Setelah mata kuliah pak Doni yang kiler itu, kini berganti dengan mata kuliah lainnya.
"Lang, katanya ada dosen baru ya?" tanya Ve pada Gilang.
"Iya, tapi ngga tahu mata kuliah apa." jawab Gilang.
Seperti biasanya, jika dosen selesai mengajar mata kuliah mahasiswa ribut dan bercanda. Ada yang merumpi, ada yang bercanda dan ada juga yang langsung mengerjakan tugas dari pak Doni.
Ketika semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada seorang laki-laki masuk yang lumayan tampan wajahnya. Semua mata terpana pada laki-laki itu.
Dengan wajah datar, dia berjalan menuju meja dan kursi yang biasa dosen duduk untuk menyampaikan mata kuliah.
Semua mata mahasiswa dan mahasiswi tak lepas dari gerakan sang laki-laki itu.
Dia duduk dengan santai, meletakkan tas yang dia bawa juga beberapa buku untuk mengajar mata kuliahnya.
"Selamat siang semuanya." ucapnya.
"Selamat siang pak." jawab semua mahasiswa.
Laki-laki itu berdiri di depan kelas, dia melangkah maju mundur. Pandangannya mengedar di setiap bangku mahasiswa, sampai pada kursi Ve. Dia menatap lama.
Dia heran, kenapa Ve diam saja dan masih menunduk menulis entah apa.
Ingin dia menegur, namun sebelumnya dia akan memperkenalkan diri pada mahasiswanya.
"Bapak dosen baru ya?" tanya ketua kelas, Ramon.
"Iya, perkenalkan nama saya Erick Jefferson. Dosen mata kuliah matematika yang baru di kelas ini. Nanti ketua kelas saya minta nama-nama mahasiswa di sini agar saya bisa mengenal kalian semua." kata Erick.
Kembali dia menatap Ve yang masih sibuk dengan tulisannya. Gilang yang duduk di sebelah Ve, menyenggol lengan Ve agar dia menghentikan kegiatan menulisnya.
"Ve, berhenti dulu nulisnya. Tuh lihat dosen baru liatin lo terus dari tadi." bisik Gilang pada Ve.
Ve menoleh ke arah Gilang yang menunjuk ke depan sudah ada dosen baru. Mata Ve beralih ke arah dosen yang sedang menatapnya. Mereka saling berpandangan, lalu Erick mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Coba, siapa ketua kelas di sini?" tanya Erick.
Dan semua menunjuk pada Ramon, Ramon pun mengerti. Dia maju ke depan dengan membawa buku absen teman-temannya. Kemudian di berikan berikan pada Erick.
"Ini pak, nama-nama mahasiswa di kelas kami." ucap Ramon.
Erick tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia lalu membuka buku absen tersebut dan meneliti satu persatu nama-nama yang terdaftar di sana.
Dia kemudian menyebut satu persatu, dan melihat wajah setiap mahasiswanya.
"Adinda Rahmawati."
"Iya pak, saya."
"Bima Samudra."
"Saya, pak."
Erick terus menyebut nama-nama mahasiswanya, hingga di kedua nama terakhir dia mengerutkan keningnya.
"Ve."
"Saya pak." sahut Ve.
Erick berdiri dan melangkah ke depan, dia ingin tahu kenapa nama itu sangat singkat.
"Ve, nama kamu hanya dua huruf?" tanya Erick penasaran.
"Iya pak, ibu saya memberi namaku seperti itu." jawab Ve.
Semua teman-teman Ve juga sebenarnya heran, kenapa namanya cuma dua huruf.
"Apa ibu kamu kurang kosa kata, sehingga nama kamu hanya dua huruf?" tanya Erick semankin penasaran.
"Tidak, ibuku wanita cerdas. Agar beliau tidak rumit mengeja namaku pak Erick." jawab Ve tegas.
Menarik, gumam Erick dalam hati. Dia akan mencari tahu tentang Ve, lalu Erick duduk lagi memgambil bukunya dan membuka halaman pertama. Tapi sebelumnya dia ingin tahu, sejauh mana mata kuliah yang pernah di ajarkan oleh dosen sebelumnya.
Dia memulai mata kuliah dengan memberi soal ringan, lalu di tugaskan untuk di selesiakan secara mandiri.
Ve sendiri masih fokus dengan tugas dari mata kuliah statistik.
"Ve, lo masih mengerjakan tugas dari pak Doni?" tanya Gilang pada Ve.
"Iya nih, tanggung." jawab Ve.
"Tapi di kerjakan di rumah kan bisa, Ve?" kata Gilang lagi.
"Sore gue harus bantu ibu ngirim pesanan ke langganannya. Malam gue ada tugas dari klub untuk melatih anak-anak yang siap tanding di turnamen." jawab Ve.
Gilang hanya menggeleng kepala saja, dia takjub dengan sahabatnya itu. Bisa menyelesaikan semua tugas dengan baik.
"Ve, pak Erick ngeliatin lo terus tuh." kata Gilang.
Ve mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Erick yang masih menatapnya.
Ve pun menutup bukunya, dan beralih memgambil buku mata kuliah matematika. Ve kembali melihat ke arah dosen tampan itu.
"Ve, bisa kamu maju ke depan?" tanya Erick.
Ve diam, dia menatap papan tulis. Baru tahu ada tugas dari dosennya itu.
Dia mengambil bukunya mencatat apa yang tertulis di papan tulis. Tapi dia merasa aneh, kenapa di beri tugas dulu?
"Maaf pak, apakah harus mengerjakan tugas dulu sebelum mata kuliah anda di jelaskan?" tanya Ve.
Semua mata menatap Ve, apakah Ve tidak mendengarkan ucapan pak Erick tadi?
"Ve, saya kecewa kamu lebih fokus pada satu mata kuliah saja. Sehingga kamu tidak mendengarkan penjelasan saya tadi." jawab Erick.
Ve diam, matanya berkeliling melihat teman-temannya menatapnya aneh. Gilang menyenggol lengan Ve kembali, dia berbisik pada Ve.
"Makanya lo jangan nulis aja, tuh kan jadi malu sendiri." bisik Gilang.
"Baik pak." ucap Ve tiba-tiba.
"Apanya yang baik?" tanya Erick.
Semua teman Ve tertawa kecil, malah ada yang di tahan dengan tangannya.
"Eh, maksud saya akan saya kerjakan tugas dari bapak." ucap Ve gugup.
"Perlu saya jelaskan lagi apa yang saya ucapkan?" tanya Erick.
"Tidak pak, saya bisa mengerjakan tugas pak Erick kok." ucap Ve penuh keyakinan.
"Oke, sekarang kamu kerjakan tugas pertama perkenalan saya ini." ucap Erick lagi.
Setelah bicara seperti itu, kembali Erick duduk di kursinya. Dia seperti mencatat sesuatu di pikirannya.
_
Mata kuliah terakhir telah selesai, kini waktunya pulang. Ve merapikan buku-bukunya dan bergegas pulang karena tugas sudah menantinya lagi.
Teman-teman Ve di kelas sering membahas pak Erick, dosen baru yang tampan juga sangat cerdas dalam menerangkan mata kuliah matematika. Entahlah, apa memang karena Erick pandai menjelaskannya atau karena mahasiswa sangat tertarik karena ketampanan Erick.
"Ve, lo kok kelihatannya ngga tertarik dengan pak Erick ya?" tanya Sonya teman satu kelas Ve.
"Tertarik apanya?" tanya Ve santai.
"Ih, pak Erick tuh tampan tahu. Gue baru tahu kalau pak Erick hanya masuk di kelas kita aja dan di kelas semester tujuh. Dia jadi idola dadakan di kampus kita." ucap Sonya lagi.
"Ya, silakan kalian mengidolakan pak Erick. Gue biasa aja, jadi jangan khawatir gue akan tertarik dengan pak dosen tampan itu." ucap Ve lagi.
"Ah, yang bener lo? Tapi kelihatannya tadi pak Erick liatin lo terus deh, dari pertama masuk sampai selesai."
"Taulah, gue ngga peduli."
Ve lalu keluar dari kelasnya menuju parkiran. Dari jauh Andre sudah memanggil Ve dengan teriakannya.
"Veee, tunggu gue!" teriak Andre.
Ve berhenti, lalu dia melanjutkan langkahnya. Andre sudah sejajar dengan Ve langkahnya.
"Ve, tadi ada salam dari Simon." kata Andre.
"Simon siapa?"
Ya elah nih anak, Simon si bintang basket itu. Dia suka sama lo."
"Oh."
"Lho, kok oh aja sih jawabnya."
"Ya, terus gue mau jawab apa?"
"Ya apa kek, biar gue dapat traktiran dari Simon jika bisa ngedektin lo sama dia."
"Mimpi aja lo, udah ah. Gue mau pulang, anak-anak pasti udah nugguin gue di klub. Kalao lo mau bareng sama gue, cepetan sekarang."
"Ngga, Ve. Gue ada janji sama Fika mau ngerjain tugas bareng."
"Ya udah, gue cabut dulu."
Ve segera menaiki motor scoopynya dan langsung menjalankannya, melaju dengan kecepatan sedang untuk pulang ke rumahnya.
_
_
_
😊😊😊😊😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Eli Susanti
sdh mampir ni thor.
2022-10-31
0
NandhiniAnak Babeh
seru nih Thor 🤗
2022-03-14
1
Zully
lumayan bagus ceritanya...
2022-02-26
0