Ve masuk ke dalam kelas, dia duduk di sebelah Gilang karena hanya di samping Gilang kursi kosong.
"Eh, lo kenapa ngos-ngosan gitu?" tanya Gilang.
"Gue tadi nabrak dosen, tapi gue ngga tahu siapa dosen itu. Gue langsung nunduk dan lari ke kelas aja." ucap Ve.
"Kelas mana?" tanya Gilang lagi.
"Di kelas prodi Sosiologi." jawab Ve lagi.
Gilang berpikir, dia tadi melihat pak Erick masuk di prodi Sisiologi.
"Eh, tadi sih gue lihat pak Erick yang masuk ke kelas itu. Jadi lo nabrak dosen di kelas itu?" tanya Gilang lagi.
"Iya, gue nabrak dosen pas keluar dari kelas itu."
"Benar itu pak Erick, lo hati-hati Ve."
"Emang kenapa?"
"Kan dari kelas Sosiologi pak Erick masuk ke kelas kita."
"Eh, yang bener lo?"
"Iya, beneran. Coba lihat jadwal mata kuliahnya."
Lalu Ve melihat jadwal mata kuliah hari ini. Dan memang benar, setelah ini mata kuliah Erick masuk di kelas Ve.
Ve menepuk jidatnya sendiri, tapi kemudian dia tenang lagi. Dia pikir Erick tidak akan sekiler pak Doni.
"Ya udahlah biarin, nanti gue minta maaf lagi sama pak Erick." ucap Ve.
Gilang hanya mengedikkan bahunya, dan tak lama Erick masuk ke dalam kelas Ve. Dia masuk dengan santai dan menatap lurus ke depan. Pandangannya jatuh ke arah Ve yang tertunduk, Gilang melihat pak Erick menatap Ve tanpa mengalihkan lagi.
Ve di senggol siku lengannya oleh Gilang, dan dia berbisik pada Ve.
"Ve, lo di lihatin terus sama pak Erick tuh." bisik Gilang pada Ve.
Ve mendongak ke arah Erick, lalu menunduk lagi. Erick pun duduk dan melihat absensi kelas.
"Sebelumnya, saya mau mengatakan pada kalian semua. Jika masuk kelas jangan terburu-buru, akibatnya tidak melihat orang sekitar dan menabrak orang. Saya tadi di tabrak oleh gajah, untungnya saya tidak jatuh. Dan gajah itu langsung pergi." ucap Erick.
Dia menatap Ve sekilas, niatnya hanya menyindir halus, tapi entah kenapa dia ingin menggoda sedikit.
Dan tentu saja Ve jadi kesal di bilang gajah, meski teman-temannya tidak tahu siapa tadi yang menabrak dosennya itu. Gilang sendiri menatap Ve, merasa lucu di bilang gajah. Tapi kegaduhan terjadi setelah Erick bercerita seperti itu.
"Gajahnya cantik ngga pak?" tanya salah satu teman Ve.
"Lumayan, tapi dia ceroboh." ucap Erick semakin membuat Ve kesal.
"Waah, asyik tuh pak di tabrak gajah cantik. Bisa di ajak kenalan." ucap satu temannya lagi.
Yang lain tertawa kecil, Ve semakin kesal pada dosen barunya itu. Tatapannya tajam menghujam, namun dia alihkan lagi ketika pandangannya bertemu.
"Boleh pak kalau gajahnya bahenol, bisa di naikin nih."
"Hahahaha..!"
Semua satu kelas tertawa, Ve semakin kesal di buatnya. Gilang hanya tersenyum, faktanya tubuh Ve tidak gemuk dan juga bahenol seperti gambaran teman-temannya.
Tubuh Ve kecil, ramping dan tinggi. Wajahnya juga lebih mengarah pada oriental meski bola mata dan kelopak matanya bulat, tidak sipit seperti kebanyakan berwajah oriental. Jika di dandani dia terlihat cantik seperti artis Sandra Dewi, tapi lebih tegas wajahnya.
"Sudah, jangan membahas gajah lagi. Takut dia marah jika dengar candaan saya." ucap Erick merasa bersalah telah mengolok-olok Ve.
Dia kembali menatap Ve sekilas yang membuang muka ke arah jendela, tapi terlihat kesal di wajahnya. Erick tersenyum tipis, dia lalu membuka buku untuk memulai mata kuliahnya.
_
Ve segera pulang setelah kelas bubar. Dia seperti biasa akan melatih anak-anak di klub karate di tempatnya dulu berlatih karate juga.
"Ve, lo langsung pulang?" tanya Gilang mensejajari langkah Ve menuju parkiran.
"Iya, gue ada tugas lagi di klub." jawab Ve pada Gilang.
"Lo sibuk banget deh kayaknya. Apa setiap hari lo ngelatih anak-anak belajar karate?" tanya Gilang lagi.
"Iya, bahkan malam juga ada yang harus gue latih. Karena mereka ikut turnamen karateka nanti sekecamatan." jawab Ve lagi.
Mereka kini sudah ada di parkiran, Ve sudah mengambil motornya dan langsung menaikinya.
"Veee, tunggu!" teriak Andre seperti biasanya.
Ve melengos sebal. Dia siap menjalankan motornya, tapi Andre sudah menarik bagian belakangnya hingga Ve susah untuk jalan.
"Apa sih lo?!" ucap Ve kesal.
"Tunggu gue, gue mau ngomong sama lo." kata Andre masih memegangi motor Ve dari belakang.
"Ve, gue ke kantin dulu ya." kata Gilang.
"Ya."
Ve menghentikan motornya, tapi dia belum turun. Andre melepas pegangannya di motor Ve.
"Lo mau ngomong apa?" tanya Ve penasaran.
"Gue pusing di tanga terus sama si Sandi, dia nanya lo terus tuh." kata Andre.
"Ck, emang dia mau apa sih tanya gue terus?" tanya Ve lagi.
"Ya kan gue udah cerita ke elo, dia suka sama lo." kata Andre lagi.
"Bilang sama dia, gue ngga mau pacaran. Perjalanan gue masih jauh kalau mau pacaran, dan bilang juga jangan mengharapkan gue karena gue udah pasti menolak. Jadi sebelum cintanya gue tolak secara langsung, lo bilang sama temen lo itu." ucap Ve panjang lebar.
Andre menarik nafas kasar, dia juga sebenarnya sudah bilang sama Sandi. Tapi dia tetap kekeh pengen ngomong sendiri sama Ve.
"Ve, gue udah ngomong berkali-kali sama dia. Tapi dia cuma mau ngomong bentar sama lo katanya. Setelah itu, terserah lo deh. Mau nolak atau gimana. Gue yang pusing di tanyain mulu sama si Sandi." ucap Andre.
"Udah lah, gue mau pulang. Lo bawa motor?" tanya Ve.
"Motornya belum jadi di bengkelnya. Boleh deh gue numpang lagi sama lo." jawab Andre.
"Ya udah ayo cepetan, gue nanti terlambat lagi ke klubnya." kata Ve.
Dan tanpa membuang waktu Andre naik motor di belakang Ve.
Mahasiswa lain yang melihat Ve membonceng Andre, itu sudah biasa melihatnya. Meski ada saja yang mencibir mereka. Tapi Ve cuek saja membonceng Andre di belakang.
_
Sore hari Ve ternyata telat datang. Di dalam gedung itu ternyata sudah berkumpul semua anak-anak yang akan di latihnya hari ini.
" Ve, kok telat?" tanya Arfan.
"Iya bang, aku tadi pulang dari kampus di suruh ibu beli bahan kue dulu ke pasar." jawab Ve.
Dia meletakkan tas ranselnya di meja, dan siap memakai baju karate warna putih bersabuk hitam.
"Ya sudah, kamu cepat latih mereka. Tadinya ada kakaknya Jody ingin menemuimu." kata Arfan lagi.
"Mau apa?" tanya Ve heran.
"Dia mau berterima kasih telah mengantarkan adiknya pulang tempo hari katanya. Emang kamu pernah mengantar adiknya pak Jeff?" tanya Arfan.
"Adiknya pal Jeff? Siapa bang?"
"Kakaknya Jody, pak Jeff. Tapi dia sudah pergi beberapa waktu lalu.
Ve menghela nafas panjang, dia lalu menghampiri anak-anak yang sudah siap meneriam materi dari Ve sore ini. Semua sangat antusias mengikuti latihan.
Dan waktu terus berlalu, Ve menyelesaikan latihannya dan menyuruh anak didiknya untuk membubarkan diri dan pulang ke rumahnya masing-masing.._
_
_
_
😊😊😊😊😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
NandhiniAnak Babeh
yuhuu
2022-03-14
0
Nur Aeni
oke lanjut..
2022-03-03
0