BAB 4

Setelah insiden beberapa jam yang lalu, rasanya Mala sudah tidak ada nyali untuk menghadap opa Johan. Jam sudah menunjukan pukul 11 siang tapi bahkan gadis itu belum keluar dari kamar. Masih tercenung di dalam sana seraya menatap kosong ruangan. Gadis itu terduduk diatas ranjang empuk dengan kaki berselonjor. Matanya menatap kosong ke depan. Rambutnya yang basah menunjukan bahwa ia baru saja menyelesaikan ritual mandi beberapa saat lalu.

Dirinya bahkan tak ada keberanian untuk turun ke lantai bawah dan mengambil makan. Rasa lapar itu berusaha ia alihkan dengan memikirkan hal-hal lain yang menyenangkan. Namun tetap saja, ingatan Mala selalu membawanya pada kejadian beberapa saat yang lalu yang menciptakan rasa tak enak hati yang tidak berkesudahan. Belum lagi gadis itu merasa sangat malu, pasti orang-orang sekarang tengah berasumsi negatif padanya terutama opa Johan. Sahabat dari kakeknya itu pasti kecewa dan mengcap dia sebagai perempuan tidak baik. Mungkin sebentar lagi pria berumur itu akan menendang dia keluar dari kediamannya.

Huff. Mencoba berpikir jernih walaupun sulit, otaknya berisikan praduga-praduga buruk yang akan terjadi selanjutnya. Gundah melingkupi hatinya. Ia menyugar rambutnya yang mulai kering ke belakang dengan kedua tangan, tak sempat untuk menyisir rambut panjangnya tersebut. Lalu menarik napas dalam lagi, mengontrol emosi agar dapat menemukan solusi terbaik.

"Stop Mala! Sekarang yang harus aku pikirkan adalah rencana ke depan, apa yang harus dilakukan bukan malah memikirkan pemikiran orang lain tentangku." Mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri. Mengusir jauh-jauh bayang-bayang Danzel dari otaknya. Mala tak tahu dimana pria itu saat ini. Beberapa saat lalu telinganya menangkap deru mobil mahal Danzel tapi entah itu dia atau tidak. Mala tidak peduli. Dirinya juga mengutuki dirinya sendiri kenapa bisa ikut terlelap dalam ranjang nyaman milik lelaki rese itu.

"Aku tahu aku salah disini, tapi dia lebih salah kan? Kenapa pulang malam dalam keadaan mabuk, kan aku yang ditugaskan mengawasinya. Pakai segala minta dipijat, kalau tahu mending aku pukul kepalanya biar otak dia encer sedikit!" Mala tak henti mengumpat Danzel. Rasa kesal pada Danzel itu kian menggebu-gebu kalau ingat wajah santai laki-laki itu setelah insiden tadi.

Dia dengan santai dan muka menyebalkannya berkata, "Itu bukan masalah besar, sudah sana kembali ke kamarmu! Aku akan jelaskan semuanya ke Opa, santai! " Setelah mendengar lontaran kalimat Danzel Mala benar-benar mengumpat dan menyumpahinya dalam hati. Hal yang jarang dia lakukan kecuali pada bule rese itu.

Sesaat setelah Mala menguasai emosinya, gadis tersebut mulai memutar otak untuk keluar dari masalah ini. Minimal menemukan cara menjelaskan semuanya pada opa Johan agar lelaki seumuran kakeknya itu bersedia memaafkannya. Mala sudah mengabaikan apabila Opa Johan akan memberikan penilaian yang tak baik padanya, yang penting Mala sudah mengutarakan permintaan maaf. Gadis itu juga mengambil keputusan akan secepatnya pergi dari rumah ini. Jari jempolnya sibuk mencari referensi kos-kosan yang murah dan terdekat. Sesuai dengan budget tentunya, mengingat biaya hidup di kota ini bagaikan langit dan bumi kalau dibandingkan dengan tempat asalnya.

"Ketemu! " Sebuah kos-kosan yang hemat budget dan dekat dengan sebuah kampus, dari foto yang terpajang memang lokasinya agak jauh dari jalan raya dan sempit. Namun dekat dengan sebuah universitas, oleh karena itu harganya agak terjangkau. Gadis itu menghubungi nomor yang tertera untuk bertanya-tanya pada sang pemilik. Mulai dari mengkonfirmasi lokasinya, luas bangunan dan tak lupa menanyakan harga yang harus ia bayar per bulan. Beberapa saat berbincang lewat chat akhirnya mereka mencapai kesepakatan. Mala akan pindah kesana nanti setelah kembali dari desa. Dia akan pulang ke tempat tinggalnya dan merekrut beberapa temannya untuk diajak membangun butik barunya.

***

Keraguan tak dapat disembunyikan dari manik mata Mala, ketika kakinya berada tepat di depan pintu ruangan Opa Johan. Tangan yang tadinya hendak meraih gagang pintu malah menggantung di udara, ragu dan takut menyelimutinya. Jangan-jangan nanti opa malah marah dan mencacinya. Asumsi buruk di kepala Mala melarang keras dirinya untuk bertindak nekat. Namun sudah kepalang tanggung, dia bahkan sudah tepat di ruangan Johan. Berbalik ke kamarnya dan mengurungkan niat artinya sama saja kalah sebelum pertempuran. Gadis itu nekat, dia mengetukkan jarinya ke pintu itu beberapa kali. Menginterupsi orang di dalam. Baru saja akan memutar gagang pintu, sosok di dalamnya sudah muncul.

"Opa! " Raut keterkejutan gagal ditutupinya. Mala memilih menatap kearah lain tanpa punya nyali bersitatap dengan laki-laki yang berdiri tegak di hadapannya.

Wajah opa Johan tak dapat terbaca, lebih tepatnya Mala tak menyadari bagaimana ekspresi pria tersebut. Dia hanya menduga-duga kalau saat ini pasti Johan menatap garang padanya. Padahal praduganya salah kaprah, opa masih memandang Mala yang ketakutan dengan sorot mata kasih sayang. Layaknya kakek Salim yang selalu memandangnya penuh cinta sebagai seorang kakek pada cucunya.

"Masuklah Mala, ada yang ingin kamu bicarakan?" Mala tak menyahut dan mengikuti langkah orang itu. Ragu dia duduk di sofa navy di sudut ruangan. Masih mengunci rapat mulutnya belum berani membuka suara.

"Opa tahu apa yang sedang kamu pikirkan," Karena senyap tak ada percakapan, pria tua itu memilih membuka suara duluan. Opa Johan duduk rileks diatas sofa, penampilannya santai tanpa jas atau kemeja, dia menarik sudut bibirnya tipis ketika Mala akhirnya menatapnya.

"Mala minta maaf opa, Mala bisa jelaskan. Jadi waktu opa pergi keluar kota Danzel pulang malam sekali. Aku masih menunggunya sampai pulang seperti amanah opa. Tapi Danzel pulang dalam keadaan mabuk, dia setengah sadar dan ambruk, akhirnya Mala memapahnya ke kamar. " Mala menarik napas sejenak untuk menetralkan detak jantungnya.

"Danzel mengeluh kepalanya sakit dan minta dipijat, dia mengira aku ibunya. Lalu--"

"Sudah, sudah, saya yakin kamu bukan perempuan seperti itu Mala. Saya percaya ini hanya kecelakaan, hanya saja saya ingin memberikan sedikit pelajaran pada Danzel supaya dia lebih bertanggung jawab." Tutur kata opa Johan membuat Mala sedikit lega, walau agak bingung dengan kalimat terakhirnya.

Johan membenahi posisi duduk untuk yang kesekian kali. Netranya tampak lelah dan keriput termakan usia, di usianya yang sudah seperti sekarang, ia harus segera mempersiapkan Danzel, membuat laki-laki itu siap dan matang untuk dapat menggantikan posisinya. Namun menilik sifatnya yang masih liar seperti itu, pria itu ragu dan khawatir Danzel tidak akan siap sebelum ajal menjemput dirinya.

Mala menutup mulutnya bingung ingin meneruskan pembicaraan.

"Kamu tahu nak, Opa sangat takut Danzel tidak mampu mengembangkan Fernandez Group." Johan tampak menghela napas.

"Fernandez Group?" Sebuah nama yang seolah familiar ditelinganya, Mala seakan pernah mendengar nama perusahaan itu tapi dia lupa kapan dan dimana.

"Ya, perusahaan yang opa bangun dari muda dengan kerja keras, dan akan dilanjutkan oleh Danzel. Seharusnya dia sudah menduduki kursi jabatannya saat ini, tapi aku belum yakin padanya."

Tunggu dulu, Mala merasa bingung di situasi ini. Tinggal beberapa hari disini tanpa sengaja membuat Mala tahu sedikit demi sedikit silsilah keluarga Fernandez, setahunya Tuan Johan memiliki lima putra dan seorang putri. Kenapa bukan mereka yang meneruskan? Kenapa harus Danzel yang pada dasarnya memang masih muda dan labil.

"Kenapa harus Danzel? Bukannya opa punya 6 anak?" Lagi-lagi Mala mengutuki mulutnya yang tak terkendali, terlalu banyak bertanya dan penasaran dengan masalah keluarga orang lain.

Terpopuler

Comments

Yunia Layla

Yunia Layla

Kok masih sepi kak 👀

2022-02-20

1

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

akhirnya up🤗🤗🤗🤗🤗🤗 pinisirin next part😁😁😁

2022-02-20

1

Yunia Layla

Yunia Layla

Semoga sehat selalu kaka othor, biar bisa up setiap jam 😬

2022-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!