Hukuman Bella

Bella menelusuri malam dengan mengendarai mobilnya, arah maps dari ponsel menunjukkan jalan yang harus Bella lalui.

Sungguh menyusahkan! Jika bukan karena sahabatnya, Sofia... Bella tidak akan pernah mau melakukan ini, apalagi ia sama sekali tidak bersalah tetapi pria itu bisa-bisanya memutar balikan fakta.

Adanya CCTV pun rasanya percuma, Sean pasti tidak akan peduli dan malah memperumit masalah. Pria itu hanya memikirkan dirinya sendiri kemudian mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara licik sekalipun.

Kini yang terpenting adalah mempertahankan kerja sama antara perusahaan Fernando'z Group dan Shopie Fashion.

Bella harus membujuk pria tersebut supaya mau meneruskan kerja sama dengan perusahaan Sofia, entah hukuman apa yang akan Sean beri, Bella berharap mereka tidak akan pernah berurusan lagi setelah itu. Semoga saja!

Mobil yang dikendarai Bella berhenti di sebuah gedung apartemen yang begitu mewah dan megah, ia menatap kembali kertas yang pagi tadi Sean beri, Bella mengecek apakah ia sudah berada di alamat yang tepat atau belum.

"Sepertinya memang disini... " Bella keluar dari mobil kemudian masuk ke dalam gedung tinggi itu.

Ia menanyakan kepada resepsionis ada di lantai berapa kamar President Suite.

"Kamar President Suite ada di lantai paling atas, Nona"

"Baik, terimakasih"

Bella kembali menyeret kedua kakinya, ia lantas menaiki lift dan tak lama lift itu berhenti di lantai teratas.

Bella menyusuri koridor sembari melirik kanan kiri mencari pintu yang sama dengan yang tertera dalam kertas yang tengah Bella pegang.

Kaki jenjang Bella berhenti di salah satu pintu berwarna coklat kayu yang pekat, jari lentik Bella mulai menekan bel pintu satu kali.

Hampir satu menit Bella menunggu, akhirnya suara pintu terbuka terdengar didepannya.

Seorang pria gagah nan perkasa muncul dari balik pintu apartemen President Suite, namun nafas Bella mendadak tercekat tatkala melihat Sean yang berdiri hanya dengan memakai boxer saja.

Tiba-tiba jantungnya berdebar, Bella meneguk saliva beberapa kali hingga mengeluarkan keringat dingin.

"Ahh.... Kau sudah datang ternyata, baguslah... Ayo masuk" Sean mengajak Bella masuk ke dalam apartemen miliknya.

Beberapa detik Bella mematung, terkejut sebab mendapati Sean yang muncul hampir sudah setengah telanj*ang. Tapi tak berapa lama kemudian dirinya tersadar.

"Astaga! Apa yang aku lihat tadi???" Segera menyusul Sean ke dalam.

"Duduklah dulu, santai saja disini tidak ada siapapun" Ucap Sean memberitahu.

"Tidak perlu, aku kesini untuk menyelesaikan hukuman ku. Sekarang katakan, apa hukumannya?" Tolak Bella tanpa basa-basi lagi.

Sean terkekeh mendengar penuturan Bella, ia berjalan mendekat sampai jarak diantara keduanya mengikis.

"Kenapa kau begitu buru-buru? Apa kau sudah tidak sabar melakukan hukuman mu?" Tutur Sean sedikit menggoda.

"Aku tidak punya banyak waktu, aku ingin segera istirahat. Waktu ku terlalu berharga untuk disia-siakan" Jawab Bella ketus melipat kedua lengannya.

Sean tertawa keras melihat sikap jutek Bella padanya, ia semakin suka menggoda wanita cantik ini.

"HAHAHA......!! Kau lucu sekali jika sedang marah, aku malah senang melihat ekspresi mu. Sungguh menggemaskan" Bisik Sean tepat di telinga Bella.

Hal itu membuat tubuh Bella meremang, nafas halus Sean membuat bulu kuduk nya berdiri tegak. Aliran darahnya pun seolah membeku tak berfungsi

"Bisakah kau menjauh dariku?? Kulitmu hampir bersentuhan denganku" Bella mendorong dada bidang Sean agar mereka memiliki jarak.

Tetapi hal yang tidak Bella duga Sean justru menarik pinggangnya membuat mereka berdua tak memiliki jarak sedikit pun.

"Memang ini yang aku mau" Ungkap Sean penuh arti.

DEG.

Kedua mata Bella membola penuh, debaran jantungnya semakin tak karuan seakan ingin terlepas dari tempatnya. Tubuh Bella mendadak membeku dalam dekapan Sean.