Hari ini Mala menghabiskan waktunya untuk menyurvei beberapa tempat yang akan ia sewa sebagai butik barunya. Mala memang sudah lama sekali berencana membuka butik yang dapat menyerap tenaga kerja tentunya. Ia sudah mendapatkan pinjaman dari bank. Rencananya gadis itu akan merekrut beberapa gadis kenalannya di desa, sekaligus membantu mereka agar setidaknya mendapat pengalaman bekerja. Beberapa tempat sudah Mala survei dan hasilnya, ia akan menyewa sebuah tempat dengan budget yang lumayan terjangkau dari tempat yang lain. Pemiliknya butuh uang cepat oleh sebab itu ia memperoleh harga miring. Tempatnya juga sangat strategis, dekat dengan jalan raya, mall besar, beberapa pusat perbelanjaan dan agak jauh darinya terdapat sebuah tempat wisata.
Berulang kali opa Johan menawarkan bantuan padanya, bahkan terkesan memaksa. Ia berkata akan menyediakan tempat yang sangat besar untuknya. Tapi Mala menolak dengan halus dan teguh pada pendirian, ingin memulai segalanya dari nol. Entah membuahkan hasil atau tidak, setidaknya ia tahu apa arti kerja keras yang sesungguhnya. Bukan hanya sekedar mengandalkan orang lain.
Mala pulang dengan keadaan bahagia, dia akan ijin pulang ke desanya sebentar pada Tuan Johan. Satu langkah untuk menggapai cita-citanya sudah terlaksana. Tak apa bila nanti gagal, namanya juga usaha. Justru kegagalan adalah tangga kesuksesan.
Hari sudah petang, bahkan jam murah di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul lima sore. Mala sampai di gerbang kediaman Fernandez dengan ojek yang ia pesan online.
"Ini rumahnya mbak?" Tanya bapak itu.
"Iya pak," Jawab Mala tersenyum lalu merogoh sakunya dan menyodorkan sejumlah uang.
"Bagus ya mbak rumahnya, semoga saya ketularan kaya. Haha?" Candanya asal.
"Ini bukan rumah saya kok, cuma numpang."
"Oh, ya siapa tahu nanti rumah ini jadi milik mbak juga."
Mala hanya tertawa kecil menanggapi perkataan tukang ojek tersebut, ia masuk kedalam rumah dan menuju kamarnya. Mala meletakan tas diatas ranjang dan membilas diri dalam kamar mandi. Hari ini lelah sekali, tapi tak apa, Mala cukup senang.
Saat kedua jarum panjang jam sudah bertemu di titik yang sama di angka dua belas, mata Mala masih terjaga. Ia ingin merebah dan melepaskan kantuk dengan tidur, tapi rasanya pesan opa Johan terngiang dalam kepalanya yang membuatnya terjaga. Danzel belum pulang, bahkan sudah jam 12 malam, kemana pria itu?
"Haiss, menyusahkan saja! " Gerutu Mala kesal saat Danzel belum pulang. Ia takut besok Johan akan bertanya padanya sedangkan ia tidak memiliki jawaban. Mala akan merasa tidak enak hati pastinya.
Barulah saat jam menunjukkan pukul satu dini hari, gadis itu mulai tak kuasa menahan dorongan dari dalam dirinya untuk tidur.
"Sepertinya Danzel nggak pulang, yasudah aku tinggal tidur aja. Besok bilang ke Tuan Johan kalau cucu resenya itu nggak pulang biar dimarahain sekalian!." Gumamnya pelan lalu melangkah menjauh dari balkon. Tangan Mala baru saja akan menutup gorden saat deru mobil Pagany Huayra itu mengusik telinganya. Ia kembali menyibak gorden, dapat ia lihat Danzel turun dari mobil seraya memegang kepalanya. Dia terlihat mabuk, bahkan ambruk ke tanah.
"Ya Tuhan!" Mala berlari ke lantai bawah dan membuka pintu. Dia menghampiri pria itu yang setengah sadar tergeletak ditanah. Mala menggoyangkan bahunya.
"Heh bangun!" Ucapnya agak keras. Tak ada yang dimintai tolong karena semua orang sudah terlelap, security yang biasa bertugas juga tengah izin.
"Danzel!" Tak ada respon, dengan berat hati dan dongkol Maka memapah tubuh kekar itu menuju rumah. Ia bahkan kesusahan saat menaiki tangga. Tapi akhirnya berhasil tiba di kamar Danzel.
Dengan hati-hati gadis itu membaringkan Danzel diatas ranjang. Membuka sepatu dan kaos kaki serta jaket jeans nya. Aroma tak sedap yang menusuk itu tercium jelas di indra penciuman. Mala hampir saja muntah.
"Dasar cowok aneh! Udah sombong, rese, tukang minum lagi!" Hardiknya kesal seraya memerhatikan pahatan wajah rupawan yang terlelap di depannya.
Mala yang hampir saja meninggalkan ruangan tersentak saat lengan kekar itu menggaet tangannya. Membuatnya terhuyung dan berakhir jatuh di ranjang.
"Mami, tolong pijat kepalaku. Aku sangat pusing. " Sepertinya pria itu mengingat yang disebelahnya adalah ibunya. Dalam mimpi Danzel, saat ini sedang ditemani maminya yang cerewet dan sedang mendengarkan omelan bertubi darinya. Memang, saat di Amerika dulu, maminya akan sangat marah kalau ia pulang dalam keadaan mabuk.
"Heh aku bukan mamimu," Ucap gadis itu pelan saat Danzel menenggelamkan kepalanya pada perutnya. Rasanya ingin tangannya melempar kepala Danzel agar menjauh, tapi tak sampai hari merealisasikan niatnya tersebut.
"Pijat kepalaku.." Desis Danzel yang akhirnya membuat Mala iba. Gadis itu memijat kepalanya perlahan. Danzel mendesis keenakan merasakan pijatan yang mengurangi rasa peningnya. Dia minum terlalu banyak tadi. Tangan ajaib itu benar-benar hebat hingga membuatnya seketika terlelap. Tapi masih tak mengindahkan kepalanya darisana. Detik demi detik berlalu hingga tanpa disengaja, rasa kantuk yang hinggap itu membawa Nirmala menuju alam mimpi juga.
***
"Sangat senang menjalin kerjasama dengan anda tuan. Anda adalah orang terhormat, bahkan anak-anak Anda sukses dalam bidangnya masing-masing. " Ujar seorang pria seumuran Johan yang merupakan rekan kerja barunya. Mereka mengadakan makan siang kecil dirumah Johan sebagai tanda terjalinnya kerjasama diantara perusahaan mereka.
Saat ini, di ruang tamu ada Johan, rekan bisnis barunya, Arjuna putra ketiganya dan putri dari Arjuna yang duduk manis di samping sang ayah.
"Sebaiknya kita mulai makan sekarang." Ucap Johan.
"Opa, kak Danzel ada dimana? Bukankah dia baru tiba dari New York. Aku ingin menemuinya." Seru seorang gadis yang bernama Deby. Deby adalah putri Arjuna yang masing sangat muda. Wajahnya putih bersih dan imut persis seperti sang ibu. Dia sangat cerewet yang terkadang membuat papanya jengkel.
"Jangan menggangunya, Danzel pasti marah mendengar ocehanmu Deby." Tegur Papa Arjuna memperingatkan putrinya.
"Nggak, aku nggak akan ganggu kok. Cuma pengen ngobrol aja." Deby masih bersikukuh dan melemparkan tatapan memelas pada sang kakek. Ia sangat ingin bertemu kak Danzel.
"Dia ada di kamar sepertinya, coba kamu cek." Seru Opa Johan yang sembari tersenyum lembut.
Dengan senyum merekah dan semangat empat lima Deby pergi ke lantai atas, dimana kamar Danzel berada. Ia meraih tasnya dan mengambil sesuatu darisana, itu adalah oleh-oleh yang sengaja ia beli untuk Danzel saat ia sedang liburan di Prancis. Dan saat dia membuka pintu..
"Kak Danzel!!" Suara teriakan Deby yang begitu kencang sampai membuat semua orang panik dan berlari tergesa menghampirinya. Termasuk diatas ranjang sana, dua orang yang saling memeluk itu pun masih terlihat linglung.
Mala mengucek matanya, belum sadar akan keadaan yang terjadi. Sementara Danzel hanya menatap datar pada Deby.
"Kalian tidur berdua?!" Sentaknya lagi. Mala mulai sadar apa yang terjadi, bahkan ia terhenyak melihat banyak orang di belakang Deby yang sedang menyaksikan mereka. Ada Opa Johan, dua orang lelaki asing dan juga seorang gadis yang wajahnya sudah merah padam.
"Apa yang kalian lakukan disini?! " Suara Opa Johan terdengar sangat kecewa.
"Aku bisa jelaskan semuanya" Ujar Nirmala
"Huff, kami tidak melakukan apapun opa! Danzel juga lupa kenapa dia disini, yang jelas tidak terjadi apapun." Suara parau masih mendominasi Danzel, agaknya pria itu masih sangat mengantuk dan ingin tidur. Ditambah kepalanya yang kliyengan membuatnya malas meladeni orang-orang ini.
"Tuan Johan, ini? Bukankah dia cucu anda Danzel? Dan bagaimana seorang cucu Johan Fernandez bisa melakukan hal semacam ini? Bagaimana kalau kolega tuan yang lain tahu.?"
Lelaki yang merupakan pengusaha seumuran Arjuna itu seakan tak percaya apa yang terjadi, ia bahkan langsung memalingkan wajahnya lalu melangkah keluar.
BERSAMBUNG
Jangan lupa follow Instagram baru author: @stefhany_stef
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Yunia Layla
Di tunggu kelanjutan nya kakakk
2022-02-19
1
Andreina Bachtiyar
semangat kk othor......
2022-02-18
2
Starlove❤️
lnjut dinikahkan saja..
dimarahi mami aisha dan daddy arthur 😅
2022-02-17
2