Part. 5

Hari Minggu orang menyebutnya sebagai hari berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Sekolah libur, bekerja pun libur, tapi tidak untuk Dewa. Baginya, berlibur berarti berganti pekerjaan. Apa pun akan ia kerjakan karena sesungguhnya ia tak pernah betah berdiam diri.

Tubuhnya yang dulu tambun, kini nampak sedikit kecil. Ideal orang menyebutnya. Tinggi dan besar, dada yang tegap dengan otot-otot tubuhnya yang kekar. Dia pria idaman, sayang, dompetnya tak jadi idaman.

"Tong, udah siap lu?" tanyanya dari arah teras rumah. Rokok mengepul diapit dua jarinya, satu tegukan lagi saja kopi yang masih tersisa di cangkirnya. Kopi hitam sedang manisnya, dan hanya buatan Tina yang terasa pas di lidah.

"Bentar, Beh!" Bima setengah berteriak menyahut dari dalam rumah. Tina sendiri masih sibuk membereskan bekas makan mereka. Maklum, di rumah sederhana itu tak ada sarapan roti dioles selai, tak ada sarapan roti isi, juga pancake disiram madu. Hanya nasi dan lauk pauk lengkap yang mereka santap setiap hari.

"Kurang puas gua kalau makan yang begituan. Lemes badan gua," ucap Dewa jika ada yang protes soal makan pagi di rumahnya.

Bima keluar dari kamar, hari ini ia akan membantu Dewa membersihkan halaman belakang rumah milik salah satu tetangganya. Ia mendatangi Tina di dapur untuk meminta izinnya.

"Nyak, Bima pamit ma Babeh dulu, ya. Assalamu'alaikum!" Ia meraih tangan ibunya dan menciumnya.

"Iya. Ati-ati, ya. Entar siang Nyak bawain masakan," sahut Tina sambil tersenyum menatap putranya yang berjalan keluar. Ia melanjutkan pekerjaannya merapikan piring-piring yang telah dicuci bersih olehnya.

Semua kegiatan rumah ia kerjakan sendiri. Sebelum subuh, pakaian yang dicucinya telah berjejer di belakang rumah. Terjepit pada seutas tali yang diikat pada dua pohon randu kanan dan kiri rumahnya. Ia tak pernah mengeluh meskipun pekerjaan rumah selalu menumpuk dan tak pernah ada habisnya.

Bibirnya selalu tersenyum setiap melepas juga menyambut suami dan anaknya pulang. Ditatapnya sekeliling rumah, sudah bersih dan rapi.

"Waktunya pegi ke tukang sayur. Masak apa, ya, hari ini?" Bergumam sendiri sambil meletakkan sapu di balik pintu. Daster lusuh selalu melekat di tubuhnya, bukan karena ia tak mampu membeli, tapi karena uangnya ia simpan untuk biaya pendidikan Bima juga bekalnya di hari tua nanti.

Ia berjalan ke pos kamling tempat biasa para Enyak rumahan berkumpul menunggu tukang sayur datang. Bercengkerama dan bercerita apa saja soal kabar terbaru yang dibawa salah satu dari mereka.

"Eh, Tin! Gua denger laki lu bisa benerin tipi? Tipi di rumah gua rusak. Bisa kagak laki lu benerin? Anak gua kejer kagak bisa liat tipi," tanya salah satu warga teman nimbrung di pos kamling.

"Iya, tapi entar gua tanyain dulu ngarti kagak dia soal begituan." Tina menyahut, seingatnya Dewa belum pernah berurusan dengan elektronik. Ia sendiri pun tak ingat karena di rumahnya tak ada benda-benda canggih seperti itu.

"Iya, lu tanyain, geh. Soalnya kalo ntu tipi dibawa ke tukang servis, kudu pake ojek bawanya. Terus bayarnya mehong banget, siapa tahu kalo ama laki lu, mah, bisa rada miring harganya." Ia cengengesan, itulah yang namanya tetangga. Selalu meminta harga paling murah saat berniaga dengan sebelah rumah, tapi untuk gengsi berapa pun akan dirogohnya demi menaikkan pamor di masyarakat.

"Iya, Mpok tenang aja. Kaya ama siapa aja." Tina tetap tersenyum, selalu ingat kata-kata suaminya setiap orang itu berbeda dan setiap kepala memiliki pemikirannya masing-masing.

"Sayur!" Suara khas tukang sayur yang melengking mengalun layaknya para sinden bernyanyi. Obrolan mereka pun terhenti, segera menyerbu si tukang sayur yang mereka tunggu kedatangannya.

"Euleuh-euleuh ... ini Ibu-ibu, teh, meuni ku galeulis pisan. Sok, atuh, dipilih-pilih sayurannya. Masih seger bugar, bahenol, denok pokokna, mah."

(Aduh ... ini Ibu-ibu cantik-cantik sekali. Silahkan dipilih-pilih sayurannya. Masih segar bugar, seksi dan montok pokoknya).

Ia cengengesan sendiri, menampakan deretan giginya yang tak rata pada semua pelanggan sayurnya. Sebentar saja jualannya hanya tersisa setengahnya. Belum diserbu para art yang bekerja di rumah-rumah besar sekitar daerah itu.

"Kali-kali masakin laki dan anak gua ayam. Kesian makan sayur, tahu, tempe mulu tiap hari," gumamnya sambil menenteng satu kilo ayam di tangannya. Hari ini, ia ingin memasak yang spesial untuk suami dan anaknya. Ayam bakar yang simpel saja menurutnya.

Sementara Dewa dan Bima sudah memulai pekerjaan mereka. Mencabuti rumput, mencangkul, dan merapikannya di pinggiran. Dewa juga akan membakar rumput-rumput itu sebelum ia pulang nanti.

Di sisi lain, di lahan parkir tempat biasa Bima menemani Dewa bekerja, seorang remaja cantik dan gadis kecil tengah mencari sosoknya.

Ia yang penasaran seperti apa rupa bocah laki-laki yang diceritakan adiknya itu kemarin, mendatangi pasar tradisional bersama sang adik.

"Apa kau yakin bertemu dengannya di sini?" Bertanya untuk yang ke sekian kalinya karena tak ada satu pun anak laki-laki di tempat tersebut, kecuali mereka yang digandeng orang tua atau mereka yang berjualan kantong plastik di pasar.

"Iya, aku bertemu dengannya di sini. Kakak, coba tanyakan pada Bapak yang di sana?" Gadis kecil itu menunjuk salah satu tukang parkir di kejauhan, "kemarin aku sempat melihatnya mendatangi Bapak itu," lanjutnya memberitahu.

Kakaknya itu bergeming, ia menegakkan tubuh dan memperhatikan dengan saksama orang yang sedang mengatur kendaraan itu.

"Baiklah. Ayo, kita tanyakan," ajaknya sambil menggandeng tangan sang adik mendekati laki-laki paruh baya yang ditunjuknya tadi. Keduanya menunggu sampai ia selesai dengan pekerjaannya mengeluarkan dan merapikan motor-motor di parkiran tersebut.

"Pak, maaf. Kami ingin bertanya." Buru-buru remaja itu menghadang jalannya. Terik sinar matahari menyengat permukaan kulit mereka, tapi itu tidak mengurungkan niat remaja berhijab itu untuk bertanya di bawah terpaan sinarnya.

"Ada apa, Neng? Mau tanya apa?" sahutnya sopan. Sekalipun pekerjaannya dianggap rendah, ia masih memiliki etika saat berbicara.

"Mmm ... Bapak tahu anak kecil yang selalu di sini? Adik saya mengatakan dia bekerja di parkiran ini? Saya hanya ingin bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih padanya. Bisa saya tahu di mana anak itu?" tanya remaja berhijab itu dengan sopan pula.

"Siapa, ya?" Berpikir laki-laki itu, dipandanginya langit mengingat anak yang ditanyakannya. "Tidak ada anak yang bekerja di sini-"

"Kakak yang kemarin menolongku, kulitnya putih. Mmm ... Bima namanya," sambar gadis kecil itu dengan cepat.

"Oo ... Bima. Itu ... dia, mah, kagak kerja di sini. Cuman bantuin babehnya doang. Kagak kerja. Karang kagak ada dia, babehnya kagak datang ke lapak," beritahu dia ketika mendengar nama Bima disebut.

"Oh, kalau rumahnya ... Bapak tahu di mana rumahnya?" Menggeleng laki-laki itu. Ia mengenal Dewa di pasar itu, dan sekalipun tak pernah berkunjung ke rumahnya.

"Aduh ... maaf, Neng. Bapak kagak tahu di mana rumahnya. Sumpah. Maaf, ya," sesalnya nampak jelas di wajah.

Kedua gadis itu nampak lesu, mereka saling pandang sebelum berpamitan pada laki-laki paruh baya penjaga parkiran. Bertekad dalam hati, esok dan esok lagi akan kembali datang demi menghapus rasa penasaran dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

lidia

lidia

insting ayra sngat kuat nntinya

2022-02-28

2

lihat semua
Episodes
1 Part. 1
2 Part 2
3 Part. 3
4 Part. 4
5 Part. 5
6 Part. 6
7 Part. 7
8 Part. 8
9 Part. 9
10 Part. 10
11 Part. 11
12 Part. 12
13 Part. 13
14 Part. 14
15 Part. 15
16 Part. 16
17 Part. 17
18 Part. 18
19 Part. 19
20 Part. 20
21 Part. 21
22 Part. 22
23 Part. 23
24 Part. 24
25 Part. 25
26 Part. 26
27 Part. 27
28 Part. 28
29 Part. 29
30 Part. 30
31 Part. 31
32 Part. 32
33 Part. 33
34 Part. 34
35 Part. 35
36 Part. 36
37 Part. 37
38 Part. 38
39 Part. 39
40 Part. 40
41 Part. 41
42 Part. 42
43 Part. 43
44 Part. 44
45 Part. 45
46 Part. 46
47 Part. 47
48 Part. 48
49 Part. 49
50 Part. 50
51 Part. 51
52 Part. 52
53 Part. 53
54 Part. 54
55 Part. 55
56 Part. 56
57 Part. 57
58 Part. 58
59 Part. 59
60 Part. 60
61 Part. 61
62 Part. 62
63 Part. 63
64 Part. 64
65 Part. 65
66 Part. 66
67 Part. 67
68 Part. 68
69 Part. 69
70 Part. 70
71 Part. 71
72 Part. 72
73 Part. 73
74 Part. 74
75 Part. 75
76 Part. 76
77 Part. 77
78 Part. 78
79 Part. 79
80 Part. 80
81 Part. 81
82 Part. 82
83 Part. 83
84 Part. 84
85 Part. 85
86 Part. 86
87 Part. 87
88 Part. 88
89 Part. 89
90 Part. 90
91 Part. 91
92 Part. 92
93 Part. 93
94 Part. 94
95 Part. 95
96 Part. 96
97 Part. 97
98 Part. 98
99 Part. 99
100 Part. 100
101 Part. 101
102 Part. 102
103 Part. 103
104 Part. 104
105 Part. 105
106 Part. 106
107 Part. 107
108 Part. 108
109 Part. 109
110 Part. 110
111 Part. 111
112 Part. 112
113 Part. 113
114 Part. 114
115 Part. 115
116 Part. 116
117 Part. 117
118 Part. 118
119 Part. 119
120 Part. 120
121 Part. 121
122 Part. 122
123 Part. 123
124 Part. 124
125 Part. 125
126 Part. 126
127 Part. 127
128 Part. 128
129 Part. 129
130 Part. 130
131 Part. 131
132 Part. 132
133 Part. 133
134 Part. 134
135 Part. 135
136 Part. 136
137 Part. 137
138 Part. 138
139 Part. 139 (END)
140 Pengumuman
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Part. 1
2
Part 2
3
Part. 3
4
Part. 4
5
Part. 5
6
Part. 6
7
Part. 7
8
Part. 8
9
Part. 9
10
Part. 10
11
Part. 11
12
Part. 12
13
Part. 13
14
Part. 14
15
Part. 15
16
Part. 16
17
Part. 17
18
Part. 18
19
Part. 19
20
Part. 20
21
Part. 21
22
Part. 22
23
Part. 23
24
Part. 24
25
Part. 25
26
Part. 26
27
Part. 27
28
Part. 28
29
Part. 29
30
Part. 30
31
Part. 31
32
Part. 32
33
Part. 33
34
Part. 34
35
Part. 35
36
Part. 36
37
Part. 37
38
Part. 38
39
Part. 39
40
Part. 40
41
Part. 41
42
Part. 42
43
Part. 43
44
Part. 44
45
Part. 45
46
Part. 46
47
Part. 47
48
Part. 48
49
Part. 49
50
Part. 50
51
Part. 51
52
Part. 52
53
Part. 53
54
Part. 54
55
Part. 55
56
Part. 56
57
Part. 57
58
Part. 58
59
Part. 59
60
Part. 60
61
Part. 61
62
Part. 62
63
Part. 63
64
Part. 64
65
Part. 65
66
Part. 66
67
Part. 67
68
Part. 68
69
Part. 69
70
Part. 70
71
Part. 71
72
Part. 72
73
Part. 73
74
Part. 74
75
Part. 75
76
Part. 76
77
Part. 77
78
Part. 78
79
Part. 79
80
Part. 80
81
Part. 81
82
Part. 82
83
Part. 83
84
Part. 84
85
Part. 85
86
Part. 86
87
Part. 87
88
Part. 88
89
Part. 89
90
Part. 90
91
Part. 91
92
Part. 92
93
Part. 93
94
Part. 94
95
Part. 95
96
Part. 96
97
Part. 97
98
Part. 98
99
Part. 99
100
Part. 100
101
Part. 101
102
Part. 102
103
Part. 103
104
Part. 104
105
Part. 105
106
Part. 106
107
Part. 107
108
Part. 108
109
Part. 109
110
Part. 110
111
Part. 111
112
Part. 112
113
Part. 113
114
Part. 114
115
Part. 115
116
Part. 116
117
Part. 117
118
Part. 118
119
Part. 119
120
Part. 120
121
Part. 121
122
Part. 122
123
Part. 123
124
Part. 124
125
Part. 125
126
Part. 126
127
Part. 127
128
Part. 128
129
Part. 129
130
Part. 130
131
Part. 131
132
Part. 132
133
Part. 133
134
Part. 134
135
Part. 135
136
Part. 136
137
Part. 137
138
Part. 138
139
Part. 139 (END)
140
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!