MAMA MUDA
Malam minggu ini merupakan hari jadi hubungan antara Nia dan Angga. Mereka memutuskan untuk merayakannya dengan menghabiskan malam berdua. Mulai dari makan, nonton dan bersantai di taman kota.
[Sayang, nanti aku jemput jam 7] Pesan Angga pada siang harinya.
Dengan penuh suka, Nia sangat antusias mempersiapkan untuk malam ini karena Angga cinta pertamanya. Dia menyiapkan kado kecil untuk diberikan pada Angga nanti.
Tepat pukul tujuh Angga berada di depan rumah Nia. Nia menghampiri dengan mengenakan dress peach dan sedikit riasan membuat dia cantik dan mempesona. Rambutnya dibiarkan tergurai dengan jepit bunga tersemat di bagian kirinya.
Angga terkagum-kagum melihat tampilan kekasihnya itu saat ini. Biasanya, Nia hanya menggunakan kaos dengan setelan jeans atau rok, tak pernah Angga melihatnya menggunakan dress.
"Kamu cantik banget, Sayang," puji Angga saat mereka sudah berda di dalam mobil.
"Pacar siapa dulu dong!" jawab Nia sambil tersenyum genit.
"Ga sabar ingin menjadikanmu ibu dari anakku."
"Apaan sih, baru saja aku lulus sekolah," jawab Nia tersipu malu.
Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah restoran. Segera Angga memesan makanan, lalu mereka menikmati setiap makanan yang tersaji dengan santai.
Nia merupakan siswi lulusan SMA favorit di kotanya. Ya, baru saja minggu kemarin dia menerima pelulusan dan dinyatakan lulus. Sedangkan Angga merupakan maha siswa kedokteran tingkat dua. Mereka bertemu saat sama-sama berada di perpustakaan kota.
***
Kini mereka duduk di kursi yang berada di taman kota. Terlihat betapa bahagianya mereka malam ini. Nia teringat akan memberikan sesuatu pada Angga, diberikannya kado keci itu.
"Apa ini?" tanya Angga heran.
"Buka aja!" jawab Nia. Seulas senyuman menghiasi bibirnya.
Terdapat jam tangan di dalamnya. Angga sangat suka dengan pemberian Nia itu, refleks dia mencium kening Nia. Nia tersenyum lalu memeluk kekasihnya itu.
"Yuk," ajak Angga.
"Mau kemana?" tanya Nia heran.
"Mau ngasih kejutan juga," jawab Angga sambil mengedipkan mata.
Ditancapnya gas, tak lama mereka berhenti di mall.
"Tunggu, Ya! Aku aja yang ke sana," kata Angga.
Nia menunggu di dalam mobil sambil mengingat momen demi momen yang mereka lalui selama ini. Senyuman terus merekah di wajahnya.
"Ah, betapa bahagianya aku memiliki pacar yang tampan, pintar, perhatian, setia juga sangat menjagaku," gumam Nia.
Tak pernah Angga melakukan hal di luar batas, sejauh ini hanya mencium kening dan memeluk yang dia lakukan. Berbeda dengan cerita teman-temannya yang hampir semua sudah merasakan ciuman. Ah, biarlah jiwa raga ini untuknya setelah kami menikah, ungkap Nia dalam hati.
Angga tiba di mobil dengan tas di tangannya. Diberikannya tas itu pada Nia, lalu dia menyalakan mobilnya.
"Jangan dulu dibuka, nanti aja!" titah Angga.
Saat mereka di tengah jalan, hujan turun. Angga memutuskan untuk mengantar Nia pulang. Setibanya di rumah Nia, mereka segera masuk.
"Kamu di sini dulu aja, ya. Mau ku buatkan kopi?"
"Boleh."
Nia pergi ke dapur meninggalkan Angga di ruang tamu. Pikirannya melayang, baru kali ini malam-malam Angga berada di rumahnya, bagaimana jika terjadi sesuatu, namun dia percaya Angga tidak akan melakukan hal di luar batas kepadanya.
Nia mendiami rumahnya seorang diri. Ayah dan ibunya bercerai sejak ia sekolah dasar. Ayahnya pergi menikahi wanita lain. Hanya ibunya yang merawat Nia seorang diri, maka mereka merantau pindah kota karena ibunya sulit mencari kerja. Bertahun-tahun ibunya bekerja serabutan hingga saat Nia duduk di bangku SMA ibunya bekerja di luar negeri sebagai TKW.
"Nih, Sayang." Nia menyodorkan kopi pada Angga.
"Oh, ya, tas tadi boleh dibuka!" kata Angga, "langsung pakai, ya!" lanjutnya.
Nia membuka bingkisan tersebut, ternyata dress panjang berwarna crem. Segera dia coba di kamarnya lalu menunjukannya pada Angga.
"Yang, kok gini modelnya." Nia sedikit risih karena belahan dada yang terbuka dan bagian rok terbelah sampai paha.
Angga tersenyum lebar, senyumannya berbeda dari sebelum-sebelumnya.
"Gapapa, Sayang. Cantik kok!"
"Oke kamu duduk dulu, ya! Sekarang aku buatin minum buat kamu." Angga beranjak dari duduknya lalu ke dapur.
Nia masih sibuk mencari posisi nyaman dengan dressnya itu, belahan dadanya sangat terlihat jelas. Tak lama Angga datang dengan segelas teh hangat di tangannya.
"Kita habiskan malam ini di sini, ya." Angga kembali tersenyum nakal.
"Mau nonton film atau makan lagi, Yang?" Nia menawarkan untuk menghilangkan rasa was-wasnya itu. Berkali-kali dia meyakinkan hatinya, bahwa Angga pria yang baik.
"Gak usah duduk aja sini!" Angga menepuk-nepuk kursi di sampingnya.
Nia mendekat. Mata Angga tertuju pada setiap lekukan tubuh Nia. Rasa was-was Nia sepertinya memberi aba-aba memang akan terjadi sesuatu malam ini.
"Yang, selama kita pacaran kita gak pernah melakukak apa-apa," keluh Angga.
"Memangnya harus ngapain? Kita sudah melewati banyak hal, Sayang," jawab Nia sambil menyeruput teh buatan Angga.
Angga tersenyum melihat Nia sudah meminum setengah gelas tehnya. Nia merasakan sedikit pusing lalu kembali minum tehnya. Kali ini tidak hanya pusing, namun ada sedikit gairah dalam dirinya.
"Ciuman itu salah satu bukti cinta, Sayang!" ucap Angga mendekatkan wajahnya.
Tak menunggu aba-aba, Angga melakukan aksinya. Diciumnya bibir indah Nia, dan disambut baik oleh Nia. Nia merasa tak berdaya untuk menolak, setengah kesadarannya telah hilang dari dirinya.
***
Sinar mentari menyorot melalui celah-celah jendela membuat Nia terbangun dari tidurnya. Dia mengangkat kepalanya, tangannya sesekali menyentuh pelipis, terasa kepalanya sakit dan berat.
Dia terkejut saat mendapati tubuhnya hanya berbalut selimut. Kembali mengingat apa yang telah dia lalui semalam. Matanya menyapu sekeliling kamar tampak sedikit berantakan dengan dress dan pakaian dalamnya yang berserakan. Saat melihat sebuah drees yang berwarna crem dia mengingat sedikit demi sedikit yang telah Angga lakukan terhadapnya.
Nia beranjak dari tempat tidur dengan selimut masih menutup tubuhnya. Diraihnya handuk yang menggantung segera dia bergegas ke kamar mandi.
Dipandangnya pantulan diri pada cermin yang berada di kamar mandi. Banyak noda merah di bagian leher, dada serta perutnya. Nia mengacak rambut frustasi. Tak dapat lagi dia tahan air matanya kini menganak sungai.
"Tega sekali kau melakukan ini semua, Angga!" lirihnya.
Usai mandi dia duduk di meja rias. Matanya tertuju pada secarik kertas yang di lipat. Dibukanya perlahan dan dibaca isinya.
*Nia... maafkan aku telah melakukan hal diluar batas malam ini. Namun, harus kau ketahui semua ini karena cintaku padamu. Aku tak bisa menahan hasrat yang bergejolak setiap ada di dekatmu.
Terima kasih karena kau telah rela menyerahkan dirimu, walau dalam pengaruh obat yang ku campur di minumanmu. Kau wanita terhormat yang menjaga kerhomatanmu sampai malam ini, dan akulah kekasihmu yang pertama menikmati keindahan tubuhmu.
Aku berjanji akan bertanggung jawab atas semua ini. Tunggulah aku sampai aku kembali padamu, Sayang.
Angga F Saputra*
Nia meremas kertas yang berisi surat itu. Amarah menggebu dalam dada. "Sialan kau Angga! Kau yang ku cintai ku hormati dan sangat ku banggakan, bisa-bisanya mengotoriku, merenggut kehormatanku!" umpat Nia.
Diambilnya gawai di atas nakas, jarinya lincah mencari nama Angga di kontaknya, ditelponnya kontak tersebut namun malah suara operator yang terdengar pertanda nomor yang digunakan sudah tidak terpakai.
Kembali Nia merebahkan tubuh di atas kasur, tangisnya tak kunjung berhenti. Ditenggelamkannya wajah pada bantal, kini fikirannya kalut, "Bagaimana jika benih ini tumbuh menjadi janin?" pikirannya jauh melayang.
***
Air langit kembali membasahi bumi saat malam tiba. Sejak tadi siang Nia tidak beranjak dari kamarnya, hingga perut pun lupa tak diisinya. Dengan malas ia bangkit beranjak dari tempat tidur menuju dapur untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan.
Selesai makan ia menuju ruang tv, dinyalakan tv yang berukuran 21 inch. Matanya lurus ke arah tv, namun fikirannya jauh melayang. "Aku tak boleh terpuruk, aku harus bangkit. Anggap semua baik-baik saja, toh benih ini belum tentu tumbuh menjadi janin di perutku" ucapnya kembali semangat.
Di ambilnya gawai di kamar, jarinya menyentuh aplikasi hijau lalu disentuhnya daftar pesan atas nama Angga, waktu aktif kontak tersebut sehari yang lalu, sepertinya Angga tidak mengaktifkan nomornya sejak malam, atau dia sengaja ganti nomor?
Nia kembali menangis, rasa kecewa kembali menjalar di hatinya, difikir berapa kali pun ia masih tak percaya dengan apa yang Angga lakukan pada dirinya semalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
@_white[SunFlower]_√
Angga katanya mau tanggung jawab tapi kok dia ngilang
2020-07-15
2
Penjaga Hati
penasaran aku, apa selanjutnya yah, tapi tugas masih menumpuk hihi
aku dah like vote rate 5 dan favorit cerita kk.
salam dari Cinta Maya
2020-07-04
2
Anzella Saputri
bagus thor semangat terus 💪
salam dari "putra dan putri"
Yuk kita saling support 🤗
2020-06-18
2