Aku terbangun dari tidurku saat waktu menunjukkan pukul 04.00 WIB. Ada masih banyak waktu menuju waktu subuh. Ku putuskan untuk segera membersihkan diri lalu sholat tahajud, sesuatu yang sudah lama tak ku lakukan.
Aku bersimpuh memasrahkan diri kepada-Nya. Meminta agar semua selalu dimudahkan, juga meminta agar diberikan kesehatan untuk 'ku serta janin yang ku kandung.
Terdengar kumandang adzan, tak lama Mbak Febi terbangun. Ia memintaku untuk menunggunya, kemudian kami sholat berjama'ah.
Seusai sholat aku memutuskan untuk membereskan pakaian serta barang-barangku ke dalam lemari yang telah Mbak Febi siapkan. Ku tata dengan rapi agar baju-bajuku bisa masuk semua.
"Dek, yuk, sarapan dulu!" Terdengar suara Mbak Febi dari arah dapur.
"Ya, sebentar, Mbak."
Aku beranjak menemuinya. Disodorkannya semangkuk bubur padaku. Aku merasa pagi ini baik-baik saja tak ada rasa mual seperti biasanya, bubur yang diberikan Mbak Febi habis tak bersisa.
"Kemarin saat dokter periksa kandunganmu, usianya sudah masuk 8 week. Tapi sepertinya rasa mualmu sudah berkurang, tapi bagaimana kondisi kita juga sih, kadang ada yang mual sampai muntah, ada yang biasa aja. Asal jangan lupa diminum obatnya dan jangan biarkan perut kosong," ujarnya saat melihat aku makan dengan lahap.
"Oh, baik, Mbak. Bagaimana dengan janinnya?" tanyaku.
"Janinnya sehat, detak jantungnya normal. Tapi kamu tetap harus jaga kondisi, jangan kecapean seperti kemarin."
"Oke, Mbak." Aku mengangguk.
"Hari ini, Mbak masuk kerja dari jam 8 sampai jam 4 sore. Kamu banyak-banyak istirahat aja, ya. Kalau mau makan tinggal beli di kontrakan yang paling ujung, di sana ada jual temen nasi. Tapi kalau mau masak kamu bisa belanja sayuran di warung depan jalan sebelum masuk ke sini. Untuk nasinya Mbak udah masak di rice cooker."
"Oh, iya, Mbak. Makasih banyak. Nanti aku masakin makanan buat Mbak, mau dimasakin apa?"
"Gak usah, kamu jangan terlalu capek. Mbak berangkat dulu, ya."
"Iya, Mbak. Hati-hati di jalan!"
Ah, betapa senangnya punya kenalan sudah seperti kakak sendiri. Ku selesaikan merapikan pakaian sebelum bergegas menuju warung untuk belanja. Aku akan menyiapkan makanan untuknya nanti.
Sekitar dua jam lamanya, aku membereskan semua pekerjaan. Mulai dari belanja ke warung, memasak, lalu membersihkan dapur serta menyapu lantai. Tubuh ini terasa penat ku putuskan untuk rebahan di kamar. Ku ambil ponselku lalu berselancar.
Aku teringat dengan pesan kemarin malam. Ku ketik pesan untuk kembali menghubunginya.
[Assalaamu'alaikum. Mbak ini saya yang punya rumah untuk dikontrakkan]
Tak lama pesanku dibalas.
[Oh, iya, Mbak. Berapa harga sewanya? Dibayar perbulan atau pertahun?] tanyanya.
[Boleh yang mana saja, Mbak. Kalo mau perbulan 800, untuk pertahun 8jt] jelasku.
[Wah, lumayan juga, Ya. Boleh kurang, Mbak?] tawar si penyewa.
[Maaf, Mbak, tidak bisa. Karena di dalamnya ada peralatan rumah yang bisa digunakan] jelasku.
[Oh, baiklah jika begitu.]
Lalu kami deal dengan harga yang ku tawarkan. Ku katakan bahwa kuncinya ada padaku, sedangkan aku berada di kota B. Beruntung suami si penyewa bekerja di kota ini dan katanya uang untuk sebulan ke depan pun akan langsung dibayar. Kami membuat janji temu sore nanti.
***
Bosan tak ada kegiatan aku mencari-cari informasi seputar kehamilan. Ku download salah satu aplikasi yang dapat memantau pertumbuhan janin. Segera aku log in dan mengisi data yang diperlukan. Setelah semua ku selesaikan tampak gambar bentuk janin di usia kandunganku sekarang. Ada rasa yang berdesir dalam hati, bercampur aduk antara haru, senang sekaligus sedih.
"Ibu akan menjaga dan merawatmu, walau tanpa ayah, Nak." Ku elus perutku yang masih rata.
Lalu ku baca informasi lainnya seputar kehamilan. Ku lakukan senam hamil sesuai anjuran dan menerapkan pola makan yang sehat. Ah, ternyata menjadi ibu hamil bukan hal yang buruk.
***
Sore menjelang, aku bersiap untuk menemui seseorang yang akan menyewa rumahku. Saat bergegas pergi, Mbak Febi datang.
"Dek, mau kemana?" tanyanya.
"Ini, Mbak, ada yang mau nyewa rumahku di kampung. Kebetulan suaminya bekerja di kota ini, tadi siang kita membuat janji temu untuk menyerahkan kunci serta uang sewanya," jelasku.
"Tunggu sebentar! Biar mbak antar."
"Eh, gak usah, Mbak. Aku sudah pesan ojol. Mbak, istirahat saja, aku sudah siapkan makanan untuk Mbak."
"Baiklah, segera pulang jika sudah selesai. Tetap hati-hati dengan orang sekitar!" pintanya penuh perhatian.
Aku mengangguk, lalu bergegas pergi. Abang ojol sudah menungguku di depan.
Setelah sampai di tempat yang kami janjikan, seorang bapak tampak sedang menunggu seseorang. Sepertinya dia yang akan menyewa rumahku. Ku pastikan benar dia orangnya dengan kembali menghubunginya melalui ponsel, dan ternyata benar.
Terlihat bapak itu tampak baik. Alasan dia menyewa rumahku, katanya untuk istri keduanya. Ah, ternyata ada yang seperti itu. Setelah kami sedikit perkenalan segera kami serah terima. Aku memintanya untuk merawat rumah dan perabotan di dalamnya dengan baik. Awalnya dia sungkan untuk menggunakan perabotanku, namun aku jelaskan bahwa biaya sewanya termasuk biaya sewa perabotan yang ada di dalamnya.
Sebelum pulang ku putuskan untuk pergi ke super market membeli makanan untuk cemilan di kontrakan. Aku beli buah-buahan, susu ibu hamil, kurma serta madu yang dipercaya dapat menjaga nutrisi ibu hamil. Juga tak lupa makanan ringan seperti biskuit dan lainnya, karena menurut artikel yang ku baca, ibu hamil perlu banyak ngemil, sedikit-sedikit tapi sering. Tentu saja, ini akan menambah berat badanku.
Sesampainya di kontrakan, Mbak Febi sudah menunggu di depan pintu. Wajahnya terlihat begitu khawatir.
"Kenapa lama sekali, bikin Mbakmu ini khawatir aja."
"Hehe udah belanja dulu di super market, Mbak. Tenang, aku baik-baik aja."
Kami bergegas masuk bersama. Ku letakan makanan yang dibeli tadi di atas meja, mengajak Mbak Febi untuk ngemil bersama.
"Oh, ya, Mbak. Biaya kontraknya berapa perbulan? Biar aku bayar separuhnya."
"Gak usah, kamu tabung saja uangmu untuk biaya persalinan nanti."
"Kalo gitu, aku malah makin gak enak sama Mbak, nanti aku cepet-cepet pindah kalau gitu."
"Eehhh, ya, jangan dong, Dek. Kontrakan ini milik orang tua Mbak. Mbak disini selain tinggal juga ngurus keuangan kontrakan ini, karena orang tua mbak 'kan tinggal di kota S," imbuhnya.
"Dulu, mbak ngurus kontrakan ini dengan adek mbak. Usianya sepertinya sama denganmu. Namun karena penyakit kankernya dia tutup usia tiga tahun yang lalu." Ada kerinduan tersirat dari wajahnya.
"Sejak saat itu, mbak merasa kesepian dan selalu mencari gadis seusianya untuk diajak tinggal di sini menggantikannya. Dua bulan yang lalu ada mahasiswi kampus U tinggal di sini, cuma karena jaraknya yang cukup jauh dia memutuskan untuk pindah ke tempat kost," lanjutnya.
"Bagaimana bisa mbak percaya pada semua orang, termasuk aku?"
"Mbak menganggap semua orang baik, tak ada rasa curiga. Alhamdulillah sampai saat ini sudah ada lima orang termasuk kamu yang menjadi adik Mbak. Kami masih saling tukar kabar walau sudah pada pindah. Yang pernah tinggal di sini kebanyakan dari luar pulau, jadi Mbak betul-betul percaya karena kebanyakan dari mereka butuh bantuan dari orang yang sudah kenal kota ini."
Oh ternyata kebaikannya terlahir dari prasangkanya yang baik, walau penyebabnya karena kesepian, tapi yang dia lakukan bukan hal buruk, justru benar-benar membantu orang-orang yang kesusahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Mala Mala Sdj
800 sbulan murah bgtt..kost kamar aja sm harganya :)
crt bagus tulisan dn tata bahas bagus 👍
2021-07-26
0
Lost
Like 😍
2020-06-08
0
Fatiha Syamil
up lagi
2020-05-29
0