkan Anda"
Selang beberapa waktu Demian pulang bersama istrinya, karena kebetulan Ariel sedang ikut membantu di toko roti.
"Halooo.. Saya Demian, katanya Anda cucu Bapak Roger? Ada yang bisa saya bantu?" ucap Demian setelah duduk di hadapan Ken.
"Perkenalkan saya Ken hubert cucu kakek Roger hubert!!"
"Ahhh.. ternyata anda cucunya, anda tampan seperti beliau"
"Terimakasih.. kedatangan saya kemari karena ingin langsung menyampaikan wasiat terakhir dari kakek saya.."
"Apa?? Wasiat terakhir?? Maksud anda?? Beliau???" ucap Demian kaget dan gemetar.
"Benar.. kakek saya telah berpulang seminggu yang lalu, sebelum meninggal beliau dirawat dirumah sakit selama satu bulan dan akhirnya beliau tak bisa bertahan" ucap Ken dengan ekspresi sedih dan putus asa.
"Astaga.. sampai dihari terakhirnya saya tak menemuinya sama sekali, saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri, padahal beliau sudah bilang agar saya menemuinya sesekali, dengan alasan beliau tak memanggil saya tak memiliki alasan mendatanginya, saya sangat menyesal"
"Anda tak perlu berfikir seperti itu, kakek saya pasti telah membuat pilihannya sendiri karena tak mencari anda, Sebenarnya Beliau meninggalkan surat wasiat yang berhubungan dengan anda, tapi saya merasa tidak enak mengatakannya disituasi ini"
"Apa yang beliau inginkan? Saya pasti akan menurutinya jika saya mampu"
"Kakek saya ingin agar keluarga kami tetap menjalin hubungan yang baik dengan keluarga anda dengan menjalin pernikahan"
"Pernikahan? Maksudnya?"
"Saya dengar anda memiliki seorang putri?"
"Benar.. jadi maksudnya putri saya menikah dengan keluarga hubert?"
"Lebih tepatnya kakek saya menginginkan putri anda menikah dengan saya"
"Sepertinya kami tak memiliki alasan untuk menolak niat baik mendiang kakek Roger, benar kan suamiku?" ucap Evelina tanpa berpikir.
"Apa yang kamu maksud istriku? Kita harus menanyakannya kepada Ariel terlebih dahulu sebelum memutuskannya, bagaimanapun ini tentang masa depannya"
"Kamu sendiri baru saja bilang akan menuruti keinginan kakek Roger kan??"
"Benar, tapi ini keputusan yang hanya bisa diputuskan oleh putriku sendiri"
"Saya mengerti, ini pasti berat untuk putri anda karena terlalu mendadak, saya akan menunggu keputusan putri anda"
"Terimakasih untuk pengertiannya nak Ken"
"Tidak, justru saya yang berterimakasih anda tidak langsung menolak saya hehe.. sepertinya saya harus undur diri sekarang karena masih ada pekerjaan yang menunggu, ini kartu nama saya, anda bisa menghubungi saya setelah putri anda membuat keputusan"
"Baik.. anda pasti sibuk, selamat jalan" ucap Evelina sembari tersenyum ramah dan mengantarkan Ken keluar.
" Suamiku.. kamu jangan terlalu khawatir, ini adalah kesempatan baik untuk Ariel dan keluarga kita berbesan dengan pemilik J group" ucap Evelina.
"Aku akan membicarakannya dengan Ariel" ucap Demian yang hendak kembali ke toko roti.
*
"Ayah.. sudah kembali? Aku harus ke tempat kursus sekarang.." ucap Ariel sembari melepas celemeknya.
"Ariel !!"
"Ya?"
"Menurut ayah kamu tidak perlu lagi ikut kelas kursus, kamu sudah lebih mahir jika dibanding ayah"
"Wahh.. keahlianku belum bisa dibandingkan dengan master Chef 'Odiya Bakery' kan ayah, aku juga sedang memperdalam ilmu agar toko kita ini cepat berkembang"
"Tadi.. yang mencari ayah adalah cucu laki laki dari Kakek Roger, kakek yang kamu sapa beberapa bulan lalu, kakek itu sekang sudah berpulang.. dan dia meninggalkan wasiatnya agar putriku mau menikah dengan cucunya!!"
"Kakek ganteng itu sudah meninggal??? lebih dari itu.. Apaaaa?? Menikahhh????"
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments