Seperti biasa Sisil selalu menggunakan motor maticnya kemana pun dia pergi, seperti pulang sekolah kali ini tapi yang membedakan darinya kali ini dia terlihat bingung. Sepanjang perjalanan ia tak henti memikirkan sikap gurunya itu, sesaat selalu membuatnya merasakan debaran di hatinya. Motor telah masuk parkiran, lalu Sisil pun segera masuk kerumah dan kini dia di buat terkejut lagi. Terlihat di dalam rumah sosok Pak Heru tengah bersanda gurau dengan orang tuanya dan sepasang paruhbaya lainnya. Merasa ada yang datang semua perhatian pun tertuju padanya. Sisil yang kikuk pun menghembuskan napas perlahan menenangkan dirinya.
" Assalamualaikum," sapa Sisil lalu berjalan melewati mereka dengan menunduk.
"Waalaikumsalam," serentak mereka pun menjawab salam Sisil.
" Sini nak, kita ngobrol dulu!" ajak wanita paruh baya yang Sisil tak kenal itu, Sisil pun menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap mereka.
" Saya ganti baju dulu," sahut Sisil dan berlalu dengan cepat ke kamarnya.
Beberapa jam kemudian Sisil tidak berniat untuk keluar rumah dia masih terkejut dengan kejadian hari ini. Dia menyukai gurunya karena kegantengan dan keramahannya, malahan hampir semua siswa mempunyai rasa seperti itu pada gurunya.
" Aku tuh kenapa?" tanya Sisil pada dirinya sendiri.
"Sisil buka pintu nya nak," terdengan sang mama menggedor pintu, Sisil pun beranjak dan membuka pintu.
"Ayo ke ruang tamu, ada tamu untuk mu kok di anggurin," ucap sang mama.
"Mah, dia itu guru aku di sekolah mau ngapain dia ke sini mau laporan kalau aku anak cerdas? " tanya Sisil asal membuat sang ibu tersenyum.
" Makanya ayo keluar, nanti juga kamu tau. "
" Perasaan mulai tak enak nih, berfikir lah jernih Sil," ucap Sisil dalam hati.
Kini di ruang tamu terlihat Pak Heru dan yang lainnya tersenyum menyambut Sisil mereka mulai berbincang setelah Sisil duduk di samping sang mamah.
"Anak mu cantik mirip kamu Mir," puji wanita paruh baya, menatap Sisil.
" Tentu saja, ah ia Sil mereka keluarga Bastian yang sering mamah bicarakan, itu anaknya Heru," terang sang mamah yang bernama Mirna itu sontak membuat Sisil bungkam seratus bahasa.
" Kalian tentu saja sudah saling kenal bukan? Heru sangat bersemangat menjadi guru di SMA itu sampai menolak menjadi dosen salah satu perguruan tinggi di ibu kota ini, ternyata saya tau alasannya sekarang. Syukurlah saya jadi senang, jadi gak sabar menunggu hari esok! " ucap wanita paruh baya itu yang nerupakan mamah Heru.
"Hari esok? " Sisil memberanikan diri bertanya.
" Besok kalian akan menikah. "
"APA? Bukanya Pak Heru sudah memiliki tunangan, kenapa menikah sama saya!" terkejut Sisil, tentu saja hati nya senang tapi dia pun harus berfikir resional, dia tidak mau masa depannya menderita seperti novel novel itu. Bukankah menyukai seseorang tanpa seseorang itu menyukainya akan sangat menderita, ia kali kalau masih pacaran ini kan nikah hal yang sakral.
"Sil mari ikut saya!" ajak Pak Heru lalu Sisil pun menurutinya.
Setelah agak jauh dari pandangan orang tua mereka, Heru pun menghentikan langkahnya berbalik lalu menyudutkan Sisil ditembok dengan kedua tangannya.
"Aku merindukanmu! " tiba-tiba ucap Heru membuat Sisil menelan ludah susah. Tatapan matanya yang tajam membuat Sisil menunduk.
" Ha Ha... Pak apa yang Bapak lakukan, singkirkan tanganmu! Merindukan aku? Emang kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Sisil dengan tawa sumbangnya, kemudian terlihat Heru mengangkat dagu Sisil kini mereka saling menatap satu sama lain.
" Kamu anak perempuan yang cerewet, yang telah membuat aku jatuh hati untuk pertama kalinya dan susah untuk aku lupakan. Sekarang kamu akan selalu ada untukku aku sangat senang kau tau? "
"Oh jadi Bapak pemuda yang dikeroyok itu? Pemuda penakut?" ucap Sisil sedikit menyunggingkan senyumnya mengingat kejadian beberapa tahun itu saat dirinya menemukan seorang pemuda di keroyok oleh beberapa pemuda lainnya.
"Kamu masih mengingatnya? Bagus lah."
7 Tahun Lalu
"Terus pukul dia! Pukul! Dasar kau Heru bisa-bisanya merebut wanitaku! " ucap kasar salah seorang dari ke enam pemuda itu
"Wanita mu saja yang kegatelan Ginan! Dia yang selalu menggodaku dan dia juga yang selalu menempel padaku. Aku mana sudi berdekatan dengan wanitamu! " teriak Ginan, kini kedua tangan nya di pegang oleh dua orang di belakangnya, terlihat sudut bibirnya yang telah mengalirkan darah.
bukhh,,,, bukhhh
Heru terlihat sangat menyedihkan, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa ke enam pemuda itu terus memukul Heru hingga terkulai lemas. Hingga suara sirine polisi menghentikan mereka, dengan sigap tiga orang polisi mengkap ke 6 pemuda itu.
"Kalian membuat keributan sekarang ikut ke kantor polisi! " ucap salah seorang polisi lalu pergi meninggalakan Heru sendiri. Tak lama kemudian seorang anak perempuan menghampiri Heru yang tak lain Sisil yang masih berumur 11 tahun.
"Ayo berdiri, masih kuat jalan kan? " tanya Sisil sesaat Heru melihat wajah manis Sisil lalu menyunggingkan senyumannya.
"Mungkin bisa, kalau kamu memapahku? " tolong Heru membuat Sisil sigap melingkarkan tangan Heru ke pundaknya.
Sisil membawanya kesebuah gedung sekolah, karena itu tempat yang dekat dan penerangan yang terang. Perlahan Sisil mendudukan Heru di bangku sekolah lalu mengambil sesuatu di tas nya.
"Kamu yang memanggil polisi? " tanya Heru.
" Ia lah, tadi aku melihat kamu di keroyok. Kasihan gak ada yang bantuin mana kamu terlihat sudah tidak berdaya. Aku video aja kejadian tadi, lalu aku kirimkan ke temanku. " Jawab Sisil, membuka kotak P3k lalu membuka botol air mineral.
"Di kasih ke teman? " Heru belum paham dengan penjelasan Sisil. membuat Sisil menghentikan sejenak tangannya yang akan membasuh luka Heru.
"Teman aku itu bapaknya polisi didaerah sini.Walau terlihat gelap karena di lorong yang sepi, tapi masih terdengar suara gaduh dalam video itu," jelas Sisil lalu mencuci luka Heru dan meneteskan obat merah.
"Oh.. aw pelan. Kamu masih kecil bisa balut luka? "
"Jangan banyak tanya, aku sedari kecil di ajari untuk bisa apa saja oleh mamah papah," ucap Sisil masih dengan telaten mengoles luka di sudut bibir Heru. Kini mereka terlihat saling mendekat, Heru yang sudah beranjak dewasa itu menelan silvanya susah sedangkan Sisil dia terlihat biasa saja.
"Udah! " seru Sisil, tak lama kemudian lampu padam membuat keduanya terdiam,"mati listrik nih, wah Handphone ku juga mati," lanjut sisil membolak balikan benda persegi itu.
"Berjanjilah kau akan menikahiku. " Tiba-Tiba ucap Heru memegang tangan Sisil.
"Kau! " Sisil menghempaskan tangan Heru dan di susul ringisan sakit dari mulut Heru.
"Seharusnya kamu yang menikahiku bukannya aku yang menikahimu, aku kan perempuan. " Protes Sisil tanpa sadar mulut kecilnya berucap, yang membuat Heru tersenyum menanggapi ucapan Sisil.
Setelah Sisil dan Heru mengenang pertemuan mereka, kini Sisil terlihat kikuk sedangkan Heru terus menyunggingkan senyumnya. Tangannya tak lepas dari dagu Sisil.
"Tapi Pak itu masa lalu,ucapan anak kecil yang masih polos lagian aku pernah bilang kalau tidak mau menikah dengan orang penakut! "ucap Sisil mencairkan suasan membuat hatinya kembali bergetar.
"Kata siapa aku seorang penakut hm? " Haru makin mendekatkan wajahnya.
" Itu pas mau keluar sekolah itu, Bapak malah merem, mungkin saja takut kegelapan. " Jawab Sisil mencubit keras idung mancung Heru, membuat Heru melepaskan tangannya dan sedikit menjauhi Sisil, "maaf Pak, jangan terlalu dekat kita bukan muhrim." Tambah Sisil melepaskan tangannya dari hidung Heru.
"Khm, aku guru kamu Sil berani sekali bersikap seperti ini. Aku mau membahas tentang merem itu, aku tidak tahan melihat wajahmu itu takut aku akan menciumu kalau tidak merem waktu itu. " Jelas Heru sambil memegang hidungnya yang memerah Karen Sisil.
"Pak kenapa bapak mau menikah denganku,? Bapak kan punga tunangan apa bapak suka menyakiti hati perempuan? Saya gak mau menikah sama bapak kalau gitu! " Selidik Sisil.
"Aku memang mempunyai tunangan dan wanitanya kamu, ini cincinnya saya pake. mana cincin kamu yang saya berikan pada mamahmu. " Heru memperlihatkan cincin putih di jari manisnya. Mendengar hal itu, pikiran Sisil menjadi teringat sang mama yang memberikan sebuah cincin dengan kotak merah itu, dan mengatakan kalau ini dari masa depan Sisil. Awalnya Sisil tak peduli dengan cincin itu, begitu saja ia simpan di laci meja rias.
"Wanita dimini market? " Tanya Sisil.
"Kamu cemburu! "
"Tidak"
"Bener! "
"Khm, aku cuma gak mau merusak hubungan orang lain. " ujar Sisil memalingkan mukanya.
"Kamu mulai menerima ku? " Goda Heru.
"Kalau gak mau jawab saya permisi, mau ngebatalin acara dua keluarga yang katanya sudah di jodohkan dari kecil itu." Ucap Sisil lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Heru. Tapi dengan cepat Heru menarik tangan Sisil sehingga mereka menjadi saling berpelukan.
"Astagfirullah..." Kejut Sisil mendorong Heru.
"Maaf, hkm dia adiku kalau gak percaya tanya ibu dan ayahku. "
"Saya permisi Pak mau ke dalam." Sahut Sisil berlalu dengan jalan yang di percepat dan di susul Heru dibelakangnya.
"Dia gak bakalan batalin pernikahan besok kan? " Gumam Heru dan berlari menghampiri Sisil," gawat kalau iya. " Kembali Heru bercakap dengan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
🔵Ney Maniez
😲😲🤦♀🤦♀
2022-12-07
0
Qaisaa Nazarudin
Tuh kan bener,tunangan nya adalah Sisil,,
2022-10-16
2
Heppy Margiyanto
keren kak
2022-03-09
2